#9 : Another side of Aksa

100 62 36
                                    




Karen dan Darisa menatap Retta dengan prihatin. Saking asiknya menonton Retta makan dengan lahap, mereka lupa untuk mengisi perut mereka juga.

"Pelan-pelan deh Ta, entar keselek."

Retta tak mengindahkan peringatan Darisa. Gadis itu asik melahap makanan dengan cepat. Sementara itu, Karen dan Darisa yang duduk di depan Retta hanya bisa terbengong-bengong.

Hari ini Retta benar-benar aneh. Lebih aneh dari Retta yang kemarin-kemarin. Pagi tadi mereka bertemu dengan Retta yang berdiri di dekat lift dengan senyum yang terus merekah. Namun Retta baru masuk ke kelas tepat saat pelajaran pertama akan dimulai.

Sepanjang pelajaran hingga jam istirahat tiba, Retta lebih banyak diam dan murung. Dan sekarang Retta makan dengan begitu lahap tanpa memperdulikan teman-temannya.

"Ta, Lo ada masalah apa deh?"

Retta hanya menggelengkan kepalanya lalu menambahkan beberapa sendok sambal ke dalam mangkuk bakso.

Selesai mengosongkan mangkuk itu, Retta menenggak habis es teh manis tanpa sisa. Ia benar-benar lapar karena semalam ia lupa untuk makan malam. Retta meletakkan kedua telapak tangannya di meja.

"Gue mau cerita!"

Darisa dan Karen yang sedang menyantap makanan mendadak berhenti dan saling tatap.

"Cerita apa?"

Retta mengambil napas dalam-dalam. "Hari ini gue kesel banget!"

"Kesel kenapa?" Tanya Karen dan Darisa secara bersamaan.

"Jadi tadi pagi sebelum berangkat, gue masak nasi goreng buat Marchel. Nah udah gue siapin niat banget sampe gue bentuk love nasi gorengnya. Tapi Lo tahu?"

"Enggak, Lo cerita langsung aja jangan bikin penasaran."

"Huuh...oke! Jadi gue sengaja nggak masuk kelas dulu dan nunggu Marchel di depan lift. Gue udah capek masak, capek berdiri nungguin dia. Eh pas mau bel, tiba-tiba si manusia es itu nabrak gue."

"Hah? Terus Lo jatuh?"

"Gue nyungsep! Nasi gorengnya jatuh ke lantai. Dahlah gagal jadinya, gue udah capek banget masak."

"Jadi karena itu Lo badmood seharian ini?"

"Iya lah Lo bayangin dong guys...gimana nggak kesel gue?"

Karen geleng-geleng kepala. "Ada hikmah nya juga sih tapi."

Retta mengerutkan dahinya, tidak mengerti maksud pembicaraan Karen. "Hikmah gimana maksud Lo?"

"Biar kita bisa menghargai makanan aja, lagian gue kasihan juga sama Marchel kalo misal dia makan nasi goreng buatan Lo."

"Hello....maksudnya apa ya sis?"

"Takut keracunan aja."

Retta terbelalak mendengar ucapan Karen. Sahabatnya yang satu ini benar-benar tidak berempati. Disaat sahabatnya butuh pembelaan atas sikap kurang ajar Aksa, masalah dia yang kena lagi.

"Belum gue jambak aja Lo!"

"Sabar Ta," Darisa menepuk-nepuk tangan Retta dengan senyum tulus.

"Udah ah gue cabut duluan, bye!"

"Eh Retta! Gue becanda!"

Retta tidak memperdulikan kalimat Karen, ia harus cepat-cepat ke kamar mandi sekarang.

Karen menatap Darisa dengan wajah memelas. "Terus sekarang siapa yang mau bayar makanan Retta?"

Mereka menatap mangkuk yang sudah kosong. Retta tidak hanya memesan semangkuk bakso, tapi dua mangkuk beserta dua gelas es teh beserta gorengannya yang entah berapa banyak yang sudah masuk ke perut Retta.

Hujan Kemarin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang