20. Day 1 Punishment

1.7K 25 9
                                    

Setelah bangun tidur sebagai pribadi yang baru, hariku dimulai dengan mandi terlebih dahulu. Namun karena aku sekarang sedang menjadi bayi, maka aku akan dimandikan oleh mereka bertiga.

Aku dibawa ke kamar mandi bersama mereka bertiga. Di dalam kamar mandi, sudah ada bak mandi khusus bayi yang berada di tengah-tengah. Mereka langsung membuka handukku dan menyuruhku untuk duduk di bak tersebut.

Saat handukku dibuka, tanganku dengan sigap menutupi kemaluanku dari mereka. Kemudian Putri meraih tanganku dan menariknya sehingga dapat terlihat dengan jelas lagi.

"Bayi ngapain malu? Kan kita waktu ganti popok kamu juga ngelihat burung punya kamu." Kata Putri dengan nada menyebalkan.

"Tititnya dede Jimmy kecil ya. Mirip kayak bayi beneran." Canda Aurel. Kalimat itu keluar dari anak kecil yang polos, tapi membuatku sangat malu. Aku ingin membalas tapi tidak diizinkan berbicara sesuai peraturan.

Jika Putri menyebutnya dengan nama lain, maka Aurel akan menyebutnya dengan nama sebenarnya. Anak itu benar-benar masih polos dan hanya tau bermain.

Aku mulai duduk di bak mandi bayi yang sudah diisi dengan air hangat sebelumnya. Tidak kusangka, ternyata ukuran bak mandinya sangat pas dengan tubuhku ini.

Aurel dan Putri mulai menyiramku dengan air hangat lain. Kemudian Aurel memasangkan topi mandi di kepalaku dan memberi sampo dirambutku, sedangkan Putri menyabuniku dengan sarung tangan mandi.

Aku bisa merasakan tangan Aurel yang kecil memasuki sela-sela rambutku dan membuat samponya menyebar dengan rata. Busa yang dihasilkan sangat banyak sehingga aku bisa melihatnya berjatuhan seperti salju dari balik topi mandi.

Selanjutnya Putri, dia mulai mengusap-usap seluruh tubuhku dengan sarung tangan yang sudah diberikan sabun. Sarung tangan itu lembut tetapi memiliki tekstur yang tidak rata agar bisa membersihkan tubuh. Itu membuatku merasa geli saat Putri mulai mengusapkannya ke kulitku.

"Bayi harus dimandiin dengan benar, biar kulitnya mulus dan juga bersih." Gumam putri sambil mengusap-ngusap tubuhku.

Selama Putri menyabuni tubuhku, aku terus berusaha menahan tawa karena geli. Setelah bagian tangan dan badanku sudah rata diusap olehnya, tangan putri mulai merambah lebih jauh ke bagian bawah perutku.

"Eh! Putri! Ja-jangan ke bagian itu juga." Tangan Putri mulai menjelajahi bagian bawah tubuhku, sehingga membuatku reflek untuk mencegahnya.

Aku menggunakan kedua tanganku untuk mencegah tangan putri menggapai bagian pribadiku tanpa disengaja. Kemudian Putri mengangkat kembali tangannya sambil menarik satu tanganku ke atas. Ternyata dia memang berniat untuk melakukannya.

"Bukannya udah aku bilang kalo bayi gak boleh ngomong? Mau dihukum?" Putri mendekatkan wajahnya dan mengancamku karena sudah melanggar peraturan. "Seli! Bantuin dong!"

"Oke." Seli juga ikut bergabung untuk memandikanku, sedangkan alat mandi yang dia bawa adalah sikat gigi.

"Aurel kalo udah sampoinnya bantuin pegangin tangannya Jimmy ya." Kata Putri.

"Oke!" Setelah Aurel selesai dengan urusan sampo, kini dia memegangi kedua lenganku dari belakang agar tidak melawan Putri yang sedang mengusap-usap tubuhku.

Selagi kedua tanganku ditahan, Putri kembali memberikan sabun ke sarung tangannya lalu mulai mengusap-usap bagian bawah tubuhku lagi.

Dari samping, Seli ikutan juga dengan menyikati gigiku. Dia menggunakan satu tangannya di rahangku untuk menjaga mulutku tetap terbuka, kemudian satu tangannya lagi untuk menyikati gigiku.

"Hnngg! Hmmff!!" Badanku agak tersentak sewaktu tangan Putri menyentuh bagian pribadiku dan mulai membersihkan daerah sekitarnya. Tenaga yang dia gunakan sedikit lebih kuat sehingga membuatku sedikit merasakan sakit atau geli.

Aku dan PopokМесто, где живут истории. Откройте их для себя