SHE | CH-09

9.4K 1.2K 104
                                    

"Mblummm," Ternyata suara itu belum usai juga sejak kemarin sore. Pagi ini Elbio terpaksa disuapi Mara karena tidak mau meninggalkan mainannya. Sementara yang lain juga harus sarapan.

"Adek El, ak lagi sini."

Elbio yang berdiri beberapa meter dari Mara pun mendekat. "Mbluuum," Sambil menyeret truk bermuatan timun pastinya.

"Udah dulu mainnya, nanti telat ditinggal Abang mau?"

Mara, wanita itu sudah seperti nenek bagi Elbio. Meski tidak dua puluh empat jam Mara bersama Elbio.

Menjatuhkan tubuhnya dilantai. "El nggak mau sekolah, mau main ini aja."

"Eh, harus sekolah ... Katanya mau jadi supir truk? Iya?"

"Iya, kalo El bawain Abang sayul, El bakal bawain bibi pelalatan dapul yang banyaaak."

"Boleh, makanya sekolah yang bener. Yang pinter biar bisa gapai cita-citanya adek."

Tersenyum. Pandangan Elbio jatuh pada truknya. "Telus tluknya?"

"Truknya diparkir dulu samping televisi. Nanti, pulang sekolah buat mainan lagi, siap?"

"Siap! Tut, tut, tut, tut ... Awas ada tluk oleng palkil."

"El, cepetan pake sepatunya," Suara Henry terdengar dari ruang makan.

Mendengar suara Henry, Elbio buru-buru mengambil sepatu dan memakainya. Setelah sudah, kedua kaki pendeknya berlari menuju Henry.

"Sudah papa."

Tersenyum, tangan besarnya mengusap rambut Elbio satu arah. "Belum sisiran?"

Elbio menggeleng jujur, anak itu tersenyum lebar sekali.

"Kenapa belum? Keasikan main sampe lupa mau sekolah?"

"Mainannya bagus, jadi El lasanya mau main telus."

"Mainan butut Lo kata bagus?" Gani tertawa keras sembari memukul meja karena tak kuat. Perutnya terasa tergelitik.

Mengangguk semangat. "Bagus, El belum pelnah pegang yang kayak gitu."

Ruangan terasa hening dalam sekejap. Bahkan Gani pun langsung memfokuskan pada sarapannya lagi.

"Besok Abang beliin yang bagus, mau?" Kata Regi.

"No, bang. Kemarin Abang baru aja beliin buku gambar sama krayon," Henry menatap Elbio. "Udah dibeliin kenapa nggak pernah dipake? Malah sayang uangnya, kan?"

"Nanti El buat gambal, tapi sekalang El mau main tluk dulu. El suka tluk."

"Tapi sayang uangnya Abang, nanti Abang nggak bisa beli apa yang dia mau karna nurutin kamu. Papa ngasih uang buat Abang itu buat kebutuhan dia, bukan kamu."

Elbio memajukan bibir bawahnya, ia menunduk menatap sepatu baru yang dibelikan abangnya beberapa waktu lalu sebelum masa orientasi siswa dimulai.

Kedua kaki Elbio mengayun mendekati Regi, Regi langsung menghadap kesamping.

"Maafin El Abang, nanti El buka dolphin ya ... Uang El, banyak," Kedua tangannya merentang memperagakan betapa banyaknya uang yang ia miliki.

Regi tersenyum menanggapi. "Banyak?" Mengusap pipi Elbio. "Abang masih punya uang kalo buat jajan, jangan dibuka celengannya, nanti aja kalo adek butuh buat beli mainan yang adek mau kurang."

"Tapi El benelan punya uang yang banyak."

"Pinter kalo banyak uang, tapi itu uang El. Oke?"

"Oke!" Memeluk Regi. "Makasih Abang, El janji kalo El udah pintel, El akan jadi supil tluk yang bawain Abang banyak sayul."

Say Hello, El [Completed]Where stories live. Discover now