10. Hukuman Seli

1.4K 22 1
                                    

Sekarang adalah giliran hukuman untuk Seli. Algojonya; Aku, Aurel, lalu Putri.

Sepertinya Seli terlihat baik-baik saja saat ingin di hukum. Karena Aurel pasti hukumannya cuman main-main.

Kalau aku sih, tentunya gak akan memberi Seli hukuman yang berat. Karena sekarang aku punya dua hutang sama dia.

Tapi ini lho... Yang Mulia Maharatu dengan wajah Licik, Putri. Satunya-satunya orang yang akan memberikan kami hukuman yang paling aneh.

Aku mendapatkan giliran pertama menghukum Seli. Hukumanku sama seperti Aurel tadi, yaitu Seli harus memakai popok.

Mungkin ini tidak terlihat seperti hukuman baginya karena dia juga sebelumnya memakai popok yang sama. Dan ekspresinya biasa saja.

Aku membaringkan Seli di kasur di atas perlak, lalu mulai membuka celana piyamanya dengan perlahan. Aku dapat melihat celana dalamnya Seli dan juga bagian pribadinya, namun aku tidak begitu tertarik karena aku masih anak-anak.

"Ji-jimmy... Cepetan ya pakeinnya. Aku malu." Kata Seli.

"Tenang aja, Sel. Kita kan dulu juga suka mandi bareng. Jadi dah biasalah."

"Tapi kan itu dulu." Kata Seli lagi.

Aku mengangkat pantatnya Seli lalu menyelipkan popok perekat punya Aurel di bawahnya, mengelap selangkangannya dengan tisu basah, lalu memakaikannya bedak.

Srek! Srek!

Terakhir adalah memasang perekatnya. Lalu popok Seli sudah siap!

Jujur. Ini tidak terlihat seperti hukuman karena memakai dan dipakaikan popok sudah seperti biasa untuk kami. Dan sebelum itu...

Puk! Puk!

"Ih! Jimmy! Popoknya jangan di tepuk-tepuk!" Seli memberontak karena aku menepuk-nepuk bagian depan popoknya.

"Tapi semalem kamu juga. Gantian dong." Balasku.

"Semalem juga? Gantian?" Di samping kami, Putri dan Aurel kebingungan mendengar apa yang tadi aku bilang. 

Sontak itu membuatku dan Seli panik.

"Eh!? I-itu, maksudnya... Mimpi! Semalem aku mimpi nepuk-nepuk bantal." Aku mencoba mencari-cari alasan.

Awalnya Putri dan Aurel terlihat curiga, kemudian mereka tidak peduli dan ingin melanjutkan sesi hukumannya.

"Sekarang giliran aku!" Ucap Aurel dengan semangat.

Dari balik tasnya, Aurel mengambil sesuatu dengan begitu semangat. Yaitu seragam sekolahnya, dan juga sebuah dot.

"Tu-tunggu Aurel. Kamu mau aku make itu?" Tanya Seli dengan wajah khawatir.

"Iya! Kayaknya Dede Seli bakal imut kalo make seragam TK aku! Terus aku juga lupa kalo aku bawa empeng di tas. Jadinya kemarin gak kepake deh."

"Aureel, kayaknya aku gak usah deh." Seli berusaha menolak.

"De-de-Se-li! Inikan hukuman! Kamu harus nurut." Yang menimpalinya itu adalah Putri. Kemudian Putri langsung memegangi tangan Seli dan berusaha melepas bajunya.

"Put, put! Tunggu! Aku gak mau make pakean TK!" Seli berusaha memberontak.

"Jimmy, bantuin pegangin Seli!" Kata Putri.

Awalnya aku ragu. Tapi jika aku tidak melakukannya, takutnya Putri akan curiga kalau aku dan Seli memiliki perjanjian tersembunyi.

Alhasil aku ikutan memegangi Seli sementara Putri melepas bajunya, dan Aurel memakaikannya seragam TK.

Aku dan PopokTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang