76. Connection

6 3 0
                                    

Ana melihat jam dinding dan teringat janjinya dengan linyi.

"Anli, wily..om linyi mengajak makan es krim.. Cepat ganti pakaian kalian"ucap ana.

Ana sudah minta izin pada Li tadi saat di halaman sebelum li berangkat syuting dan li tidak keberatan.

"Okay"Jawab anli dan wily kompak.



Toko es krim.

Anli tersenyum sambil menikmati es krim stroberinya dan wily sudah habis dua mangkuk dan kini menikmati mangkuk es krim cokelat ketiganya.

"Wily ini yang terakhir ya, nggak boleh nambah lagi nanti bisa sakit perut"Ana mengingatkan.

"Tenang aja mommy"ucap wily.
"Wily kan kuat"

Ana teringat sejak bayi, wily memang nggak pernah sakit.
Apa karena kristal hijau dalam tubuhnya.
Anli pernah sakit demam saat berumur tiga tahun, ana sangat cemas saat itu.
Namun tiba-tiba saat wily memeluk anli yang menangis, demam di tubuh anli mendadak sembuh.
Junjie saja saat itu yang datang untuk memeriksa anli terkejut dan berkata mungkin kekuatan menyembuhkan gue menurun pada wily.

Sekarang kemampuan menyembuhkan ana memang terbatas kalau wily bisa menyembuhkan itu akan sangat luar biasa.

Ana merasakan kalau tatapan linyi sejak di mobil tadi mengarah pada jari manisnya.

Linyi ragu untuk bertanya dan takut untuk mendengar jawaban ana.
Bagaimana kalau ana berhubungan dengan li sekarang kan mereka tinggal satu rumah batin linyi.

Kasihan om linyi pikir anli.
Mommy sudah memilih daddy li dan menikah dengan daddy li.

Mereka berempat mengunjungi taman bermain setelah dari toko es krim.

Anli dan wily sedang bermain ayunan.

Ana memakai kesempatan ini untuk berbincang dengan linyi.
"Gue dan li sudah menikah"ucap ana.

Linyi bagai di sambar petir di siang hari mendengar perkataan ana.
"Apa.."

"Kemarin gue menikah dengan li..gue menyukai li dan gue juga membutuhkannya untuk berada di sisi gue"ucap ana.
"Maaf linyi"

Linyi tersenyum namun wajahnya menunjukkan kesedihan di hatinya.
"Loe sudah memilih..Gue nggak bisa memaksa loe memilih gue, semoga loe bahagia ana"Ucap linyi tulus.

Ucapan linyi membuat hati ana pedih.
Lagi-lagi gue mengecewakan linyi batin ana tapi saat ini gue memang menyukai li.

"Gue harap walau loe kini bersama li, gue masih bisa menemui loe, anli dan wily"Pinta linyi.

"Tentu saja linyi"ucap ana tersenyum.
"Loe bisa bertemu dengan kami kapan aja"

Linyi tersenyum.
"Gue menyayangi si kembar terlebih lagi anli, seandainya saja anli anak gue"ujar linyi.

Ana menunduk tidak berani menatap linyi.
Anli memang anak kandung loe batin ana.

"MOMMY..DADDYYY.."Teriak anli.

Ana dan linyi terkejut berlari menghampiri anli yang terpeleset ketika hendak turun dari ayunan.
Anli terjatuh dan lututnya berdarah terkena batu.

Anli kesakitan menahan tangis memegang lututnya.

Wily hendak menyentuh lutut anli untuk menyembuhkannya namun ana menahan tangan wily.
Ana menggeleng menatap wily.

Wily mengerti dan membatalkan niatnya.

Linyi mengambil sapu tangan dan mengikatnya di lutut anli lalu menggendong tubuh anli, linyi berlari menuju klinik di seberang taman bermain.
"Tahan ya cantik"Ucap linyi.

Ana imagination loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang