15

8 2 0
                                    

Di sisi lain galaksi...

Castelio berjalan gusar kekamar Leonard. Perasaannya sungguh gelisah setelah mendengar suara ribut dari kamar adiknya itu.

"Mck salah denger kali gue ya. Masa iya ada yang gitu gituan dikamar Lee" gerutunya sembari menaiki tangga.

"Kamu telat, Castelio. Mereka sudah melakukan hal itu" ucap suara yang menyelinap masuk di benaknya.

Seketika langkahnya berhenti. Baratha baru saja mengirim telepati yang sulit ia mengerti. Telat? Melakukan hal itu? Melakukan apa?. Pertanyaan itu muncul begitu saja di otaknya.

Dalam hitungan detik setelahnya. Castelio mengepalkan tangan hingga buku bukunya memutih, rahangnya mengeras dan otot lehernya muncul. Kilatan amarah muncul dimatanya. Saking emosinya, dikedua mata Castelio menggenang cairan bening.

"Bangsat" ucapnya sebelum simbol bintang didadanya muncul.

Jiwa Castelio diambil alih oleh Baratha. Ia berjalan dengan tegap kekamar Leonard. Pandangannya gelap dan buram. Jiwa Baratha benar benar menguasai tubuh Castelio.

Sesampainya di depan pintu kamar Leonard, dengan terburu buru Castelio memutar knop pintu.

Cekleekk...

Saat pintu kamar terbuka, rupanya kedua raga itu telah usai melakukan hal yang tidak sepantasnya dilakukan Leonard dan Zella. Gadis itu menatap Castelio terkejut, ada sebuah ketakutan yang besar terpancar dari kedua mata raga Zella.

"Siapa kalian? " Suara berat Baratha, membuat raga Zella bergetar.

"Kakak... " lirih gadis itu. Namun, malah membuat Baratha bertambah emosi.

"Kembalikan jiwa mereka, atau kukembalikan jiwamu ke neraka! " Ancaman Baratha dengan suara berat khas Castelio terdengar sangat menakutkan bagi jiwa yang bersembunyi dibalik raga Zella.

Leonard masih dalam posisi duduk dengan pandangan lurus kedepan. Tampak kosong dan mengerikan karna warna hitam memenuhi matanya. Tak berkutik sedikitpun. Ia benar benar seperti boneka, atau lebih tepatnya patung.

"Apa maksud kakak bilang gitu ke aku? " Jiwa itu masih berusaha memanipulasi Castelio dengan berpura pura menjadi Zella.

"Tinggalkan raga Zella sekarang, Xyea. Atau aku tidak akan main main dengan ucapanku" Baratha terus melangkah maju untuk mendekati Raga Zella.

Topeng sudah terbuka. Tidak ada alasan lagi untuk Xyea berpura-pura. Kini, rambut dan mata biru Zella berubah menjadi hitam semua. Ia tersenyum smirk menatap raga di hadapannya.

"Ternyata kau masih bersembunyi dibalik raga Leonard, pengecut" Suara Xyea memenuhi gendang telinga Baratha.

"Kau yang pengecut. Memanfaatkan waktu kutukan itu tiba untuk memanipulasi segalanya! "

"Bukankah itu sebuah kebanggan, tuan Baratha terhormat. Aku benar benar cerdik mengambil kesempatan" Ucap Xyea dengan senyum licik diwajah Zella yang cantik.

"Tapi kau tidak cerdik menyembunyikan peta, gadis kecil"

"Apa maksudmu? Sekarang bisa kau lihat bahwa Leonard, telah menaruh benihnya padaku. Dan kau, tidak menyadari sejak awal, Baratha" Xyea tampak emosi saat dikatakan kurang cerdik.

"Kau tidak bisa seutuhnya mengambil alih raga Zella! Kau memang benar bahwa Leonard telah melakukannya padamu, namun kau lupa bahwa tubuh Zella tidak akan menerima sperma siapapun sebelum umurnya menginjak 24 tahun. Kamu gagal jika bermaksud menghancurkan keluarga Aroeghaxia, nona"

Penjelasan panjang Baratha memang membuat Xyea terkejut. Usahanya untuk menghancurkan keluarga ini gagal. Tapi, satu keuntungannya adalah dia telah memenuhi hawa nafsunya.

"Aku tidak peduli, aku memang hanya ingin menggunakan raga wanita ini untuk melakukan bersama Leonard" jawab Xyea dengan senyum smirknya.

Senyum jahat diwajah Castelio membuat smirk diwajah Xyea hilang. Kini ia benar benar ketakutan melihat Jiwa Baratha dihadapannya.

"Dan aku tidak peduli, aku hanya ingin mencuci otakmu dengan tanganku sendiri" Castelio melangkah mendekati tubuh Zella. Ia mengusap rambut panjang ditubuh itu.

"Aku pastikan tubuhmu tidak terluka, ratu" setelah itu dengan cepat Baratha mencengkram tengkuk Xyea. Jiwa itu berteriak ketika Baratha mulai menariknya hingga keluar dari tubuh Zella. Kini tubuh Zella jatuh dalam pelukan Baratha. Pucat dan mati. Tidak ada jiwa yang mengisi raga Zella. Bahkan Xalyonz, juga ikut hilang meninggalkan raga Sang Ratu.

Jiwa Xyea mengambang dilangit langit kamar. Wujudnya seperti kuntilanak di bumi. Bedanya rambut wanita ini terikat rapi dengan mahkota unik diatasnya.

"Dasar bajingan kau, Baratha. Aku akan membalaskan dendam kejadian dihutan loovix kala itu" jiwa itu seperti kehilangan akal sehat. Ia berputar putar dilangit kamar dengan kecepatan tinggi. Tubuhnya hilang ditelan udara. Baratha hanya menatap kedua tubuh adiknya yang tak berdaya itu iba tanpa memedulikan teriakan Xyea dilangit kamar.

Ia melihat Xyea dengan ekor mata. Lalu dengan sigap Ia membuat selaput yang menutupi kasur Leonard. Kemudian dengan cepat ia mengirim cahaya merah kepada Xyea. Namun, cahaya itu meleset dan mengenai udara kosong. Xyea tersenyum bangga dalam putarannya. Akan tetapi, Xyea tidak tau bahwa itu hanya tipuan belaka. Saat serangan berikutnya tiba, Xyea lengah membuatnya harus terpental dan menghantam dinding.

"Aaahhhkk" jeritnya saat tubuh itu meluncur dari atas.

Dengan cepat tubuh Castelio yang masih dikuasai oleh Baratha itu terbang menyusul tubuh kecil Xyea yang tergeletak.

"DASAAR WANITAAA JALAAANGG KAU, BAJINGAAANN" Dengan sekali hantam tubuh itu merangsek kedalam lantai.

Baratha menarik nafas. Ia benar benar marah saat ini. Putra mahkota dan ratu alam yang merupakan saudara kandung harus dimanfaatkan oleh gadis neraka dihadapannya ini.

"INI ADALAH BALASAN KARNA KAU TELAH MERUSAAK KELUARGA ARROEGHAXIAA!" Sekali lagi Baratha mengirim pukulan kepada tubuh Xyea yang sudah tampak tak berdaya.

Ya, tubuh itu memang bagaikan asap tipis dan sekarang tidak sadarkan diri. Namun, Baratha cukup tau bahwa tidak mungkin Xyea dengan mudah dikalahkan. Apalagi dengan terkurungnya gadis itu selama ratusan tahun digunung timur.

"Bangun jalang. Aku tau kau hanya berpura pura" Ucap Baratha dingin. Ia masih pada kuda kuda kokoh untuk melawan Xyea selanjutnya.

Tubuh itu tetap bergeming. Membuat kecurigaan Baratha meningkat. Ia lekas mengedarkan pandangan, menatap kedua tubuh adik Castelio yang sudah seperti mayat. Rambut Leonard dan Zella pun masih berwarna hitam. Tanda tak ada jiwa diraga itu.

"Hahahahahahaaaaa" Suara tawa Xyea terdengar melengking memenuhi langit langit kamar, membuat Baratha siap siaga.

...

Xyea, Aroeghaxia dan Loovix
Ada apa dengan mereka?

MaldicionWhere stories live. Discover now