1. Sepupu Perempuan

6.3K 61 0
                                    

Edit 28 juni 2024.
Halo para pembaca, cerita Aku dan Popok sudah ada e-book nya lho. Di sana ceritanya tetap sama, namun ada beberapa hal yang sudah aku perbaiki dan tambahkan. Jadi lebih rekomendasi untuk download dan baca versi e-book nya.
Untuk cara download nya, bisa lihat di "list karya yang suda dirilis". Gratis.
Kalau mau tetap baca cerita di wattpad juga gapapa. Terima kasih

***

Namaku Jimmy. Aku masih kelas 5 SD, dan menjalani kehidupanku sebagaimana anak-anak pada umumnya. 

Pulang sekolah mengerjakan tugas, lalu bermain bersama dengan sepupuku di rumah. Bedanya, aku tidak memiliki sepupu laki-laki yang seumuran denganku. Jadi aku harus bermain bersama para perempuan.

"Aku pulang." Ucapku saat memasuki pintu rumah. Di balik pintu, aku membuka sepatu dan kaos kaki lalu meletakkannya di rak sepatu. 

"Selamat datang." Ucap Tante Mia. "Eh, Jimmy. Rupanya kamu sudah pulang. Udah laper blom?"

Aku menggelengkan kepala kepada tante. "Tadi pulang sekolah aku beli jajan. Jadinya belum terlalu laper."

"Hee, yaudah kalau begitu. Jangan sering-sering jajan sembarangan ya, nanti sakit perut." Tante menasihati. "Si Putri mana? Biasanya kalian pulang bareng?"

"AKU PULANG!!" Teriak seorang gadis sambil membuka pintu rumah. "Jimmy jahat banget. Gak ngasih tau jawaban terakhir bahasa matematika. Kan aku gak bisa jawabnya..." Gadis itu melotot dan marah-marah kepadaku.

Tante Mia hanya tertawa kecil melihat gadis itu salah ngomong. "Ara ara. Emangnya ada pelajaran bahasa matematika ya?" 

"Eh, iya! Maksudnya pelajaran matematika. Ehehe, Putri salah ngomong." Dengan wajah malu, Putri menggaruk-garuk belakang kepalanya.

"Yaa begitulah tante. Nama mata pelajarannya aja lupa, gimana mau ngerjain tugasnya." Aku meledek Putri sambil meliriknya dan menahan tawa.

"Iiih! Jimmy jahat!" Tanpa membalas kalimatku, Putri meletakkan sepatunya dan pergi menuju kamar di lantai 2. "Awas kamu nanti, bleee."

"Seli udah selesai Home Schooling-nya?" Tanyaku pada tante.

"Oh iya udah. Dia ada di kamar sekarang. Ganti baju dulu ya sebelum main."

"Baik tante." Seli adalah anaknya Tante, lebih tua beberapa hari dariku. Sedangkan aku dan Putri dititipkan kepada tante, karena orang tuaku bekerja di luar negeri sedangkan orang tua Putri selalu pulang larut malam.

Setelah obrolan panjang kami di pintu masuk, aku berjalan memasuki kamar tempat kami tidur dan bermain bersama. Di dalam sana ada Seli yang lagi bermain handphone, dan Putri yang lagi tiduran di kasur.

"Capeeek" Putri mengeluh panjang, meregangkan tubuhnya dengan nikmat.

"Selamat datang, Jimmy." Sapa Seli dengan ceria. Seperti biasa, dia sedang menikmati media sosial setelah Home Schooling yang intens. "Kita udah lengkap nih. Main yuk."

"Ayoo!" Jawab putri penuh semangat.

"Ganti baju dulu Put, nanti dimarahin sama tante lho." Aku memberinya peringatan. Tapi Putri tetap mengeyel dan mengambil boneka dari lemari penyimpanan.

"Besok hari sabtu libur sih, biarin aja."

Aku tetap mengganti bajuku kemudian ikut bermain bersama mereka. Karena di sini ada dua perempuan dan satu laki-laki, aku pun terpaksa mengalah dan bermain sesuai dengan apa yang mereka mau mainkan. Kali ini kami bermain boneka-bonekaan.

Seli menyukai teddy bear berwarna coklat dengan pita pink di lehernya, Putri suka boneka princess, sedangkan aku mendapatkan boneka teddy bear versi cowoknya. Jika Seli ada pitanya, maka aku ada topi kecilnya.

Karena sudah terbiasa bermain bersama mereka, aku menikmati saja tanpa merasakan keanehan sedikit pun. Sampai akhirnya tante memanggil kami untuk makan malam. Kami bertiga turun dari kamar di lantai 2, lalu pergi ke ruang makan.

Malam ini tante memasak ayam goreng kecap dan tumis kangkung. Rasanya gak kalah enak sama yang ada di restoran bintang 5.

"Wah, wah. Jimmy bisa aja mujinya." Tante mencubit pipiku dengan gemas. "Mau nambah lagi gak ayamnya? Spesial buat Jimmy."

"Mau dong!" Jawabku semangat. "Yang dada ya tante." Aku suka ayam bagian dada karena dagingnya banyak. Apalagi bumbu kecap buatan tante meresap dengan rata sampai ke bagian yang paling dalam.

"Idih, Jimmy bisa banget gimmicknya muji tante biar bisa dapet ayam lagi." Putri menatap iri padaku.

"Hehehe, Kalau aku sih, kayaknya yang bakal ditambahin sama mamah malah nasinya." Seli ikut-ikutan.

"Hayo dihabisin ya makanannya, biar cepet gede kaya tante."

"Baik tante/mah." Kami bertiga menjawabnya serempak.

Setelah makan malam, Kami bertiga menyikat gigi lalu pergi ke kamar untuk tidur. Di dalam kamar kami tidak tidur di kasur, melainkan di tenda-tendaan yang kami buat dari selimut. 

"Yeay, camping!" Teriak Putri dengan semangat.

"Foto dulu dong." Seli mengambil ponselnya lalu memfoto kami beserta tenda yang sudah kami buat dengan gaya selfie. Kemudian Seli mempostingnya di status dengan caption 'Berkemah di dalam kamar.'

Aku sudah mengantuk dan ingin segera tidur, tapi Seli mencegah aku masuk ke dalam tendanya.

"Kamu udah pipis blom, Jimmy." Tanya Seli.

"Hmm?" Biasanya aku sudah pipis sekalian nyikat gigi tadi, tapi kali ini aku lupa. "Blom sih. Tapi gak papalah, aku gak kebelet banget kok."

Saat itu, aku dan Seli melihat Putri yang melepaskan celananya lalu memakai popok celana. Popok bayi ukuran XL dengan warna pink dan motif kelinci.

Btw, Putri orangnya masih suka ngompol kalau lagi tidur. Gak sering-sering banget sih, tapi tante gak mau kerepotan bersihin bekas ompolnya Putri mulu. 

Maka dari itu, Putri memakai popok saat tidur untuk mencegah ompolnya mengenai kasur. jadi tidak merepotkan tante.

"Heee, ada bayi gede di sini." Aku bercanda dengan menyebut Putri seorang bayi besar. 

"Hmph!" Putri mendengus sebal. "Aku kan masih ngompol! Jarang-jarang sih, tapi biar Tante Mia gak kerepotan." Putri hanya mengatakan itu untuk membela dirinya.

"Kamu yakin gak pipis dulu Jimmy? Nanti kalau malem-malem kebelet gimana?" Tanya Seli.

"Yaa, aku tinggal ke kamar mandi."

"Baiklah."

Setelah semua dirasa siap, kami bertiga masuk ke dalam tenda dan bersiap untuk tidur. 

Begitu Putri sudah memakai popoknya, dia tidak memakai celana lagi sehingga popoknya dapat terlihat. Benar-benar mirip seperti bayi besar.

"Awas ya kalau kamu yang ngompol." Putri menatap tajam kepadaku. "Nanti kamu juga harus make popok!"

"Enggak bakal dong. Kan aku gak pernah ngompol. Makanya aku gak pernah make popok lagi kayak kamu." Aku menertawakan Putri sambil menunjuk popoknya. 

Tak terima, Putri mencubit pipiku dengan pelan. Aku juga balas mencubitnya sehingga kami jadi main cubit-cubitan.

"Sudah-sudah, nanti kalau belum tidur kalian bisa susah bangunnya." Seli menghentikan kami yang tengah bermain. Lalu setelah itu, kami bertiga tertidur pulas di dalam tenda selimut.

Di dalam tidurku yang nyenyak, aku terbangun dan merasa ingin buang air kecil.

Aku bangun dan keluar dari tenda selimut, lalu membuka pintu kamar karena ingin pergi ke toilet. Namun saat melihat seisi rumah yang gelap gulita, aku ketakutan dan tidak jadi buang air kecil. 

Aku mencoba membangunkan Seli atau Putri untuk menemaniku ke toilet, namun mereka semua tertidur dengan sangat lelap. Aku tidak tega mengganggu mereka berdua. 

Kamar Tante Mia ada di lantai dasar. Jika ingin kesana, maka aku harus melewati anak tangga yang sangat gelap.

Aku memutuskan untuk kembali tidur dan pipisnya besok pagi saja.

Saat kembali ke alam mimpi, aku merasa seperti sedang berenang di sebuah kolam air yang hangat. Rasanya... agak aneh.

Aku dan PopokOnde histórias criam vida. Descubra agora