5

31 8 0
                                    

Zella menghembuskan nafas lelah. Tiba tiba rasa gelisah yang tadi sempat menyelimutinya kini lenyap.

Lelaki teman sebangkunya kini sedang asik menelungkupkan kepala di atas meja. Mungkin, tertidur.

Zella mencoba rileks. Ia ingin mengirim telepati pada Leonard. Berharap kembarannya baik baik saja.

Elemen sinyal tak diketahui.

Nafas Zella tercekat. Ada sesuatu yang terjadi pada Leonard.

Xalyonz, ada apa dengan Elzey?
Suara Zella hampir bergetar menanyakan keadaan Leonard dan Elzey.

Elzey pergi, Nara.
Jawaban singkat yang diberikan oleh Xalyonz membuat darah Zella berdesir. Kemana Elzey pergi.

Kepanikan Zella membuat mata birunya mengeluarkan sinar Navy. Simbol simbol di tubuhnya menyala.

Momiya, kemana Elzey pergi

Zella mengirim telepati kepada siapaun yang muncul di otaknya. Ia bangkit dari bangku lalu berjalan keluar kelas. Suasana di luar ramai dengan ocehan siswa siswi yang sedang menikmati waktu istirahat.

Kamu masih di sekolah, Zell?

Suara Castelio menyelinap di benak Zella. Ia mengiyakan. Berharap mendapat penjelasan tentang Elzey dan Leonard.

Zella selesaiin dulu sekolahnya hari ini. Gak usah mikirin Elzey sama Leonard dulu, nanti kita urusin bareng-bareng.

Kini, suara sang ibu memenuhi benaknya. Bagaimanapun juga, Zella hanya bisa mengiyakan walau tak mampu untuk sekedar menarik nafas lega.

Kriiiiiinggggggg

Bel berbunyi nyaring memenuhi langit langit kelas 11 XE. Zella berjalan gontai menuju bangku. Disana lelaki aneh itu masih menelungkupkan kepala.

Hingga guru masuk kelas pun, sang lelaki itu masih tertidur. Zella, yang awalnya malas untuk peduli berakhir menggoyangkan bahu lelaki itu pelan. Mengatakan bahwa guru sudah datang.
...

Zella berjalan menyusuri koridor menuju gerbang. Disana, supir pribadinya telah menunggu.

"Selamat siang, nona Zella" Sapa supir sembari membungkuk. Ia segera membukakan pintu untuk majikannya.

"Lee udah di rumah, pak? "

"Tadi den Leo sudah diantar pulang oleh den keanu dan yang lain, nona" Jawab supir sambil melirik sekilas lewat kaca.

Zella mengangguk sekilas lalu kembali menatap perjalanan lewat jendela.

15 menit kemudian, mobil mercy hitam memasuki halaman kecil milik keluarga Arroeghaxia.

Rumah keluarga Arroeghaxia memang terlihat sangat sederhana jika dilihat dari jalan. Namun, setelah melewati halaman kecil dan memasuki gerbang kedua maka tampaklah istana sebenarnya milik keluarga mafia tersebut.

Kedatangan Zella telah ditunggu oleh kakaknya, Castelio. Lelaki itu tersenyum hangat menatap adik perempuannya.

"Hallo adek abang yang cantik" Castelio menyambut kedatangan Zella dengan pelukan.

"Lee gimana kak? " Zella mengeratkan pelukannya pada Castelio.

Castelio sudah berusaha menyiapkan diri untuk pertanyaan adiknya. Namun, mengetahui sang adik sedih adalah hal terburuk untuk Castelio.

"Lee belum sadar, Nara" Castelio sengaja menyebut nama Nara, nama kerajaan untuk Zella.

"Dimana Lee, kak? "

Tanpa memberi jawaban, Castelio segera menggandeng Zella masuk. Castelio mengantar Zella ke kamar untuk berganti pakaian.

"Ganti dulu, nanti baru boleh lihat Lee"

Zella mengangguk lesu. Perasaannya sudah sangat hancur mengetahui saudaranya sedang dalam keadaan tidak baik baik aja.

"Sudah? "

Zella hanya mengangguk. Lagi. Rasanya hanya untuk mengucapkan sepatah kata pun terlalu sulit.

Castelio dan Zella melangkah menuju kamar Leonard. Mereka bergandengan tangan.

"Lee... " Panggil Zella saat mereka membuka pintu

Tampaklah di atas kasur tergeletak lelaki yang kini tubuhnya terlihat mengeluarkan sinar merah redup. Rambut abu-abunya berubah menjadi kecoklatan.

"Lee, kenapa? " Zella mengelus tangan Leonard

"Mana momiya sama Dade? "Zella menoleh kearah Castelio yang diam disebelahnya.

" Mereka ke atas gunung"

Setelah perbincangan singkat itu, mereka kembali dilanda keheningan. Zella, menatap Leonard sedih. Hatinya ikut sesak kala melihat saudara kembarnya terserang kekuatan jahat.

"Lee bangun, bilang sama kita apa yang Lee rasain! Jangan tutup mata mulu. Bilang Lee, kita lawan sama-sama ya" Zella membisikkan itu tepat di telinga Leonard sambil menangis.

Castelio masih berdiri di belakang Zella. Sesuatu mencuri perhatiannya.

Rambut biru milik Zella mengalami perubahan warna. Tidak semua. Hanya beberapa bagian yang terlihat.

"Zell... " Panggil Castelio.

Gadis itu menoleh. Menatap Castelio menunggu perkataan Castelio selanjutnya.

"Rambut kamu? "

Sepersekian detik Zella terkejut. Hanya sedikit sekali raut Zella yang tampak terkejut. Namun, itu tetap terlihat di mata Castelio.

"Mmm... Mungkin ini efek dari Leonard kak " Jawabnya sambil mengelus bagian yang di tunjuk kan oleh Castelio.

"Kalo ada apa apa langsung bilang ya" Leonard memeluk Zella. Ia khawatir. Dan bingung. Didalam pelukan itu, Zella tersenyum penuh arti. Ia mengangguk.

"Makan ya. Kakak temenin atau Zella mau makan di sini? "

"Zella gak lapar kak. Tapi Zella mau buah"

"Oke tunggu di sini kakak ambil dulu" Setelah itu Castelio meninggalkan Zella dan Leonard.

Saat Castelio menutup pintu senyum Zella terbit. Ia menatap tubuh Leonard yang diam membisu di sebelahnya.

" Welcome to my word, dear" Zella mengelus tangan Leonard Lalu menciumnya.

Mata biru Zella menghitam. Sebelum akhirnya kembali seperti semula ketika Castelio memasuki kamar.





MaldicionWhere stories live. Discover now