SHE | CH-11

10.2K 1.4K 111
                                    

"Besok lagi kalo main sewajarnya aja, kasian Bi Mara bersihin lantai dua kali karna kamu. Papa juga pusing sama kerjaan, pas pulang mau istirahat bukannya liat rumah rapi, bersih, malah banyak pasir kayak gitu."

El terus menangis, menyesali perbuatannya yang membuat Papa marah. Nafasnya tersengal-sengal karena terus menangis.

Melihat keadaan putranya membuat hati Henry kembali mencair. Pria tiga anak itu menatap sendu Elbio.

"Tluk Bintang," Lirihnya. Elbio hanya memikirkan alasan apa yang harus dikatakan ketika Bintang marah karena truk yang dipinjamnya rusak.

Elbio berfikir untuk membuka dolphin, tapi nanti kalau ada barang yang ingin dibeli, ia sudah tidak punya uang lagi.

Tangisannya mengencang karena memikirkan itu.

***

Malam harinya Elbio terserang demam. Sedari tadi anak itu tidak mau turun dari gendongan Henry(gendongan kain). Badannya terasa panas, kepalanya juga berat sekali.

"Tluknya lusak."

Kaki Henry terus berjalan pelan, menimang putranya.

"Papa, tluknya lusak," Kata Elbio sedih.

"Maafin papa, ya? El jangan sakit."

"Kalo Bintang malah?"

"Enggak marah," Jawab Henry. "Dia udah nggak mainin itu lagi."

Elbio mengangguk, anak itu kian merapatkan badannya pada Henry karena terasa dingin.

Henry berjalan pelan kearah kamar Regi, lalu membuka pintu. Dilihat disana si sulung tengah belajar. "Bang?"

"Belum mau diturunin?" Melirik Elbio yang sudah mulai terpejam.

"Belum. Tolong pakein kaos kaki El, ya? Papa nggak bisa kalo gini."

Regi mengambil kaus kaki dari Henry lalu memakaikannya dikedua kaki Elbio. Regi menatap kaus kaki itu sedikit lama, kepalanya mendongak menatap sang ayah.

"Kaos kakinya baru?"

"Hm ... Biar anget kalo El pas sakit."

***

Karena Elbio belum sembuh, jadi hari ini Henry melarang Elbio untuk sekolah. Bahkan Henry juga libur kerja hanya untuk menemani putranya yang tengah sakit.

"Buburnya mau lagi?"

Meskipun tidak ikut sekolah, tapi Elbio tetap ikut sarapan. Ia disuapi sang ayah dan duduk dipangkuannya.

"Ayam yang disuil mau yang banyak."

"Bi, tolong, ya?"

Mara yang berdiri tak jauh pun mendekat dan mengambil mangkuknya. Wanita itu langsung pergi kedapur untuk mengambilkan bubur untuk Elbio lagi.

Henry menunduk, membersihkan sekitaran mulut Elbio yang terkena bubur. Setelah membuang tisunya, Henry mengecup hidung Elbio. Dapat dirasakan Elbio masih sedikit hangat.

"Masih pusing?"

"Sedikit."

Tatapan Henry beralih kepada sulung dan bungsunya. "Abang sama Adek kalo udah selesai berangkat, nanti telat."

"Iya," Jawab keduanya secara bersamaan.

Regi beranjak, menyalimi sang ayah dan menyempatkan mencium dahi Elbio. "Yah, Abang berangkat sendiri, deh. Cepet sembuh, ya?"

Say Hello, El [Completed]Where stories live. Discover now