6. Permen Lolipop

10K 524 22
                                    

Acia tiduran sambil bermain game Zombie Tsunami. Hanya itu permainan yang ada di ponsel barunya saat ini. Kemaren malam, Monica dan Darius mengajaknya keluar, kemudian membawanya ke Zuraphone, tempat menjual semua merk ponsel ternama. Mata Acia berbinar menatap sekeliling sambil duduk di kursi putar. Bukannya kuno, tapi inilah kenyataannya. Baru kali ini Acia menginjak tempat menjual ponsel yang begitu luas dan besar. Di desa tempatnya tidak seluas itu. Hanya konter biasa.

Para pekerja di tempat itu melayani Acia, Darius dan Monica dengan sopan dan ramah. Sebutan mereka adalah promotor. Yang bernama Adelia, pemegang merk Oppo memperlihatkan produk yang dipegangnya. Menyebutkan kelebihan dan kecanggihan dari ponsel merk itu. Tidak sampai disitu, masing-masing dari mereka memegang berbagai produk, menyarankan pada Acia. Tapi pilihan Monica dan Darius jatuh pada ponsel yang banyak digemari. Yaitu i Phone. Katanya, biar samaan sama Sagara. Hanya saja milik Acia lebih tinggi tipenya ketimbang ponsel Sagara yang sekarang.

Bunyi dentuman dari zombie yang berlari bergerombolan menabrak benda hitam yang bentuknya seperti bom, meledak ketika diinjak atau diserbu pasukan zombie. Kedua tangan Acia sibuk menekan layar dengan antusias. Tetap saja, zombie banyak yang hangus kemudian jatuh ke bawah. Hanya tinggal beberapa. Acia terus mengendalikan zombie-nya agar mendapat banyak pasukan lagi.

"Geser!" Sagara datang membawa laptop. Ia mendudukkan diri di samping Acia dengan wajah yang tidak bersahabat. Berulang kali Sagara mengembuskan napas agar rasa kesalnya berkurang.

Kekesalan Sagara bermula ketika melihat Acia menenteng kotak i Phone ke dalam kamar. Di tambah lagi lacinya di sekolah di penuhi tumpukan makanan sekaligus camilan. Dari tumpukan itu, entah makanan mana yang mengotori buku catatannya yang ketinggalan di dalam laci. Semua itu karena Tommy. Setelah meminjam, anak itu tidak memasukkan buku catatannya ke dalam tas. Buku catatan Sagara jadi lengket. Tinta pulpen pun berantakan, campur aduk. Catatan itu benar-benar tidak bisa digunakan lagi. Harus menyalin materi dari awal. Sementara tugas terus berlanjut dari setiap mata pelajaran.

Sagara mengembuskan napas kasar. Mencoba menahan emosi dari kemaren. Ia mendelik tajam pada Acia yang sedari tadi main game, yang menurut Sagara volumenya sangat memekakkan telinga. Entah dosa apa yang telah ia perbuat berakhir memiliki istri seperti itu. Bukan. Itu bukan istrinya. Sagara terpaksa menikah karena wasiat itu.

"Kecilin volumenya! Kayak nggak pernah main game aja," cibir Sagara.

"Emang enggak pernah. Kak Sagara juga pernah main hape kenceng-kenceng, Acia enggak sewot. Bilang aja Kak Sagara iri, nggak punya Zombie Tsunami kayak Acia." Bukannya mengecilkan volume, Acia malah menambahnya.

"Kalo dibilangin itu nurut!" Dengan kesal Sagara menjewer sebelah telinga Acia. Tidak ia pedulikan ringisan Acia menahan sakit.

"Kan! Acia kalah! Kak Sagara asuu!"

"Lo bilang apa barusan? Dari mana nemu kata begituan?!" Sagara merampas ponsel Acia dengan kasar. Sagara benar-benar terkejut dan nyaris tidak percaya jika yang mengucapkan kata keramat itu adalah seorang Acia.

"Kembaliin hape Acia! Terserah Acia mau ngomong apa. Ini kan mulut Acia, enggak pinjem mulut Kak Sagara. Kak Sagara sewot mulu." Acia mendudukkan diri, menjangkau tangan Sagara yang mengambil ponselnya.

"Gue nggak sewot! Sekali lagi lo ngomong gitu, gue kasih cabe mulut lo!" Sagara bangkit berdiri, membawa ponsel Acia untuk ia sembunyikan. Sepertinya ponsel baru ini membawa dampak buruk.

"Mulut Kak Sagara aja kasih cabe, biar makin pedes. Balikin hape Acia! Kak Sagara mau jadi maling? Nyuri hape Acia secara terang-terangan?" Acia mengejar Sagara. Menarik baju kaos cowok itu ke belakang.

"Minggir! Hape lo gue sita!"

"Enggak mau! Kak Sagara apa-apaan, sih? Acia bilang asuu lagi nih?!" Acia berkacak pinggang.

TOUCH YOUR HEART (TERBIT) जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें