PROLOG

70 5 0
                                    

Hai, kembali lagi sama aku di cerita kali ini. Ayo mari kita sama-sama memulai perjalanan kisah sederhana ini.

Maaf jika cerita kali ini masih banyak kurangnya, ada kata-kata yang menyinggung, atau opini yang menurut kalian kurang menyenangkan.

Terima kasih untuk tetap bersama aku, mengawal setiap cerita yang aku keluarkan. Terima kasih sekali lagi.

Selamat membaca💕

--

Jakarta itu ramai, berisik, berpolusi, pusat para penduduk mengadu nasib, maju, dan tak luput akan berbagai cerita di dalamnya. Kehidupan di dalamnya terus menerus berputar tak pernah berhenti. Bangun, pergi, lalu kembali pulang. Jalanan seakan sudah muak setiap hari, jam, dan detik untuk diinjak dan di lewati.

Hari ini hujan mengguyur kota tersebut. Tanah yang tadinya kering, kini menjadi basah dan beberapa bagian yang sudah digenangi air. Memang sudah musimnya. Para manusia yang ingin keluar selalu siap siaga akan jas hujan serta payung. Kalau pengguna mobil, santai saja.

Lapangan sekolah yang tadinya ramai akan murid menikmati jam istirahat dengan bermain basket, lamgsung buru-buru berlari menepi di koridor sekolah. Awan gelap seakan menjadi atap tebal. Perbincangan hangat di depan salah satu kelas mengudara, menghiraukan hujan yang turun begitu derasnya.

"Entar malam, jadwal gua untuk balapan. Lo semua harus datang." Penuturan dari gadis itu membuat ke empat sahabat laki-laki nya menggeleng-gelengkan kepala tidak habis fikir.

Nayara Senja Kairani, yang setiap harinya di panggil Kai. Namanya tidak se anggun dengan pemiliknya, bahkan sangat jauh berbeda. Satu sekolah mengenal dirinya tidak suka basa basi, emosian, semaunya, dan tidak mudah bergaul.

"Lo, tuh, emang gak ada insafnya, Kai. Kemarin aja, lo abis balapan," sahut Raja. Semesta Rajawardana, nama lengkapnya yang tengah bersandar di tembok koridor.

Laki-laki berperawakan tinggi, dan punya segudang lelucon yang siap menghibur orang-orang di sekitarnya. Dengan postur tubuh yang bagus, ia direkrut menjadi tim inti basket sekolah dan paskib.

Laki-laki yang di samping Raja mengangguk setuju dengan ucapan Raja barusan. "Mending nanti malam, lo pakai buat istirahat. Jangan terlalu semena-mena sama diri lo, Kai," imbuh
Thomas.

Thomas Samudra Reonardy, yang paling tua di antara mereka, walau hanya beda beberapa bulan saja. Di tambah tubuhnya yang tinggi dan berisi, kewibawaan nya semakin terpancar ketika mereka berjalan berlima. Pemikirannya yang dewasa, membuat ke empat sahabatnya dengan nyaman bercerita kepadanya. Ia juga selalu sibuk dengan organisasi, komunitasnya di luar sekolah, dan sewaktu-waktu ia ikut membantu pekerjaan ayahnya.

"Tapi, hanya dua alasan Kai ikut balapan," sahut Andra.

"Apaan, tuh?" Tanya Raja.

"Kalau gak di tantang, ya pasti kondisi keuangannya sedang tergonjang ganjing," jawab Andra tertawa keras.

Memang hobinya itu meledek Kai yang secara materi sering sekali kekurangan. Tapi bagi Kai, itu tidak masalah. Ia sama sekali tidak pernah membawa perasaan setiap ledekan teman-temannya.

Andra Sarendra Erlangga, yang sifatnya hampir mirip dengan Raja. Selalu heboh, ketawa, dan yang paling membanggakan ia sangat jago memainkan berbagai alat musik. Laki-laki itu tengah duduk di samping kanan Kai, dengan jari-jari yang sedari tadi menari di atas senar gitar.

"Gua abis di tantangin semalam, sama anak SMA Bhina Bakti. Ya, gua gak suka, mana mukanya songong banget," kesal Kai melipat kedua tangannya di depan dada.

SUDUT PANDANGWhere stories live. Discover now