SHE | CH-02

10.8K 1.3K 33
                                    

Semua siswa baru yang akan mengikuti masa orientasi siswa dikumpulkan dilapangan. Para OSIS akan membagikan ruangan yang dibagi menjadi empat.

Terik matahari terus menyorot manusia yang berdiri dilapangan.

Elbio mengusap keringat yang mengalir di pipinya. Kulit anak itu sudah memerah padam karena panasnya matahari.

"Panas," Keluh Elbio. Ia melindungi wajahnya dari sinar matahari menggunakan kedua tangan kecilnya.

Ia berbaris dibarisan paling depan. Dia bisa melihat kakak dan adiknya didepan sana. Kedua saudaranya adalah anggota OSIS, Regi sebagai ketua, dan Gani sebagai anggota. Elbio berfikir, apakah ia juga bisa menjadi anggota OSIS juga? Ia pasti akan terlihat keren didepan sana.

Tiba-tiba ada yang menoel pipinya. "Ngapain senyum-senyum sendiri?" Itu adalah siswa yang berdiri disampingnya.

Elbio mendongak menatap yang lebih tinggi. "Kamu siapa?"

"Mau kenalan?"

Mengangguk antusias. Elbio yakini, jika Elbio berkenalan maka Elbio menjadi temannya. Elbio sangat suka memiliki banyak teman.

"Elbio!" Ujar anak itu sambil memamerkan giginya. Suaranya begitu nyaring mengalihkan semua tatapan yang ada disana. Bahkan Regi yang masih menjelaskan pun ikut terdiam karena pekikan adiknya. Pemuda itu tersenyum tipis.

Menaruh jari telunjuknya ke bibir Elbio. "Sttt jangan teriak-teriak, diliatin semua orang."

"Maaf, El cuma seneng punya temen balu yang banyak," Kata Elbio berbisik.

"Namaku Kenny, salam kenal. Semoga kita satu ruangan, ya?"

"Iya!"

"JIKA MASIH DIJELASKAN DIDEPAN BISA DIAM TIDAK? APA MAU KALIAN YANG DIDEPAN?"

Teriakan keras Gani menghentikan obrolan Elbio dan Kenny. Keduanya terdiam. Kenny sih biasa saja, berbeda dengan Elbio yang tampak takut. Anak itu beralih kebelakang Kenny dan memeluk Kenny dari belakang seakan ia meminta perlindungan.

Gani ingin kembali mengomel, namun Regi menghentikannya melalui tatapan tajam.

Regi menyebutkan satu per satu nama dan ruangan yang harus mereka tempati. Dan Elbio, ia menempati ruangan dua. Berpisah dengan Kenny.

Semua siswa berhambur memasuki ruangan mereka. Berbeda dengan Elbio yang pergi menuju pohon besar dekat lapangan.

Ia langsung mengambil botol dot berisi air putih miliknya. Anak itu langsung merebahkan tubuhnya sambil menyedot nipple buatan itu. Ia lelah, panas, dan haus. Elbio tidak peduli jika harus masuk kelas, yang terpenting sekarang ia minum.

Mulutnya terus bergerak, kedua mata bukatnya menatap daun pohon yang bergerak tersapu angin.

Lama-lama kedua matanya malah memberat, tapi sebelum kedua mata itu benar-benar tertutup, pekikan keras mengejutkannya.

"KAMU DENGAR TIDAK KALAU HARUS MASUK RUANGAN."

Elbio hanya membalikkan badannya menjadi miring, enggan beranjak. Lagian ia masih asik menyusu. Menganggu saja.

Anggota OSIS tadi, yang bersiap memarahi Elbio nyatanya tak jadi karena tatapan polos itu. Seperti tatapan merasa tak bersalah.

Julian, siswa itu berjongkok tepat didepan wajah Elbio. "Kamu ngapain masih disini?" Dapat Julian lihat pipi Elbio benar-benar merah karena panas.

"Panas, El haus," Elbio kembali menyedot nipple buatan manusia itu setelah menjawab pertanyaan Julian.

"Kamu nggak denger aturan tadi? Kan belum istirahat."

"Emang halus nunggu istilahat dulu balu boleh minum?"

Mengangguk. "Iya, yang lain juga belum pada minum."

"Bialin! El haus."

"Ayo, sekarang ke ruangan kamu."

"Nggak mau, mau. Disini aja."

Julian berdecak kesal, pemuda itu langsung menggendong Elbio. Dahi Julian mengkerut bingung. Tadi katanya tidak mau, tapi saat digendong anak ini malah melingkarkan satu tangan dilehernya. Bahkan anak itu masih menyusu.

Menggelengkan kepalanya, Julian melangkahkan kakinya keruangan dua. Saat diambang pintu, semua tatapan mengarah pada Julian dan Elbio.

Julian meringis. "Maaf, diruangan ini ada yang ketinggal satu."

Gani menutup rapat bibirnya, kesal dan malu.

"Turunin," Julian langsung menurunkan Elbio. Seolah tak tau suasana dan kondisi, Elbio masih menyusu dibotolnya. Anak-anak yang lain memekik gemas.

Hanya Gani yang memandangnya marah, pun Elbio tidak tau menahu.

"Kamu telat, silahkan push up didepan sini."

Kedua mata bulat Elbio berkedip beberapa kali. "El?" Menunjuk dirinya sendiri.

"Budek lo? Buruan!"

Elbio menitipkan botol dot dan juga tas miliknya ke salah satu OSIS entah siapa. Julian sudah pergi setelah menurunkan Elbio.

"El titip sebental," Siswi itu tersenyum gemas. Ia mencubit pipi Elbio lebih dulu.

Elbio bersiap, ia memposisikan dirinya untuk push up.

"Lima puluh kali," Ujar Gani tanpa ekspresi.

Mata Elbio melotot. "Banyaaakkk."

"Hukuman buat orang yang telat."

Elbio mencoba menggerakkan tubuh mungilnya, ini tidak sulit.

Gelak tawa terdengar begitu keras ketika melihat Elbio push up. Pantatnya saja yang bergerak keatas dan kebawah.

"Baru tau push up kayak gitu," Kata salah satu siswa baru disana.

Elbio menyengir, ia tak bisa. Elbio menidurkan badannya diposisi tengkurap. Dingin, disini lebih sejuk daripada dibawah pohon tadi.

"Kakak, tolong biobio El," Tangan Elbio terulur ingin meraih botol dotnya. Cika-- siswi itu memberikannya pada Elbio, dan diterima dengan baik oleh sang empu.

Gani jelas saja semakin marah. Lihat! Kakak tak punya malu, kakaknya itu malah memejamkan matanya dilantai sambil menyedot botolnya(posisinya masih tengkurap). Bahkan didepan kelas!

Cika langsung menahan Gani, Elbio adalah baby Cika, jadi tidak boleh ada yang menganggunya. Apa, Elbio bayi semua orang?

"Biarin aja," Ujar Cika.

Gani yang masih menahan marah tetap melanjutkan acara MOS, dengan Elbio yang sudah terlelap didepan kelas. Dilantai.

***

Setelah semua siswa keluar untuk istirahat, dengan langkah lebar Gani menghampiri Regi.

Gani langsung menarik tangan Regi begitu saja tanpa ucapan apapun

"Apaansi gan, nggak sopan tau," Pasalnya Regi masih mengobrol dengan anggota OSIS yang lain.

Sampai dikelas tadi, Gani langsung menghempaskan tangan Regi. "Noh, liat."

Sambil mendumel, Regi mengikuti arah telunjuk adiknya.

"Kenapa?" Tanya Regi pada akhirnya kala melihat Elbio yang masih nyenyak tertidur diatas lantai.

"Kenapa? Liat adek Lo, kalo nggak niat sekolah nggak usah disekolahin. Dari tadi bukannya ikut MOS malah tidur disitu kayak bangkai."

Regi mengangkat tubuh adiknya perlahan, ia terkekeh gemas. "Namanya juga anak kecil."

"Anak kecil kata lo? Kayaknya kecil gue deh."

Si sulung tak menjawab, Regi menggendong Elbio yang masih tertidur kearah kantin. Daripada mendengar ucapan Gani yang terasa menusuk baginya.

Regi mencium pipi Elbio sedikit lama.

Say Hello, El [Completed]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora