38. Kembali ke Rumah

733 23 3
                                    

Begitu tante Mia datang menjumputku, aku akhirnya bisa kembali pulang ke rumah setelah sekian lama. Cuman satu malam doang sih, tapi tetap saja terasa begitu lama bagiku.

Aku berpamitan kepada kak Nada, kak Clara, dan juga bibi. Kemudian aku naik ke dalam mobil dan pulang menuju rumah bersama tante.

"Selamat datang kembali, kak Jimmy!!" Aurel berlari dan langsung memelukku dengan erat. Dia terlihat sangat rindu denganku.

"Jimmy. Gimana rasanya nginep di rumah kak Nada?" Tanya Seli. Dia juga langsung datang menyambutku dengan senyumannya yang menghangatkan. Padahal cuman satu malam saja, tapi rasanya sudah sangat rindu dengan Seli.

"Hmm, yaa cukup menyenangkan. Aku baru tahu kalau kak Nada mengoleksi banyak sekali komik di dalam kamarnya."

"Komik? Bukankah katanya dia mau belajar?"

"Ehem. Sepertinya kita akan mengerti pada saatnya." Kami berdua tertawa bersama. 

"Kak Jimmy, ayo ke kamar!" Aurel menarik tanganku dengan penuh semangat.

Aku sudah lama tidak bermain bersama mereka lagi, dan itu tentu membuatku sangat bersemangat.

Aku mengikuti mereka dengan penasaran. Jika mereka sesemangat ini, mungkin saja ada suatu kejutan yang sedang mereka siapkan.

"Kita main apa yak?" Tanya Aurel. 

Lah?

Aku kira mereka sudah menyiapkan sesuatu padaku.

"Kenapa Jimmy? Kamu terlihat kebingungan." Ternyata Seli dapat menyadari apa yang aku rasakan sekarang.

"Ehhh, aku kira kalian akan menyiapkan suatu kejutan."

Seli dan Aurel memiringkan kepalanya karena bingung. 

Aku jadi merasa malu karena terlalu percaya diri, dan menganggap akan ada suatu kejutan dari mereka berdua.

"Jimmy ngarep." Celetuk Seli.

Aaaaa, aku merasa malu banget. Meskipun Aurel tidak mengerti apa yang Seli katakan, tapi setidaknya aku mengerti maksud dari kalimat itu.

"Ya udah deh. Karena untuk Jimmy, aku bisa buatin itu." Seli meletakkan kedua tangannya di pinggang dengan penuh percaya diri. "Jadi, kamu mau apa?"

Eh? Seriusan nih?

"Aku bisa meminta sesuatu kepada kalian?"

Seli dan Aurel mengangguk.

Aku melompat senang entah karena apa. Setelah itu aku dengan keras berpikir permintaan apa yang sangat aku inginkan sekarang. Namun, jika begini aku malah jadi bingung sendiri apa yang ingin aku minta.

Pada akhirnya, mereka berdua hanya menyaksikan aku terdiam selama beberapa saat.

"Masih lama?" Tanya Seli.

"Eeh... kayaknya nanti aja deh. Kalau bukan kejutan malah bingung mau minta apa, hehehe."

Seli dan Aurel menepuk jidat mereka. Sementara itu, aku hanya menggaruk-garuk belakang kepala sambil tertawa tidak bersalah.

"Ya udah kalau begitu, nanti aja deh." Kata Seli.

Aku pun memutuskan untuk meminta itu nanti saja. Sekarang, mungkin kami akan bermain seperti biasanya saja.

Hanya saja, aku merasakan seperti ada yang kurang di sini. Suatu kehadiran menyebalkan yang biasanya menggangguku dan sangat jahil kepadaku. Meskipun aku tidak suka, tapi aku tetap saja merasa kosong saat tidak ada dia.

"Putri mana, Sel?" Tanyaku.

"Ngapa?"

Sebelum Seli menjawab, orangnya baru saja tiba di kamar ini. Dia datang dengan seragam pramuka, dan sudah lengkap dengan berbagai atributnya untuk berangkat ke sekolah.

Aku dan PopokTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang