11. Hukuman Jimmy

1.7K 22 4
                                    

Sekarang adalah waktunya hukuman untukku. Algojonya; Aurel, Putri, lalu Putri lagi. Putri mendapatkan dua giliran karena Seli sudah kecapean duluan.

Atau mungkin ini memang sudah direncanakan oleh Putri!?

"Oke Jimmy, sekarang adalah gilirannya kamu." Kata Putri dengan semangat.

Aku sudah mempersiapkan diriku dan juga mentalku. Untuk kali ini, aku siap!

Pertama adalah hukuman dari Aurel.

"Papah Jimmy harus make popok!"

Seperti yang aku duga. Aku juga harus make popok sama seperti mereka berdua sebelumnya. Aurel mulai merogoh-rogoh tasnya untuk mencari popok perekat yang dia bawa.

"Yaah, popok yang aku bawa udah habis." Aurel tidak menemukan apa yang dia cari di dalam tas.

"Benarkah? Yes!" Aku kegirangan mendengarnya. "Jadi aku gak perlu make popok kan?"

"Tenang saja, Jimmy. Masih ada popok punyaku di lemari kok." Timpal Putri.

"Haaa?" Aku baru teringat kalau Putri juga menyimpan popok di dalam lemarinya. Kemudian dia mengambilnya dan memberikannya kepada Aurel.

"Tapi inikan popok celana. Aku gak perlu makein, Papah Jimmy juga bisa make sendiri." Kata Aurel. "Tapi gapapa deh. Yang penting Papah Jimmy tetap make popok."

"A-aku pakenya sendiri aja boleh kan?" Tanyaku.

"Gak boleh. Harus mamah yang makein." jawab Aurel.

Akupun mulai melepas celanaku dan juga celana dalamku. Meskipun benda pribadiku dapat terlihat jelas oleh mereka, namun mereka tidak terlalu mempedulikannya.

Aku mengangkat kakiku dan memasukkannya ke salah satu lubang popok, begitu juga kaki satunya. Kemudian Aurel menarik popoknya ke atas hingga terpasang pas di pinggangku.

"Oke. Papah Jimmy udah selesai make popoknya."

"Seli mau ngehukum Jimmy apa? Nanti aku yang gantiin kamu." Tanya Putri. 

Jadi jenis hukumannya tetap dari Seli, lalu yang melakukannya adalah Putri. Kalau begini sih sepertinya gak apa-apa. Mungkin.

"Hmm, apa yaa." Seli mulai berpikir. "Gini aja deh. Jimmy harus make pakaiannya aku."

"Apa!?" Aku terkejut saat mendengarnya. "Tapi kan, Seli itu cewe."

"Iyalah aku cewe. Waktu itu kan kita pernah bilang kalau Jimmy make rok kayaknya cocok. Makanya aku pengen tau cocok apa nggak." Jawab Seli.

"Yang lain aja Sel, jangan yang itu lah." Aku membujuk Seli untuk mengganti hukumannya.

"Eits! Hukuman tetap hukuman. Harus terima karena kamu udah kalah." Jawab Putri sambil memegangi tanganku yang berusaha kabur.

"Iya dong pah. Tadi aja Dede Seli make seragam sekolah aku gak apa-apa." Aurel menambahkan.

Tapi kan setidaknya Aurel itu cewek dan Seli juga cewek. Aku kan cowok masa disuruh make pakaian cewek??

Namun karena ini hukuman, mau gak mau aku harus terima sih. karena kalau aku menolak, takutnya mereka marah dan gak mau main sama aku lagi.

"Oke deh, tapi jangan yang aneh-aneh ya." Akupun pasrah dan mulai menurut kepada mereka.

Seli mulai mencari baju-baju di lemarinya yang akan dipakaikannya untukku, kemudian Aurel dan Putri juga melakukan yang serupa.

"Oke, waktunya kita dandanin Jimmy." Ucap Putri.

Putri mulai melepaskan pakaianku, hingga aku hanya memakai popok pink saja di depan mereka semua. Kemudian aku dipakaikan baju semacam Dress milik Seli yang berwarna pink juga dengan motif kekanak-kanakan.

"Kok kamu bisa punya baju kayak gini sih, Sel? Aku gak pernah liat kamu make." Tanyaku.

"Ini pakaian lama aku 3 tahun lalu. Ternyata masih muat sama Jimmy."

Baju Dress adalah baju terusan yang terdiri dari atasan dan bawahan (rok) yang menyatu. Namun karena ini adalah pakaian lamanya Seli, roknya pun sangat mengatung hingga membuat popok yang aku kenakan bisa terlihat jika sedikit terangkat.

Tak lama kemudian Putri juga memakaikan aku kaos kaki berwana putih polos setinggi betis dengan renda-renda di pangkalnya.

Kalau Aurel, dia memakaikan aku penjepit rambut sehingga aku lebih mirip seperti seorang gadis. 

"Sip! Sekarang Jimmy sudah menjadi perempuan!" Seru Putri.

"Waah!" Seli dan Aurel melihat tidak percaya ke arahku. Sewaktu aku melihat ke kaca, aku juga sempat tidak mengenal siapa yang ada di balik kaca tersebut.

"Ini... aku?" Aku mirip banget sama cewe kecil dengan Dress pink bermotif lucu dan dua penjepit rambut.

*Cekreek!*

"HEH!? Selii!" Teriakku panik.

"Hihihi. Habisnya kapan lagi kamu mau dipakein baju cewe kayak gini.

Aku mendengus sebal kepada Seli. Namun Seli dan Aurel hanya menjawab semua keluhanku dengan tawa kecil.

"Jimmy make pakaian Seli yang udah kekecilan, sama make popok aku, imut bangettt!" Teriak Putri.

"Aaah! Putri!" Aku ikut berteriak malu karena dia baru saja menyebutku imut. "Udah ya, aku lepas bajunya sekarang."

"Tunggu dulu." Tiba-tiba Putri menahan tanganku yang baru saja ingin melepas baju. "Kan hukuman dari aku belum."

Saat Putri mengatakan itu, jantungku langsung berdetak lebih cepat. Aku sudah memakai popok, lalu memakai pakaian cewe juga, setelah itu mau dihukum apa lagi? Joget toktok?

Putri berbalik dan mengambil sesuatu dari dalam lemari pakaiannya. Kemudian dia menunjukkannya kepadaku tanpa disembunyikan dulu seperti borgol spesial untuk Seli.

"Sepatu?" Ucapku.

"Tentu, apa kamu tahu ini mau dibuat apa?" Putri menyuruhku untuk menebaknya.

Sepatu milik putri. Bukan sepatu sekolah, melainkan sepatu sehari-hari yang biasa dipakai untuk jalan keluar.

Jangan-jangan...

"Kita akan pergi jalan-jalan ke taman!!"

Aku dan PopokWhere stories live. Discover now