MPL 11

271 7 12
                                    

Previous Chapter :

Tolong vote dulu sebelum membaca, vote tidak akan membuat kalian miskin, tapi akan membuat kalian dapat pahala karena buat author tersenyum.
Follow juga kalau suka!

"Ahh," lenguh Julia yang bibirnya digigit pelan oleh Mili.

Kini mereka saling memainkan lidah mereka berdua. Julia yang sudah sangat berpengalaman berciuman, membuat Mili kewalahan dan kini Mili melepaskan ciuman mereka, sehingga jembatan saliva terbentuk diantara mereka.

Chapter 11

"Hah, hah," Mili terengah akibat ciuman mereka, ini ciumannya yang pertama, namun sangat bernafsu dikarenakan Julia yang sudah sangat berpengalaman, sementara itu Julia menyeringai melihat Mili yang sudah terengah baru dengan tempo seperti itu.

"Mau lanjutkan di ranjang?" tawari Julia kepada Mili.

Awalnya bagai kerbau dicucuk hidungnya, Mili mau mengiyakan hal itu, namun ia tersadar kalau ia tak boleh lebih jauh.

"No." dengan tegas Mili menolak.

"Ahh, sayang sekali, padahal aku sedang mood have a sex, apalagi karena kamu Mili." ujar Julia sambil mengoyang-goyangkan kemaluannya yang saat ini menempel langsung ke junior Mili.

Mili merasakan sensasi geli namun enak, namun ia tidak mau lebih jauh dari ini.

"Ely, please don't do that. Just a kisses."

"Ah Mili... Kamu kenapa sih gak mau lakuin hal begini?" tanya Julia kesal, padahal laki-laki mana saja akan langsung tergoda oleh rayuannya.

"Aku masih belum sukses, dan aku gak mau lakuin hal itu sebelum menikah, Ely!" ujar Mili tegas menatap lurus mata Julia.

"Ya sudah, kita menikah kalau begitu." Julia sedikit memaksa.

"Tidak seperti itu Ely, aku akan menikah dengan orang yang kuncintai..." kata Mili yang memelankan nada bicaranya diakhir kalimat.

Julia yang mendengar itu sedikit teriris hatinya, berarti cinta nya kini bertepuk sebelah tangan, padahal baru saja ia meyakini kalau Mili adalah cinta sejatinya, namun justru orang yang ia anggap cinta sejatinya itu tidak mencintainya.

Perlahan dengan perasaan yang sakit dan sedih, Julia turun dari pangkuan Mili dan masuk kedalam kamar mandi, Julia menangis sedih, baru kali ini ada orang yang menolaknya, mungkin ini hukuman bagi dia karena hidup dalam dunia hitam.

Mili yang melihat itu sebenarnya tidak tega, namun saat ini ia tidak ingin melihat Julia, ia akan sebisa mungkin mengurangi intensitas pertemuan mereka bahkan kalau bisa menjauh dari Julia.

Perlahan ia meninggalkan apartemen Julia dan menuju apartemennya, ia hanya ingin fokus belajar serta meneliti bersama profesornya.

.
.
.
.

Beberapa bulan sudah berlalu, Julia sebenarnya sangat merindukan Mili, setiap harinya disaat ia syuting film dewasa, ia selalu membayangkan kalau lawan bermainnya adalah Mili. Sungguh ia sangat ingin memiliki Mili seutuhnya. Bahkan ia akan bertekad, jika nanti ia pacaran dengan Mili, ia akan berhenti dari dunia maksiat itu.

Tidak ada satu hari pun yang terlewat bagi Julia untuk selalu menelepon dan chat Mili namun hasilnya selalu saja Mili mengabaikannya dan sibuk dengan dunianya, dunia penelitiannya. Sempat Julia ingin menyerah, namun hatinya tidak bisa lepas dari Mili.

"Mili sayang, aku rindu..." ujar Julia berbisik sambil meminum winenya, ia mabuk.

"Mili, datanglah sayang..." racaunya lagi.

Namun sampai kapan pun Mili tidak akan hadir malam itu, dan lagi-lagi Julia menangis akibat cintanya yang bertepuk sebelah tangan.

*Next

Mother's of Prostitute LoversWhere stories live. Discover now