4. Don't Touch My Wife

11.6K 594 15
                                    

"Kenapa Kak Sagara masih ada di depan, sih?"

Acia mengintip Sagara yang masih mematung di depan, belum beranjak menuju mobil yang ada di garasi. Harusnya anak laki-laki itu sudah pergi. Katanya sudah terlambat. Tapi kenapa masih berdiam diri di sana? Apa karena kecupan yang ia berikan di pipi? Ah, Acia menyesali perbuatannya. Bagaimana jika Sagara benar-benar marah? Acia merutuki kebodohannya. Sagara bukanlah anak-anak kecil yang manis di desa. Saat bertemu selalu Acia kecup pipinya karena gemas. Tamat sudah riwayat Acia. Telah mengecup pipi Pak Harimau. Rawrrr.

Bunyi derap langkah kaki mendekat buat Acia merayap bagaikan cecak di pintu. Ia tahan napas agar Sagara tak mendengarnya. Kenapa harus jadi seperti ini? Keadaan jadi menegangkan sekaligus menakutkan. Ia seperti tengah diincar oleh zombie. Sagara zombienya. Tangan Acia jadi berkeringat. Dalam hati ia mulai menghitung mundur, siap untuk kabur. Berlari sekencang mungkin.

"Mau ke mana lo?" Sagara menangkap lengan Acia. Hampir saja gadis itu terjerembab ke lantai jika tak ia tahan lengan satunya lagi.

"Ampun... Acia enggak cium Kak Sagara lagi. Lepasin Acia. Acia mau tidur ke kamar. Ampun... Jangan sakiti Acia... Acia belum sarapan, Acia juga belum mandi, belum gosok gigi dan belum pup." Acia menangkupkan kedua tangan, memohon ampunan dari Tuan Sagara yang tidak baik hati.

Sagara berdecak. Ia lepaskan lengan Acia. Gadis ini sangat banyak drama menurutnya. Sagara mengeluarkan dompet dari saku belakang. Ia lupa memberi Acia uang jajan. Jika tidak ia beri, mama dan papanya pasti akan menyinyirinya sampai larut malam, sampai kuping terasa panas kemudian mengeluarkan asap. Sejak Acia tinggal di rumah ini dan berstatus menjadi istrinya, Monica begitu posesif. Seakan menjaga Acia layaknya putri mahkota, yang tidak boleh tersentuh dan tidak boleh lecet secuil pun.

"Buat lo. Jajan di depan aja. Jangan jauh-jauh. Di sini banyak preman. Gue nggak tanggung jawab kalo seandainya lo ilang." Sagara memberikan satu lembar uang lima puluh ribuan ke tangan Acia.

"Kak Sagara tau aja kalo Acia suka jajan. Makasih banyak Kak Sagara yang nggak baik hati. Acia mau pamit ke kamar dulu. Acia mau netralin degup jantung Acia. Abisnya, dag dig dug mulu dari tadi. Kak Sagara mau pegang?" Acia menunjuk dadanya.

"Nggak!" tolak Sagara cepat. Tawaran Acia sangat berbahaya menurutnya.

"Ya udah. Kak Sagara ngapain lagi di sini? Buruan pergi. Acia mau lanjut bobok. Nanti... Kak Sagara ngebut-ngebut aja biar cepat nyampe. Kayak Pou aja bawa mobilnya, sampe terbang ke langit," ujar Acia dengan wajah polosnya. Sementara Sagara mendelik tak suka ketika disuruh bawa mobil sampai ke langit.

"Gue pergi." Sagara berbalik badan. Tidak punya waktu meladeni gadis sinting itu. Semua yang dikatakan Acia tidak ada satu pun untuk keselamatan dirinya. Menyesal rasanya sudah memberi uang jajan.

"Kak Sagara," panggil Acia.

Sagara lanjut melangkah tanpa memperdulikan panggilan Acia.

"KAK SAGARA!" teriak Acia sekencang mungkin. Ia melempar cengiran kala Sagara memutar badan menghadapnya. Tentu dengan wajah yang tidak bersahabat.

"WLEEEEEKK!" Acia menjulurkan lidah lalu lari terbirit menaiki anak tangga. Ia cekikikan kesenangan. Kemudian masuk ke dalam kamar. Tidak lupa menguncinya.

Sagara mengembuskan napas panjang, mencoba menahan emosi. Kemudian ia lanjut melangkah menuju garasi. Andai saja ia tidak terburu ke sekolah hari ini, sudah ia pastikan menjewer telinga gadis itu sampai merengek minta dilepaskan. Baru kali ini ada yang berani menjulurkan lidah seperti itu padanya, kecuali monyet yang lewat di jalan sehabis memanjat pohon kelapa milik warga.

"Kak Sagara, Saranghaee!"

***

Setiba di sekolah Sagara langsung menuju kelasnya. Di koridor ia sempat berpapasan dengan Andra, wakil ketuanya. Sagara mengundur rapat, besok pagi. Jika rapat diadakan saat pulang sekolah, sepertinya memakan waktu yang cukup lama. Sementara gadis menyebalkan itu ada di rumah seorang diri. Sagara tidak mau mengambil resiko jika terjadi sesuatu padanya. Untuk menghubungi Acia, gadis itu tak memiliki ponsel. Mama dan papanya akan lama pulang, mengingat hari ini jadwal mereka pulang terlambat dari biasanya.

TOUCH YOUR HEART (TERBIT) Where stories live. Discover now