LOSERS NEVER WIN

1.8K 218 17
                                    

Rose merasa sekujur tubuhnya dibasahi oleh keringat dingin. Rose melirik cemas kearah penonton yg semakin memadati halaman kampus untuk menonton final. Tanpa sengaja matanya tertuju pada Lisa yg sedang berbicara dengan seseorang di tribun atas. Pasti Ayahnya, dilihat dari sikap hormat Lisa yg hampir berlebihan. Rose juga dapat melihat beberapa utusan dari tim-tim besar berdatangan dan duduk di tenda VIP. Rose sekarang serasa menelan sebongkah batu besar.

Rose menoleh untuk melihat Becca dan Orn. Mereka sedang duduk bersama di tribun, tepat di seberang Rose berada, dan mereka tampak akur. Rose hanya tersenyum melihatnya.

Becca dan Orn menangkap tatapan Rose, lalu melambai kearahnya. Rose balas melambai, lalu mendadak tersadar. Freen tidak datang. Rose merasa setengah tenaganya lenyap tertiup angin. Entah mengapa, Rose benar-benar mengharapkan kedatangannya dipertandingan penting ini, melebihi siapa pun. Rose ingin melihat Freen sesekali bangga padanya.


Lisa melintas didepan Rose sambil menatapnya tajam. Rose balas menatapnya. Tanpa dia duga, Lisa malah mendatanginya.


"Aku sebenarnya tidak mau melakukan ini, tapi kamu memaksa."


"Apa maksudmu?" tanya Rose bingung.


"Selesai pertandingan ini, kamu akan tahu. Jadi, kalau sampai terjadi, jangan salahkan aku." kata Lisa geram.


"Ancaman kosong. Aku tidak takut." Rose meludah.


"Oke kalau begitu, kita lihat saja nanti," kata Lisa enteng.


Lisa berbalik lalu bergabung dengan tim. Rose menghela nafas, lalu bergerak mengikutinya untuk bergabung dengan tim. Rose memang merasa ada sesuatu yg salah, tapi dia tidak bisa mundur lagi. Dia harus melakukannya dengan berani, dan Freen pasti bangga karnanya.


"Oke, kita punya tim yg bagus, kita punya strategi yg bagus. Kita disini untuk menang kan?" kata Saint dengan suara khawatir yg dikuat-kuatkan.


"Posisi starter seperti kemarin!" sahut Saint.


Rose merasakan telinganya mulai pekak karna kebisingan yg luar biasa. Dia menarik nafas mantap, lalu mulai berlari-lari kecil memasuki lapangan. Sebelumnya dia sempat melirik Lisa yg menatapnya benci.


Pertandingan berjalan alot selama lima belas menit kuarter pertama. Hasil sekarang sudah 20-19. Rose terduduk saat time out.


"Rose, pertahankan permainanmu, jaga kondisimu!" kata Saint.


Rose tidak menjawab. Dia hanya menatap Saint kesal. Hanya dirinya pemain yg bermain penuh selama kuarter pertama tadi, dan kontribusinya sangat besar. Dari dua puluh point milik timnya, lima belas diantaranya dicetak Rose. Kemudian, kuarter kedua dimulai. Lagi-lagi, Rose sempat menangkap raut wajah kesal Lisa. Tapi Rose tak punya waktu untuk mempedulikannya.


Lima belas menit berikutnya terasa sangat berat bagi Rose. Saint belum juga menggantinya. Timnya memang masih unggul 40-37. Tapi dengan keadaannya sekarang, Rose yakin timnya akan tersusul apabila dia tidak diganti.


Kuarter dua selesai. Tim Rose tertinggal 42-50. Saint mengamuk tak karuan.


"Apa yg kamu lakukan sepuluh menit terakhir, Rose!! Kamu bahkan hanya mencetak dua angka!!" sahut Saint kalap.


"Aku butuh istirahat, aku lelah!" Rose balas menyahut.


"Oh, jadi lelah? Mau diganti? Oke, tapi jangan harap bisa main lagi!" seru Saint membuat semua orang terkejut.

Rose hanya mengumpat pelan sambil menendang botol minumnya. Beberapa menit kemudian kuarter tiga dimulai. Rose menarik nafas dalam-dalam.


Rose sekali lagi melirik Lisa, yg meremas botol minumannya. Sebenarnya, Rose merasa bersalah karna Lisa sama sekali tidak dimainkan oleh Saint. Tapi semua ini diluar kuasanya. Entah kenapa, Saint malah memainkan Rose secara penuh, tapi tidak memberikan kesempatan bagi Lisa. Padahal, saat ini Rose akan dengan senang hati diganti untuk beristirahat sebentar.


THAT SUMMER BREEZE (END)Where stories live. Discover now