12. Surat Cinta

9.1K 514 16
                                    

Sehabis pulang sekolah. Sagara memarkirkan mobil di garasi. Seperti biasa gadis berpipi bulat selalu menunggu di pintu rumah dengan cengiran lebar. Sagara mengembuskan napas lelah. Ia ambil ransel yang terletak di kursi sebelah, kemudian keluar dari mobil. Ransel yang paling ditunggu oleh Acia, bukan dirinya. Ransel lebih berharga ketimbang dirinya. Lihatlah, betapa berbinarnya mata gadis itu melihat ransel yang ia sampirkan ke pundak.

Melihat Sagara semakin mendekat buat senyum Acia mengambang. Ia tebak, isi ransel Sagara pasti sangat banyak hari ini sampai Sagara terlihat begitu kelelahan membawanya.

"Kak Sagara, biar Acia aja yang bawa ranselnya. Kasian Kak Sagara, capek bawanya." Acia mengulurkan tangan dengan lapang dada, membantu Sagara membawa ransel hitam itu.

Sagara hanya berdeham. Kosakata yang digunakan Acia begitu menyentuh hati, tapi memiliki makna lain. Andai saja tidak ada silverqueen, brownies atau kue lainnya di dalam ranselnya, pasti gadis pipibulat ini tidak akan mau membawakan ranselnya ke dalam. Punya istri dan dua teman sama saja. Hanya ransel yang diinginkan. Ada apa dengan ransel hitamnya? Begitu jadi idaman semua orang. Rasa lelah Sagara semakin bertambah. Sagara famous? No! Ransel hitam famous? Yes.

"Makasih Kak Sagara. Acia suka banget sama ransel Kak Sagara." Acia berkata.

"Jelas suka ada jajan di dalemnya," ketus Sagara. Ia melangkah duluan ke dalam rumah meninggalkan Acia yang membekap mulut. Pura-pura terkejut. Dasar ayam kecap!

"Kak Sagara salah besar. Bawain ransel suami itu bisa dapet pahala tau. Apalagi suami capek banget hari ini." Acia mengekori Sagara.

"Iya dapat pahala. Sekarang buatin gue mie rebus sama teh dingin." Sagara mendudukkan diri di sofa. Mendongakkan dagu ke arah dapur, memerintah Acia. Seperti kata gadis itu, biar dapat banyak pahala. Semakin banyak perintah dari suami, maka semakin banyak pahala yang didapat oleh Acia.

"Um... Kak Sagara kan bisa sendiri? Acia dapet pahala cuma bawain ransel Kak Sagara aja. Lagian... Bunda enggak ngebolehin Acia bikin sesuatu pake air panas." Acia menampilkan wajah melas. Satu keinginan Acia, ingin segera ke kamar dan mengeluarkan semua isi ransel Sagara.

Lihat? Dugaan Sagara benar bukan? Hanya ransel. Karena apa? Ransel memiliki harta karun di dalamnya. Harta karun berupa makanan yang bisa di makan oleh gadis itu. Ingin rasanya Sagara mengumpat dan memarahi Acia. Tapi karena terlalu lelah, ia malas untuk berdebat. Setengah jam lagi Sagara pun harus berangkat, mengerjakan tugas kelompok di rumah Ivana. Hari-hari yang melelahkan. Sangat menguras tenaga.

"Sana ke kamar!" usir Sagara. Ia pun segera melangkah ke dapur. Mengambil pop mie di dalam lemari, kemudian membuat teh dingin.

"Kak Sagara mau bikin apa? Mau bikin mie? Acia mau juga." Acia berdiri di samping Sagara. Mengamati cowok itu mengerjakan semuanya dengan lincah dan cepat.

"Bikin sendiri." Setelah selesai. Sagara meletakkan pop mie serta teh dingin ke atas meja. Membiarkan Acia mengerucutkan bibir, menatapnya menikmati pop mie seorang diri.

Acia mengembuskan napas sebal. Sagara memang terkadang kejam. Tidak ingin berlama-lama melihat laki-laki itu menikmati pop mie, Acia pun bergeser pada lemari. Ia berjinjit menggapai satu kemasan pop mie. Kemudian mendekat pada termos.

"Biar gue aja." Sagara merampas termos yang dipegangi oleh Acia. Jika gadis payah ini menuang air panas, bisa-bisa berceceran di lantai atau mengenai diri sendiri. Itu akan menjadi masalah besar. Ia akan diomeli lagi oleh Monica.

Acia mengulum senyum. Meski Sagara bersikap kejam, tapi Acia yakin jika suaminya ini mempunyai hati yang baik dan perhatian tentunya. Buktinya, sekarang Sagara menuangkan air panas lalu mengaduk mie untuk dirinya.

TOUCH YOUR HEART (TERBIT) Where stories live. Discover now