SHE | CH-04

10K 1.1K 144
                                    

Gani bersandar dipintu sembari menyesap kopi yang baru saja dibuatnya. Gani menatap Regi. Dari Regi membayar ojol, berusaha membuka gerbang rumahnya, lalu berjalan pelan sambil menggendong kakak tak bergunanya itu.

"Widih, udah pulang bang?"

Regi hanya melirik sekilas. Daripada meladeni Gani yang selalu saja mengatai Elbio dengan kata-kata jahat, lebih baik Regi segera membawa Elbio kekamarnya.

Berdecih sinis kala Regi berjalan melewatinya tanpa membalas sapaannya. "Baperan amat."

***

Dengan perlahan Regi menurunkan Elbio dikasur. Lalu berjalan kearah lemari untuk mengambil baju ganti.

Saat membuka lemari, bau apek menyeruak kedalam hidungnya. Regi terdiam. Pandangannya menoleh kearah Elbio yang terlelap, wajahnya damai sekali.

Kembali pandangan Regi menatap isi lemari Elbio. Sangat berantakan dan tak tersusun.

Elbio selalu mencuci bajunya sendiri, melipat, dan menjemurnya sendiri. Sedangkan Elbio tidak paham kalau mencuci baju harus menggunakan sabun, pokoknya terkena air saja, menurut Elbio itu sudah dicuci.

Tangan Regi terulur untuk mengambil baju dan celana kolor. Regi ingat, itu adalah baju Gani saat kecil.

Bahkan Regi sadar kalau Elbio tidak pernah membeli baju baru. Karena badannya yang kecil, Elbio akan memakai baju Regi, atau Gani yang sudah tidak muat. Bahkan kalau dilihat baju yang kekecilan untuk Regi dan Gani, itu akan sangat besar untuk Elbio.

Dan Elbio akan tersenyum senang ketika diberi baju tak terpakai Regi dan Gani. Elbio akan berseru senang dan akan mengatakan pada bibi dirumah, juga pak Satya kalau ia memakai baju baru. Padahak bekasan kedua saudaranya.

Regi sedikit membungkuk, membukakan seragam Elbio. Lalu mengusap menggunakan handuk kecil. Karena Regi yakin, pasti Elbio tidak akan mandi kalau sudah tidur sejak siang.

"Besok Abang beliin adek baju yang bagus, yang pas ditubuh adek," Regi mencium pipi, hidung, pelipis, dagu Elbio dan beranjak pergi dari kamar Elbio.

Biarkan Elbio bermimpi indah sejenak.

***

Hari sudah mulai petang, Henry berjalan kedalam rumahnya sambil mengendurkan dasi yang terasa mencekik lehernya.

Diruang tengah ada kedua anaknya. Si sulung, dan si bungsu yang sedang bermain game seperti biasa. Henry tersenyum.

"Abang sama adek udah makan?" Tanya Henry sembari mendudukkan dirinya disofa.

Gani melirik ayahnya. "Udah, tadi Bi Mara buat opor. Jadi aku makan banyak."

Karena Gani suka opor, Henry selalu menyuruh Mara--Asisten rumah tangganya untuk terus memasak opor.

Mara adalah wanita yang sudah cukup umur. Beliau bekerja semenjak Henry remaja dirumahnya dulu.

Mengusap kepala bungsunya. "Besok papa suruh bibi masak opor lagi kalo Adek suka, sekalian kesukaan Abang juga," Tersenyum. "Abang mau apa?"

"Nggak mau apa-apa."

"Bener?"

Mengangguk. "Aku apa aja suka, yang penting El juga suka."

Say Hello, El [Completed]Where stories live. Discover now