BAB 7: Hopping Island yang Memberi Harapan

2 0 0
                                    


Tepat pukul delapan pagi, kami sudah menginjakkan kaki di pantai Tanjung Kelayang. Pemandu menyerahkan plastik kepada kami. Buat apa plastiknya? buat yang mabuk laut?

"Masukkan kamera dan HP ke dalam plastik. Nanti kita akan melewati ombak kencang," jelas Pemandu.

Ooo...

Sebagai orang yang belum jago dan sudah terlalu tua untuk belajar berenang, pelampung adalah sobat wajib selama aku terhuyung di atas perahu nelayan. Itinerary pagi ini adalah mencicipi pulau-pulau terdekat, atau istilahnya adalah hopping island di Belitung.

Deru mesin perahu menandai awal perjalanan. Aroma amis khas laut kian merajai cuping hidungku. Entah apa rasanya asin atau tidak. Aku tak berniat mencicipi air lautnya.

Perahu menepi di pulau kecil. Akhirnya bertemu pasir Belitung yang ciri khasnya memang berwarna putih. Jenis pasir putih kuarsa dengan kandungan mineral utama.

Pemandu menjelaskan, "Namanya pulau Pasir. Kalau musim surut, seperti sekarang ini, pulaunya terlihat jelas. Tapi saat pasang, pulaunya tenggelam."

Beruntung aku datang saat air surut. Usai melepaskan baju pelampung, satu per satu penghuni perahu turun. Aku adalah orang yang terakhir turun. Duh, ketahuan kalau penakut ya. Beruntung Yoga berlagak laki-laki sejati yang mengulurkan tangan membantu keseimbanganku hingga sukses turun. Sebenarnya kalau jatuh mungkin nggak sakit, tapi malunya itu lho. Paranoid.

Kami bergegas menikmati pulau kecil ini. Lalu dua bola mataku mendapati Sandy sibuk dengan sesuatu yang baru dia dapatkan. Aku mengamati, bentuknya seperti bintang, berwarna cokelat muda bermotif pulkadot merah bata. Lucu banget.

"Itu kan..." Seketika memoriku tentang pengetahuan umum hilang. Bim salabim. Cling. Lenyap. Duh, aku tak sanggup meneruskan kalimatku.

Sementara itu, Sandy tengah menatapku lekat-lekat. Seolah menanti suara penting yang keluar dari dua celah bibirku.

"Namanya bintang laut," jelas Sandy.

"Iya, aku tahu kok," balasku ketus. "Itu... bisa menggigit enggak?" tanyaku perlahan-lahan, mungkin baru saja melontarkan pertanyaan bodoh.

Sandy nyengir, lalu berkata lirih, "Enggak."

Akhirnya aku memberanikan diri duduk di bibir pantai dan memajukan jemari perlahan-lahan, kian mendekati bintang laut.

"Pegang saja," desak Sandy.

Aku memberanikan mengelus-elus bagian kulit dari kejauhan, takut bagaikan boneka chucky yang seketika bangun lalu menerkamku. Jariku menyentuh makhluk yang keras tetapi agak kenyal. Aku tidak dapat mengidentifikasi di mana letak mata, hidung, atau kakinya.

"Mau foto bareng bintang laut?" tanya Sandy.

Aku bergegas menjawab, "Mau!" Seketika aku teringat hasil foto Sandy kemarin. "Eh, enggak deh." Aku berbohong, tidak ingin kejadian foto di rumah adat itu terulang kembali. Nanti Mama di rumah komentar, "Jauh-jauh ke Belitung kok fotonya monyong semua." Hiks.

Aku bangkit lalu mencari pembicaraan lain saja. "Kak Sandy nggak renang?" Aduh! Pertanyaan macam apa itu yang diajukan oleh cewek kepada cowok?!

Sandy menggeleng lalu menjawab, "Tidak bawa baju ganti." Ia pun bertanya balik, "Kamu nggak renang?"

Yah! Senjata makan tuan ini! Nggak mungkin aku jujur dan malu kalau bilang nggak bisa renang. "Aku bawa kamera, bisa rusak kalau kena air," dalihku.

"Aku saja yang bawa," balas Sandy.

Aku membelalak. Tidak mengira dapat jawaban itu dari Sandy. Galau maksimal nih! Kan aku nggak berani renang. Eee... lebih tepatnya takut tenggelam. Kalau aku terseret air laut gimana? Lalu inisial namaku bakal tampil di koran kriminal sebagai korban-yang-nekat-berenang-di-laut-padahal-enggak-bisa-renang.

"Enggak usah," tolakku halus.

"Enggak bisa renang?" tebak Sandy, tanpa secuil lirikan kepadaku.

Kok dia tahu? Apa selain turunan siput, dia juga punya kekuatan magis? Paham bahasa batin seseorang, atau jangan-jangan bisa meramal? Kalau iya, aku ingin menjadi pasiennya, kira-kira bagaimana aku bisa lulus tanpa kena siksaan tugas-tugas dosen? Hiks.

"Bisa kok," aku berkelit.

"Gaya batu?"

"BISA!" Aku cepat mengangguk.

Lalu Sandy melesat begitu saja.

"Eh." Aku baru tersadar. Tapi Sandy sudah lenyap dari pandanganku.

Errrggghhh

SENIOR DINGIN TUKANG GHOSTINGDove le storie prendono vita. Scoprilo ora