15. Guling Kesayangan

15.6K 665 68
                                    

Acia tidak kuat menahan perkataan Sagara yang semakin kasar. Membentaknya dan juga memaki dirinya di sepanjang perjalanan. Tangis Acia meledak begitu saja. Air matanya turun deras menyamai curah hujan yang sedari tadi tak kunjung berhenti. Suasana hatinya yang semula sangat senang setelah mendapat teman baru seperti Galen dan lainnya mendadak muram. Sorot mata Sagara begitu tajam padanya. Sagara sangat tidak punya hati.

Setelah memarkirkan mobil di garasi, Sagara turun lebih dulu tanpa memperdulikan tangisan Acia. Ia membuka pintu yang semula ia kunci. Sepertinya Monica dan Darius belum pulang dari rumah sakit. Tanpa menunggu Acia masuk ke dalam rumah, Sagara mempercepat langkah kaki menaiki anak tangga.

"Nyebelin banget." Acia menangis sesenggukan menatap punggung lebar Sagara. Dengan teganya cowok itu tidak menoleh sama sekali padanya setelah membuat dirinya menangis seperti ini. Dasar es batu!Acia mengunci pintu dari dalam kemudian berlari menaiki anak tangga. Ia peluk jajanan yang dibelikan oleh Galen. Sesampai di kamar ia letakan di pinggir kasur, duduk membelakangi Sagara.

"Kalo mau pergi itu bawa hape!"

Acia merapatkan bibir seraya menyeka air matanya yang berlinang. Lagi-lagi Sagara membentak dirinya. Hal itu membuat Acia kembali bersedih. Tangisnya bertambah kencang dengan punggung bergetar. Memeluk kantong jajanan seerat mungkin.

"Kalo gue ngomong ngadep sini! Gini cara lo berpergian, huh? Hape di kamar sementara lo pergi jauh nggak tentu arah." Sagara memutar badan Acia dengan kasar.

"Hape... Acia ketinggalan ... Acia mau bawa... tapi kelupaan..." Napas Acia tersendat.

"Apanya yang lupa? Lo sengaja, kan? Lo sengaja ninggalin hape biar gue khawatir. Kalau Mama tau soal ini, mungkin gue yang dimarahin. Itu kan tujuan lo dari awal? Dasar nggak tau diri!" maki Sagara.

"Emang kelupaan! Acia nggak maksud buat Kak Sagara khawatir dan Acia nggak minta dikhawatirin. Berhenti maki-maki Acia kayak gini. Acia benci sama Kak Sagara!!" teriak Acia berlinang air mata.

"Gue juga benci sama cewek yang nggak tau waktu. Mau jadi apa lo di jalan kayak gitu, huh? Pergi sama cowok semua. Baru sekali keluar udah pergi sama cowok nggak jelas. Dan lebih nggak masuk akalnya, lo bangga-banggai semua cowok sialan itu!" Dada Sagara naik turun semakin emosi.

"Kak Galen bukan cowok yang nggak jelas. Semua temen Kak Galen baik sama Acia!" teriak Acia. Matanya yang basah menyorot Sagara dengan tajam kemudian membuang selimut dan bantal ke lantai.

"Baik?Baru sekali lo ketemu orang dan lo langsung anggap baik, huh? Lo cuma cewek kampungan yang nggak ngerti hidup di kota! Hidup di kota keras, nggak ada yang berharga termasuk harga diri lo!" Suara Sagara semakin meninggi.

"Iya Acia cewek kampungan, hiks. Berhenti hina-hina Acia. Kata siapa harga diri Acia nggak berharga? Kak Sagara selalu begitu, pandang rendah semua orang. Kayak Kak Sagara aja yang bener, yang punya harga diri!" Acia bangkit berdiri, mendorong dada Sagara ke belakang.

"Gue lebih tau dan lebih peka terhadap sekeliling, Acia! Kalo dibilangin jangan keras kepala. Gini cara lo kalo dinasehatin, hah? Udah sepinter apa diri lo, hah?!"

"Acia nggak butuh dinasehatin sama Kak Sagara. Acia benci semua kata-kata Kak Sagara! Mulai dari sekarang jangan ngomong sama Acia lagi!" pekik Acia sekencang mungkin.

"Mending sekarang lo ganti jaket sialan itu! Buang jauh!" tunjuk Sagara. Tak sengaja tatapannya jatuh pada jaket yang dikenakan oleh Acia. Sepertinya jaket milik anak laki-laki tadi.

"Nggak, ini jaket Kak Galen. Acia mau... simpen." Acia menggeleng patah-patah. Tangisnya semakin menjadi membuat napasnya tersendat-sendat.

Sagara meninju udara lantaran semakin kesal. Ia hempaskan tubuh ke kasur kemudian tidur membelakangi Acia. Gadis itu sangat menjengkelkan. Keras kepala dan susah diatur. Sagara kehabisan kesabaran dan kehabisan kata-kata tentunya.

TOUCH YOUR HEART (TERBIT) Where stories live. Discover now