THE QUEEN II

1.7K 209 6
                                    


Pagi ini, Freen bangun dengan perasaan hampa. Dia berharap kedatangan Becca hanya mimpi, tapi wangi tubuh gadis itu ada di mana-mana dirumahnya.
Freen bangkit, mengambil handuk, lalu masuk ke kamar mandi. Dia membasuh kepalanya dengan air, berharap air itu bisa menghapus bayangan Becca diotak nya. Freen menengadahkan kepalanya, membiarkan air yg dingin dari shower jatuh tepat ke wajahnya.



Tanggal 14 November 2022 kita kesini lagi, lalu kita baca surat-surat kita!



Freen menghajar tembok di depan nya keras-keras sampai buku-buku jarinya terasa nyeri.


Setelah selesai mandi, Freen melangkah menuju kamarnya, sejenak lupa bahwa ada sesosok gadis yg tidur di sana. Dia baru teringat setelah membuka pintunya dengan berisik dan mendapati Becca sedang berbaring di tempat tidurnya.



Freen menghela nafas. Dia sudah terlanjur masuk, lagipula semua baju-bajunya ada di kamarnya. Tak lama lagi Freen harus berangkat kuliah.



Freen melangkah hati-hati kedalam kamar menuju lemari pakaiannya yg terletak tepat di samping ranjang. Freen tidak bisa menahan godaan untuk tidak menoleh. Becca terlihat sangat manis saat tertidur. Rambut nya yg lembut menutupi sebagian wajahnya. Ingin rasanya Freen membelai kepala gadis itu, menyibak rambutnya supaya wajahnya yg cantik itu tidak tertutupi.
Detik berikut nya, Freen tersentak. Dia tak boleh membiarkan fantasinya terus berkeliaran. Freen segera membuka lemari dan mengambil acak sebuah T-shirt putih.



"Freen?" kata Becca, ternyata terbangun oleh suara deritan lemari.



Freen menoleh kaget, tapi segera menenangkan perasaannya dengan memalingkan muka dan membuka kausnya untuk memakai kaus yg baru. Becca menatapnya takjub.



"Bajuku semuanya disini," Freen menjelaskan sambil melempar kaus kotornya, yg masuk tepat kedalam keranjang baju kotor.



"Oh," gumam Becca sambil duduk bersandar lalu mengawasi Freen yg menggunakan kaus baru. Fren merasakan tatapan itu, tapi sebisa mungkin mengacuhkannya.



Becca tiba-tiba tersenyum.



"Freen, kamu tau? Kalau ada seseorang yg masuk sekarang, dia bisa saja salah paham."



Freen menoleh, mencari tahu maksud kata-kata Becca, lalu detik berikutnya paham. Keadaan dimana Freen sedang berganti baju dan Becca sedang duduk diranjang dengan selimut menutupinya, benar-benar seperti adegan kalau mereka baru menghabiskan malam bersama atau apa.
Freen membuang muka, lalu membanting pintu lemari pakaiannya.



"Tidak ada yg akan salah paham," kata Freen sambil menyambar tas nya, menyurukkan buku-buku yg dipilihnya secara acak, lalu berderap keluar kamar.



Becca menatap sedih punggung Freen yg menghilang dibalik pintu.



==============================



"Buku apa yg aku bawa?" gumam Freen kesal setelah sampai kampus. Ternyata, dia membawa novel Dave Pelzer hadiah dari Orn setahun yg lalu. Hadiah yg ironis, menurut Freen. Dia benar-benar kesusahan membacanya, bahkan hanya prolognya.



"Benar-benar menyusahkan," gumam Freen lagi sambil memasukkannya kembali kedalam tas.



Freen menundukkan kepala, lalu memegangnya dengan kedua tangan. Kepala nya berdenyut sangat hebat saat memikirkan kejadian tadi pagi. Wajah Becca begiti cantik, bahkan saat dia baru bangun tidur. Freen tak mengira Becca akan menjadi gadis secantik itu dalam tempo sepuluh tahun. Dulu, Becca sangat culun dengan rambut kepang duanya. Freen hampir saja tertawa kalau tidak ingat gadis itu sekarang ada dirumahnya. Semua ini terasa seperti keajaiban. Freen tak pernah mengharapkan kedatangannya lagi, semenjak dia menyerah setelah menunggu selama sepuluh tahun.

THAT SUMMER BREEZE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang