11. Oleh-Oleh

8.6K 434 6
                                    

Jam dinding menunjukkan pukul 14.00 wib. Acia rebahan di kasur sambil menikmati stik kentang. Sebenarnya ia merasa sangat bosan. Tidak ada yang bisa ia lakukan jika Sagara tidak ada di rumah. Cowok itu belum pulang dari sekolah. Monica dan Darius juga belum.

Satu jam yang lalu Acia telah mengirim pesan pada suami es kutubnya itu. Tidak direspon, meski centang dua. Mungkin Sagara masih sibuk. Acia tidak berniat mengganggu lagi. Lagian, Acia mulai mengerti jika Sagara memiliki banyak kesibukan di sekolah. Terlebih lagi jadi ketua OSIS.

Aku sangat menginginkanmu

Datang dan menemui aku

Dan akan kukatakan padamu

Betapaku mencintaimu

Acia memilih menonton video di aplikasi Tiktok untuk mengurangi rasa bosan dan rasa jenuhnya. Hanya itu aplikasi yang baru ia punya, termasuk permainan offline dan aplikasi WhatsApp untuk menerima dan memberi kabar pada orang rumah. Ia belum unduh aplikasi yang sering digunakan oleh remaja seusianya seperti Instagram, Tweeter, Facebook, dan beberapa aplikasi lainnya. Nanti saja.

"Musiknya kayak suasana desa. Acia jadi kangen sama nenek." Bibir Acia mengerucut ketika melihat sebuah video dua katak duduk di daun talas sambil berpelukan. Melodi musik mengalun indah, menghadirkan rasa rindu pada kampung halaman.

Ternyata benar apa yang orang bilang. Di mana pun kita berada, sejauh apapun kita melangkah. Kampung halaman akan tetap teringat dan abadi di dalam ingatan. Terbilang cukup lama Acia meninggalkan desa dan rumahnya yang sederhana, jauh dari kata mewah. Kini ia tinggal di sebuah rumah mewah, mempunyai seorang suami. Monica dan Darius hadir, menggantikan kasih sayang dari nenek dan Dario, papinya. Tetap saja Acia merindukan kehangatan dulu. Kehangatan yang tidak pernah terkikis oleh waktu.

Kasih sayang dari seorang ibu kandung? Maminya? Acia belum pernah merasakannya. Tapi Acia yakin maminya adalah perempuan baik. Sosok ibu yang rela mempertaruhkan nyawa hanya untuk menghadirkannya ke dunia ini. Acia yakin jika maminya adalah perempuan lembut dan penyayang sehingga membuat papinya terpikat. Acia selalu berdoa semoga Lavina, maminya ditempatkan di surga yang paling indah. Ditemani oleh bidadari dan malaikat, di sisi yang Maha Kuasa.

"Hikss... Acia kangen masakan nenek." Acia menyeka air matanya yang tiba-tiba saja tumpah membasahi pipi. Tenggorokan Acia tercekat. Masa kecilnya berputar di benak kepala bagaikan cuplikan film. Masa kecil penuh kebahagiaan, namun direnggut paksa dalam sekejap.

Acia jadi anak yatim piatu di saat ia benar-benar membutuhkan kasih sayang dari orang-orang tercinta sekaligus tersayang. Dulu ia belum terlalu mengerti jika ditinggal oleh seseorang yang berharga di dalam hidup, rasanya semenyakitkan ini. Menginjak usia remaja, perlahan Acia merasakan sakit itu. Relung hatinya dipenuhi luka yang menganga jika mengingat tentang kesedihan itu.

"Acia nggak boleh nangis. Acia harus kuat... Sekarang Acia udah punya Kak Sagara, Bunda Monica sama Papa Darius." Acia menyeka wajahnya dengan kedua telapak tangan.

Meski sudah menguatkan diri, tangis Acia semakin pecah. Ia menenggelamkan wajah ke bantal. Menggigit bibir bawah menahan isakan. Begitu banyak kenangan masa kecil di desa, tersimpan rapih di dalam ingatan.

Acia ingat jika di dekat rumahnya ada kali. Kali yang digunakan oleh para petani untuk mengairi sawah. Ia sering pergi memancing bersama teman sebayanya meski sang nenek terus melarang. Acia pergi diam-diam. Acia, jangan ke kali. Nanti jatuh, terus hanyut. Acia main jangan jauh-jauh ya, Nak. Acia jangan ikut mancing. Nenek masak ayam kecap kesukaan kamu. Kata-kata yang Acia ingat sampai sekarang.

Waktu itu neneknya mempunyai ternak bebek. Bagian yang paling mengesankan bagi Acia adalah ketika ia mengejar bebek betina sampai telurnya keluar saat sedang berlari. Kesempatan emas bagi Acia untuk mengambil telur yang ketinggalan, bebeknya sudah lari terbirit, masuk ke dalam sawah. Sementara Waidah, nenek Acia tertawa terpingkal melihat itu. Cucunya memang begitu. Suka usil dan sedikit nakal.

TOUCH YOUR HEART (TERBIT) Where stories live. Discover now