8. Bayi yang sebenarnya.

1.6K 34 12
                                    

Setelah jam makan, sekarang adalah waktunya mandi.

Tante sudah menyiapkan kamar mandi yang akan kami gunakan. Tentunya dengan bak mandi khusus bayi yang lagi-lagi tante ambil dari gudangnya.

Aku memakai celana pendek, sedangkan mereka bertiga telanjang bulat.

Aurel dengan semangat memandikan Seli dan juga Putri. Menyabuni mereka, memberikan sampo, dan lalu membilas.

Aku sih mandi sendiri di shower. Untungnya aku tidak perlu repot-repot ikutan dengan mereka kali ini.

Setelah mandi, sekarang adalah waktunya tidur. Putri dan Seli sudah dipakaikan popok lagi olehku dan Aurel, dengan atasan piyama dan tanpa celana.

Sekarang kami berempat tiduran di kasur yang besar. Dengan posisi, Aurel di kiri, lalu Putri, lalu Seli, terakhir di pojok kanan adalah aku. Kedua bayi ada di tengah orang tuanya karena kami sedang mengeloni mereka.

Sebelum tidur adalah waktunya menyusui bagi para bayi. Tante sudah membuatkan dua susu di botol untuk Putri dan juga Seli.

"Sebelum tidur, waktunya nyusu." Kata Aurel dengan gembira.

Aurel memegangi botol susu dan mulai menyusui Putri. Aku bisa melihat Putri yang pasrah dan meminum susu di botol dot itu seperti bayi.

Kalau aku, aku memegang botol susu juga dan menyusui Seli.

Awalnya Seli sempat menolak. Dia merapatkan mulutnya agar puting botol dotnya tidak masuk ke mulut. Hal itu menyebabkan beberapa tetes susu tumpah dan membasahi bajunya.

"Mamah Aurel, Dede Seli gak mau minum susu nih." Aku mengadu.

"Mana yang gak mau minum susu?" Begitu Aurel berdiri dan melihat ke arah kami, Seli langsung memasukkan puting dot ke mulutnya sendiri. Dia menyusu dengan sangat semangat.

"Waah, Dede Seli nyusunya lahap. Bayi pintar, cup cup cup." Aurel mengelus-elus kepala Seli. Itu membuat wajanya Seli menjadi merah padam.

Kemudian Aurel kembali tiduran sambil menyusui Putri. Kami berdua sedang mengeloni kedua bayi kami.

Tiba-tiba Seli berhenti ngedot. "Awas ya kamu, Jimmy."

"Hehehe bercanda." Aku meminta maaf, lalu memanggilnya. "Seli."

"Ya?"

"Kalau aku ngompol, mau gak kamu bantuin aku lagi?"

"Gak."

"Selii, pliiss..." Aku memohon dengan amat sangat. Karena Aurel dan Putri sudah tidur, aku pun berani untuk berbicara kepada Seli.

Putri tidur dengan botol susu yang masih menempel di mulutnya, dan juga dia masih meminumnya tanpa sadar.

"Aku kan sama Putri yang jadi bayinya dan make popok. Kamu doang sama Aurel yang gak make popok. Malu kek, kalah sama anak TK yang udah gak ngompol." Kata Seli.

"Makanya, aku malu kalau besok pagi aku ngompol terus ketahuan sama Aurel. Terus aku harus bilang kalo Aurel yang ngompol gitu, ke tante?"

"Janganlah. Jangan salahin Aurel, dia masih kecil. Lagipula posisi kamu jauh dari dia, sudah jelas Aurel gak bisa dituduh."

"Iya sih." Aku bingung nih. Aku udah ngantuk banget, tapi belum ketemu ide jika nanti aku ngompol.

"Ya udah. Serahin aja sama aku. Jimmy tidur aja." Ucap Seli.

"Hah? Kamu ada ide, Sel?"

"Nanti aja lihat. Pokoknya kamu tidur dulu. Tapi inget," Seli menambahkan. "Hutang kamu nambah lagi satu."

Aku dan PopokTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang