2. Teguran

12.3K 548 9
                                    

Bunyi pantulan sepatu bersentuhan dengan lantai keramik di koridor terdengar nyaring sekaligus menakutkan bagi anak-anak yang tengah duduk di teras kelas

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Bunyi pantulan sepatu bersentuhan dengan lantai keramik di koridor terdengar nyaring sekaligus menakutkan bagi anak-anak yang tengah duduk di teras kelas. Mereka sudah hafal derap langkah kaki yang teratur dan santai itu. Siapa lagi kalau bukan ketua OSIS yang terkenal memiliki sikap dingin sekaligus disiplin. Tanpa menunggu anak laki-laki itu bersuara, beberapa di antara mereka beranjak dari duduknya. Berjalan menuju sampah kertas yang berserakan di depan kelas. Setelah memungut sampah, mereka buang pada tempatnya.

Seperti biasa. Sebelum masuk, anak-anak diwajibkan untuk melakukan kelas bersih selama lima belas menit. Sagara, si ketua OSIS selalu berpatroli di pagi-pagi hari seperti ini. Tidak pernah absen. Rautnya yang datar tanpa adanya senyum membuat nyali mereka menciut. Satu lagi, Sagara tidak main-main dalam memberi hukuman untuk mereka yang melanggar aturan. Lebih kejam ketimbang guru BK.

Sagara melewati kelas yang telah terlihat bersih. Langkah kakinya membawa dirinya pada kelas yang ruangnya terpisah, lebih tepatnya ruangan kelas yang ada di bagian kiri. Ruangan kelas bagian kanan telah selesai ia periksa. Semuanya bersih tanpa adanya satu pun sampah yang berserakan.

Satu sampah sangat menganggu pemandangan, apalagi banyak. Terlebih sampah plastik dan kertas. Dari jauh bisa terlihat begitu jelas. Sagara suka kebersihan, makanya ia terus berpatroli menerapkan kebersihan. Sekolah yang bersih akan menambah rasa nyaman saat berada di lingkungan ini sekaligus nyaman dalam proses belajar mengajar.

"Sebelum masuk pilih sampah kertas yang ada di depan anda!" tunjuk Sagara pada seorang anak cowok yang tengah bersandar ke tiang kelas sambil bermain ponsel. Ia mengamati anak itu dengan wajah datar.

"Bukan gue yang piket hari ini!" Anak laki-laki itu mendongak menatap Sagara dengan tatapan acuh. Di samping seragam tertera nametag-nya yang bernam Kenzo Raditya.

"Sebelum masuk semua murid diwajibkan melakukan kelas bersih selama lima belas menit. Bukan tentang siapa yang piket atau bukan! Silakan di ambil, lalu buang pada tempatnya!" Sagara berjalan mendekat seraya menunjuk beberapa sampah kertas di sekitar teras.

"Lo aja yang pilih, lo babunya sekolah, kan?" jawabnya tajam seraya bangkit berdiri, menatap Sagara tanpa takut.

"Tolong masukkan sampah pada tempatnya!" ujar Sagara sekali lagi. Ia sama sekali tidak terpancing dengan perkataan anak yang bernama Kenzo itu. Baginya, jadi ketua OSIS bukanlah babu atau pembantu sekolah. Semuanya atas bukti pengabdiannya pada sekolah. Semua warga sekolah mempercayainya, menunjuk dirinya. Bahwa ia layak dan pantas diberi jabatan di sekolah ini. Tidak peduli dengan semua perkataan orang-orang yang memandang rendah jabatannya saat ini.

"Kalo gue nggak mau, lo mau apa?" tanyanya menantang. Ia menengadah menyorot Sagara dengan tatapan tajam.

"Sekali lagi, tolong masukkan sampah pada tempatnya. Jangan mencari masalah, anda bukan saingan saya!" Sagara masih menunjuk sampah kertas yang ada di teras. Sorot matanya lebih tajam dari sebelumnya.

TOUCH YOUR HEART (TERBIT) Where stories live. Discover now