18

6 1 0
                                    


_Portal galaksi Sculptor_


-------------

Caisar, Lantera, dan Castelio sudah siap dengan jubah hitam ala galaksi Sculptor. Galaksi spiral dengan piringan berupa debu berwarna biru keputihan yang kuat dan terang.

Tidak hanya keluarga Arroeghaxia disana, tetapi juga ada keluarga Tartoedominyc dan juga keluarga Garexha. Braloe yang memiliki bisnis internasionalpun ikut turun menghancurkan kutukan pada kembar Arroeghaxia.

Keanu memilih untuk tetap tinggal di bumi. Menjaga raga Leonard dan Zella agar tetap baik baik saja.

Di hadapan mereka semua, sudah ada kendaraan berbentuk bintang seukuran mobil pribadi di bumi. Itu adalah kendaraan besar mereka ketika akan pergi ke galaksi lain. Bintang terbang itu lebih mirip seperti gepengan besi. Namun, bintang itu bisa diisi dua puluh orang lengkap dengan logistik.

"Sudah siap semua? " Tanya Caisar menatap yang lain.

"Keadaan yang akan membuat kita siap dengan semuanya" ujar Lantera.

Semua mengangguk setuju. Ini demi kembar dua keluarga. Pemegang tahta selanjutnya di fantasy palace. Mereka juga telah memberikan kabar ini pada para dewa dan dewi serta beberapa raja dan ratu di Fantasy Palace.

"Keanu, kami pergi dulu. Jika ada apa apa menyangkut kita semua segera kabari. Jalur telepati galaksi sculptor masih terhubung dengan galaksi kita" Pesan Vanayya, ibu dari Gilang dan Vee ,mengingatkan

Keanu mengangguk. Ia menatap kepergian mereka saat menaiki bintang. Selang beberapa detik, bintang itu bersinar terang dan hilang ditelan cahaya. Setelah itu Keanu berjalan pergi meninggalkan tempat itu. Ia bergegas kembali kerumah Keluarga Arroeghaxia.

...

Perjalanan menuju galaksi sculptor memakan waktu yang cukup lama. Setelah hampir setengah jam diperjalanan, pemandangan benda angkasa tampak dari jendela bintang. Reynand tampak menikmati pemandangan itu sesekali sambil menyuap keripik ditangannya.

"Santai sekali kamu, nak" Sapa Braloe pada putra semata wayangnya.

Reynand tersenyum menanggapi sapaan sang Ayah. Ia menggeser duduknya saat Braloe mendekat. Mereka menikmati pemandangan itu dari jendela yang sama.

"Aku masih bisa tidur sebentar" ucap Braloe, menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi.

"Masih berapa lama?" Tanya Reynand

"Mungkin satu jam lagi" Jawab Braloe. Matanya mulai terpejam.

Reynand kembali menikmati keripik kentang yang merupakan jajanan bumi. Ia sempat membelinya tadi sebelum pergi kerumah Arroeghaxia.

Castelio yang duduk sendiri dibangku belakang mulai bosan. Ia berdiri dan mendekati Reynand.

"Ssttt"

Reynand menoleh dan menatapnya dengan tatapan tanya.

"Laper gak? Bikin pop mie dulu yuk" ajak Castelio sembari mengelus perutnya.

"Gas"

"Hei, siapkan untuk kita semua juga" Suara Caisar terdengar dari ruang kemudi. Ah, bukankah ruang itu kedap suara?.

Castelio dan Reynand berjalan beriringan menuju ruang bawah. Gudang logistik mereka saat dalam perjalanan keluar galaksi.

Sesampainya di gudang logistik, Castelio segera mengambil beberapa cup mie. Reynand bertugas menyiapkan air panas dan membuat minuman.

"Harus kenyang sebelum perang"Ucap Castelio mengelus perutnya yang kempes.

"Seyakin apa lo, kalau mereka berempat ada disana?"

"Sekarang gue cuma memikirkan keberadaan adik-adik gue. Ada nggaknya mereka disana, itu urusan belakangan" Jawaban Castelio membuat Reynand mengangguk mengerti.

Setelah selesai menyuapkanakanan untuk penumpang bintang, mereka bergegas membawa makanan naik keatas.

"Makanan sudah siap!"

Reynand dan Castelio benar-benar menyiapkan semuanya. Mereka juga menggelar beberapa kain berbentuk persegi berukuran 30X30 cm dan kain berbentuk persegi panjang berukuran 75X100 cm. Saat Castelio menepuk tangan kain-kain itu berubah menjadi meja dan kursi.

Semua penumpang bintang mendekati meja makan dadakan itu. Mereka menduduki kursi masing masing dan mulai menyantap mie cup buatan dua bujang disana.

Bintang berjalan secara otomatis sehingga Caisar tidak perlu membawa mie cupnya kedalam ruang kemudi. Kini, tidak ada yang bersuara. Mereka menikmati hidangan makanan yang sederhana itu.

Jendela bintang menampakkan pemandangan luar angkasa. Sesekali meteor melewati jendela. Bintang-bintang bersinar terang seakan mereka dekat. Lubang hitam terlihat sangat menawan dikejauhan.

"Ah, kenyang sekali"Braloe mengelus perutnya yang buncit.

"Aku ingin mencuci muka" Ganish bangkit dari duduknya.

"Aku mengantuk" Lantera berjalan menjauh dari balok-balok yang menjadi meja dan kursi itu.

"Dasar wanita" Joo membereskan sampah yang ada pada meja, dibantu Reynand dan Castelio.

Semua kembali ketempatnya masing-masing, kecuali Reynand dan Castelio. Mereka harus membereskan meja dan kursi itu. Melipat semua kain dan memasukkannya ke dalam lemari ajaib. Lemari yang bisa menyimpan sebuah gedung. Volume dalamnya sangat luas dan lebar, sehingga gedungpun bisa muncul dari lemari itu dengan teknik teleportasi.

"Dade! Seharusnya kau bisa menyiapkan robot pembersih. Naikkan tingkat bintang besok" teriak Castelio.

"Jadilah pria yang rajin, nak" jawab sangat ayah sembari manaik-naikkan alisnya.

Perjalanan masih berlanjut sekitar dua puluh menit lagi. Banyak sekali benda-benda angkasa yang mereka lihat dari jendela bintang. Memberikan kesan luar biasa. Walaupun pemandangan ini sudah sering kali mereka lihat.

"Lihat bintang itu!" Seru salah satu penumpang bintang.

"Itu portal yang, bukan?" Reynand mencengkram tiang yang menjadi pegangannya tadi.

"Aku siap berperang, demi bayi kembarku!" Ucap Caisar tegas.

"Aku juga! Demi kembar dua keluarga!" Vanayya tak kalah semangat.

Mereka menatap bintang itu tajam. Sorot mata menandakan mereka siap dengan segala kemungkinan.

Jarak dengan cahaya bintang itu sekitar satu kilometer lagi. Kini mereka tegang. Galaksi Sculptor meninggalkan kenangan kelam bagi mereka semua. Ribuan tahun sudah mereka tak lagi mendatangi Galaksi ini.

Tujuh ratus kilometer lagi. Langit-langit bintang di penuhi aura tegang. Mereka semua terdiam menanti pemandangan sebentar lagi.

"Dade, sepertinya kita diawasi!" Castelio menunjuk cahaya merah pada monitor. Cahaya merah itu terus berkedip mendekati bintang.

Mendengar ucapan Castelio, mereka semua mendekat dan melihat monitor disamping kemudi.

"Ini serangan pertama. Semua bersiap. Duduk di tempat masing-masing! " perintah Caisar dengan suara lantang.

Semua menuruti perintah itu. Keadaan santai setengah jam lalu berubah tegang saat mendekati portal Galaksi.

Duuuuaaaaaarrrrrrrr

Suara tembakan terdengar nyaring. Untungnya mengenai udara kosong karna bintang sempat manuver dengan cepat.

"Menjauh dari portal!! Sculptor tidak menerima makhluk asing!"

Tiba tiba suara asing masuk melalui saluran sinyal di speaker bintang. Tembakan itu terus menyerang bintang. Dikursi kemudi, Caisar terlihat serius mengendalikan bintang agar tidak terkena tembakan.

Semua terdiam. Terkejut mendengar suara yang memenuhi ruang bintang. Siapa penjaga itu? Mengapa dengan mudah ia mengirim suara pada speaker bintang?

MaldicionWhere stories live. Discover now