MPL 05

418 9 0
                                    

Chapter 05

Tolong vote dulu sebelum membaca, vote tidak akan membuat kalian miskin, tapi akan membuat kalian dapat pahala karena buat author tersenyum.
Follow juga kalau suka!

Keseharian Mili masih tetap seperti biasanya, banyak sanjungan dan banyak menorehkan prestasi-prestasi berkelas dan bergengsi.

Seperti pada hari-hari ini, ia sedang mempersiapkan diri untuk mengikuti Olimpiade Sains dan Teknologi untuk memperebutkan gelar ilmuwan termuda.

Melalui hal ini, Mili kian gencar belajar dan terus belajar tanpa mengenal waktu, bahkan gadget pun pantang ia sentuh terkecuali layar komputer yang selalu setia menyala untuk mendukung tugas-tugas yang ia kerjakan.

Merasa akan terganggu oleh karena gadgetnya, ia selalu men-silent kan gadgetnya bahkan terkadang mematikan gadgetnya. Sehingga ia sama sekali lupa akan menghubungi seseorang yang sudah sejak beberapa minggu selalu menatap layar gadgetnya, berharap ada nomor asing yang meneleponnya.

Tidak terasa hari berlalu begitu cepat bagi Mili dan hari ini merupakan hari terpenting bagi Mili untuk dapat memulai karirnya, walaupun ia masih berstatus sebagai mahasiswa, namun ia tak akan kalah oleh lawan-lawannya demi merebut gelar ilmuwan termuda di dunia.

Olimpiade ini disiarkan secara live untuk tiga hari kedepan di beberapa stasiun televisi nasional maupun swasta, guna mendapatkan hasil yang fair dan transparan bagi khalayak umum.

Walau ada perasaan gugup menyelimuti dirinya, akhirnya Mili maju sebagai kontestan pertama dalam segmen Karya Ilmiah, dengan percaya diri dan berani Mili maju berbicara memperkenalkan karyanyanya kepada juri-juri yang juga merupakan ilmuwan terkemuka di dunia.

Tanpa ada kesalahan dan kegugupan yang berarti, Mili sukses mendapatkan standing applaus dari beberapa juri dan seluruh audience yang hadir di sebuah aula Planetarium terbesar di USA.

Dengan bangga Mili menunduk memberi hormat kepada dewan juri juga kepada seluruh audience.

Lagi-lagi tanpa kesulitan yang berarti, Mili dengan sukses melewati segmen demi segmen, sehingga ia dapat mengalahkan ribuan pesaingnya dan tibalah ia di babak final sekaligus hari terakhir olimpiade ini berakhir. Dan pada segmen ini, pesaing Mili juga seorang mahasiswa semester lima yang saat ini kuliah di universitas paling bergengsi di Jerman.

Segmen kali ini adalah Hipotesa tentang Masa Depan Bumi yang memiliki kajian-kajian yang amat rumit dan membutuhkan analisa dan kejelian yang betul-betul tinggi. Disamping itu, Julia Kenn yang sedang bermalas-malasan dirumah iseng menonton televisi yang langsung menyiarkan siaran Olimpiade secara langsung.

"YA! Inilah saat yang ditunggu bagi kita penduduk dunia, acara yang paling menguras kecerdasan anda juga para pesertanya. Mari kita saksikan Olimpiade Sains dan Teknologi demi mencetak sejarah baru untuk menyambut ilmuwan muda dunia ini!!!" MC membuka acara dan disambut oleh riuh tepuk tangan dan sorak-sorai penonton.

"Dan saat ini telah berdiri mahasiswa asal Jerman yang sangat cerdas, ia secara langsung dipilih oleh kanselir Jerman guna mewakili Jerman diajang paling bergengsi ini, ini dia kita sambut Karl Estefan!" ujar MC yang membawakan acara dan langsung disambut teriakan gemuruh dari sisi aula sebelah kanan.

Sebenarnya Julia tidak terlalu tertarik dengan acara olimpiade seperti ini, namun entah mengapa ia masih dengan malas terus menyaksikan acara yang menurutnya sangat membosankan.

"Remaja yang satu ini masih muda namun sangat berbakat. Ia lahir dan besar dari negara kepulauan dan salah seorang  mahasiswa yang tak diragukan lagi kemampuannya, sambutlah hai dunia.... Mili Agaskara!!" sehubungan dengan itu seluruh audience di aula bagian kiri bersorak bergemuruh seakan dapat menggetarkan planetarium ini.

Dan bersamaan dengan sorak sorai dari audience, Julia yang merasa tak asing dengan nama itu akhirnya memutuskan untuk fokus pada  layar televisi tersebut. Saat kamera menyorot muka Mili dengan jelas, seakan tak percaya Julia menutup mulutnya dan membulatkan matanya.

Itu dia, seseorang yang nomornya ia tunggu dalam layar ponselnya setiap jam selama beberapa minggu, ia sama sekali tak percaya bahwa yang ia saksikan saat ini merupakan remaja yang pernah ia temui di supermarket.

*Next

Mother's of Prostitute LoversTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang