MPL 15

462 6 0
                                    

Previous Chapter :

Julia yang merasakan ada kejanggalan, kini cemberut.

"Kok gak dilanjutin sih, ihh.." cemberut Julia kesal.

"Maaf, aku hanya terbawa suasana tadi, soalnya kamu kayak anak kecil ngambek." kata Mili menutupi kejanggalannya.

Julia yang dikatain anak kecil malah senang, karena itu berarti ia memiliki tempat spesial di hati Mili.



Chapter 15

Tolong budayakan vote dan follow ya zheyenk :)

.
.
.
.
.

Setelah makan dan berbincang, Julia menawarkan Mili untuk diantar ke apartemennya. Dan Mili pun dengan senang hati mengiyakan, karena jujur ia lagi malas harus menunggu bus.

Selama di perjalanan, Julia tidak pernah melepaskan pelukannya ke Mili, sesekali ia mengelus tangan dan menautkan jari-jari mereka. Sepertinya Mili sudah tidak risih lagi diperlakukan seperti itu, karena beberapa waktu belakangan ini ia juga sering diperlakukan dan dimanja oleh Irene.

"Sudah sampai nyonya." ujar bodyguard Julia. Dan Mili pun turun dan disusul oleh Julia.

"Terima kasih ya sudah anterin, kamu hati-hati di jalan." ujar Mili sambil tersenyum.

Senyuman yang membuat hati Julia tambah meleleh.

Mili pun melangkah memasuki kompleks apartemennya, namun langkahnya terhenti.

"Loh, kenapa ngikutin??" Mili bertanya-tanya kepada Julia yang ternyata tidak masuk ke mobil dan malah mengikutinya.

"Siapa bilang aku mau pulang? Aku mau nemenin kamu." jawab Julia sekenanya sambil mensejajarkan posisinya dengan Mili dan dengan cepat mencium bibir Mili. Mili yang hari ini mendapat perlakuan spontan bertubi-tubi masih kaget akan perlakuan Julia yang random, dan dengan cepat ia melepaskan ciuman Julia.

"Ely, apa-apan sih, kenapa kamu cium dengan seenaknya??" tanya Mili kesal sambil berjalan cepat masuk.

"Kamu kan pacar ku, jadi bebas dong." Julia mengaku-ngaku sambil berusaha menggapai tangan Mili dan mengandengnya.

"Sejak kapan kita pacaran?" Mili kesal Julia seenaknya mengaku.

"Sejak awal kita berjumpa." jawab Julia enteng sambil kembali memeluk lengan Mili .

"Emang kamu gak sibuk? Apartemen ku cukup jauh dari tempatmu, apa gak kemalaman nanti?" tanya Mili yang masih sebal sambil memencet tombol lift.

"Siapa bilang aku mau pulang? Aku mau nemenin kamu." jawab Julia sekenanya sambil mensejajarkan posisinya dengan Mili dan dengan cepat mencium bibir Mili. Mili yang hari ini mendapat perlakuan spontan bertubi-tubi masih kaget akan perlakuan Julia yang random, dan dengan cepat ia melepaskan ciuman Julia.

"Ely, apa-apan sih, kenapa kamu cium dengan seenaknya??" tanya Mili kesal sambil berjalan cepat masuk.

"Kamu kan pacar ku, jadi bebas dong." Julia mengaku-ngaku sambil berusaha menggapai tangan Mili dan mengandengnya.

"Sejak kapan kita pacaran?" Mili kesal Julia seenaknya mengaku.

"Sejak awal kita berjumpa." jawab Julia enteng sambil kembali memeluk lengan Mili .

"Emang kamu gak sibuk? Apartemen ku cukup jauh dari tempatmu, apa gak kemalaman nanti?" tanya Mili yang masih sebal sambil memencet tombol lift.

"Siapa bilang aku mau pulang? Aku mau nginap di tempat mu." ujar santai Julia.

"Demi dewa Zeus, kenapa hari ini kamu sangat menyebalkan Ely??"

"Demi dewi Fortuna, itu hukuman karena kamu mengabaikan ku selama ini, dan Dewi berpihak hari ini padaku, karena aku beruntung ketemu kamu di resto."

Mili pun hanya menghela nafas, ia tidak mau berdebat lagi, sudah cukup ia berdebat di kampus. Ia hanya mempersilahkan Julia masuk, dan untungnya dia sudah membersihkan apartemennya tadi, sehingga Julia nampak nyaman.

"Hmm, harum, rapih dan bersih ya apartemen mu. Pasti kamu rajin membersihkan." puji Julia yang hanya mendapat anggukan dari Mili.

"Kamu mau minum apa Ely, tapi aku gak punya alkohol ya." tanya Mili sambil berjalan ke pantry.

"Bebas aja sayang.." jawab Julia sambil seenaknya menyalakan televisi seperti di apartemennya sendiri.

"Kamu benar-benar anggap rumah sendiri ya." kekeh Mili sambil membawa dua gelas jus dan beberapa cemilan, karena ia melihat Julia mengangkat kakinya ke meja di depan sofa.

"Iya lah, ini kan apartemennya pacar ku." jawab Julia sambil menyambar jus yang dibawakan Mili. Karena dia haus.

Mili pun geleng-geleng kepala melihat tingkah Julia yang kekanakan dan duduk di sampingnya. Dengan cepat Julia duduk diatas pangkuan Mili dan memeluk leher Mili.

"Duh Ely, kamu kebiasaan." keluh Mili yang masih belum terbiasa.

"Sayang, aku kangen banget sama kamu." bisik Julia ditelinga Mili dan membuat bulu kuduk Mili berdiri.

"Mili, jujur aku horny terus kalau dekat kamu." kata Julia lagi sambil sesekali mengecup leher Mili dan membuat Mili tambah merinding.

"Julia, jangan mulai!" perintah Mili dengan tegas.

"Gak, aku harus milikin kamu Mili seutuhnya. Kamu harus jadi milikku." kini sorot mata tajam Julia serius, kali ini ia tak main-main, seserius itu ia ingin memiliki dan mendapatkan hati cowok lugu di depannya sekarang.

"Ely, jangan tatap aku begitu ah.." kata Mili yang sedikit ngeri melihat tekad Julia.

"Apa lagi yang akan kamu khawatirkan Mili, hidup mu dijamin bakal aman kalau kamu bersamaku, apa yang kau inginkan? Harta, aset, kepopuleran? Itu semua bisa aku atur Mili, asalkan kamu mau jadi milikku dan menikahi ku." kini Julia sangat serius, tak ada nada bercanda di suaranya.

Mili hanya menghela napas, ia sekarang dalam kondisi tertekan, karena sesungguhnya ia tidak tau harus bagaimana, jujur tekadnya di negara ini hanyalah mendapat ilmu dan pengalaman yang lebih dan akan kembali lagi ke Indonesia untuk mengabdi.

*Next

Ayo yang jadi silent reader, di vote dulu dong.. :)

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 10, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Mother's of Prostitute LoversWhere stories live. Discover now