#8 ; Cooking with love

109 71 14
                                    

Izinkan aku untuk mengambil separuh hatiku yang telah kau bawa.

°
°
°

Retta mengetuk pintu dengan cemas, berharap pak Galih belum masuk kelas. Kesal karena tak kunjung mendapat jawaban, Retta mencoba untuk membuka pintu. Ia menarik daun pintu berkali-kali tetapi pintu kelasnya tidak dapat dibuka. Aneh, tidak biasanya seperti ini atau mungkin pintunya rusak hingga sulit untuk dibuka atau barangkali...pak Galih sengaja mengunci pintu karena tidak mengizinkan dirinya untuk masuk.

Retta berusaha untuk membuka pintu tersebut dengan kuat-kuat, siapa tahu pintunya itu memang rusak. Dengan diawali tarikan nafas panjang, Retta mundur beberapa langkah ke belakang. Mengumpulkan tenaga sebanyak mungkin lalu mendorong pintu tersebut sekuat mungkin.

BRAAAAK!

Bunyi itu mencuri perhatian seluruh pasang mata yang ada didalam kelas. Mereka kaget dengan apa yang baru saja terjadi. Yang lebih mengherankan yaitu Retta yang tiba-tiba membuka pintu dengan keras yang mengakibatkan cewek itu terjerembab ke lantai.

Sedangkan dari sisi dalam kelas, Aksa tengah bersandar pada pintu, cowok itu menemani Daniel yang diberi amanat untuk menyampaikan tugas dari pak Galih yang kebetulan saja mereka bertemu dengan pak Galih saat hendak mengumpulkan buku tugas di ruang guru.

Dorongan keras dari Retta mengakibatkan ia terjatuh. Ia mendarat di punggung Aksa, sedangkan cowok itu terjerembab dengan posisi tengkurap.

Cowok itu meringis kesakitan karena dahinya berbenturan dengan lantai. Bukan hanya dahinya yang terasa sakit, namun beberapa bagian tubuhnya juga ikut sakit.

Retta menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Dari balik sela-sela jarinya ia melihat teman-temannya mengerubungi ia dan siswa yang saat ini menjadi penyelamat.

"Sa, lo nggak papa?"

Retta merasa kenal dengan suara itu, tapi ia sangat malu untuk melihat siapa orang itu. Disusul dengan suara bisik-bisik yang bisa dipastikan itu adalah suara teman-teman sekelasnya.

"Nggak papa Niel."

"Niel? Jangan-jangan itu suara Daniel, dan cowok yang sedang rebahan di lantai adalah Aksa?"

Retta merutuki dirinya sendiri. Untuk situasi saat ini, ia mengharapkan pintu ajaib Doraemon yang bisa membawanya kemana saja. Bahkan jika dibawa ke pelaminan bersama Jungkook juga... ia ikhlas!

🩹🩹🩹

Deg!

Retta terbelalak kaget saat merasakan kakinya ditarik oleh seseorang. Ia menarik selimutnya dan melihat Radit tengah berdiri menatapnya.

"Bangun, udah jam tuju.".

"Hmm," gumam Retta tak jelas.

Retta menyibakkan selimutnya setelah Radit keluar dari kamarnya. Bola matanya berputar meneliti sudut-sudut kamarnya. Ia menghembuskan nafas lega, bersyukur karena yang tadi hanyalah bunga mimpi.

Retta berdiri lalu mengucir rambutnya. Ia berdecak setelah melirik jam dinding di kamarnya. "Baru jam lima, bilangnya udah jam tuju."

Mengejar waktu agar tidak terlambat datang ke sekolah, Retta bergegas menuju dapur. Semalam, sebelum tidur ia sudah membuat rencana dan sudah membayangkan semuanya berjalan dengan lancar.

Ia membuka rice cooker, dan langsung mengambil nasi yang sudah matang. Dengan berbekal resep dari internet, Retta mencari semua bahan untuk membuat nasi goreng. Ini kali pertamanya Retta memasak di dapur seumur hidupnya. Iya, pagi ini ia berhasil mengalahkan rasa malasnya untuk pergi ke dapur. Biasanya juga boro-boro masak!

Hujan Kemarin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang