4-RAGA YANG TERPAKSA JAUH

3 0 0
                                    

Hai, selamat pagi<3

How's your day?

Ketemu lagi di bab selanjutnya, dari cerita ini. Terima kasih, sudah bersedia untuk membaca.

Selamat membaca💗

---

Isi setiap rak yang ada di sebuah ruangan kamar itu sebagiannya sudah kosong. Ada juga beberapa yang masih dibiarkan untuk tetap pada tempatnya menjadi penghuni tetap kamar tersebut. Rey menatap dirinya sendiri di pantulan kaca lemari miliknya. Di samping kakinya terdapat sebuah koper berwarna abu-abu berisikan beberapa pakaiannya.

Hoodie berwarna hitam, celana levis hitam, serta sepatu berwarna putih kini membungkus tubuhnya. Terakhir, ia memasang masker untuk menutupi sebagian wajahnya. Tak lupa ia memakai topi, serta kacamata hitam untuk menutupi mata sembab nya.

Ia tidak mau keluarganya melihat kesedihannya. Semalam air matanya beberapa kali tumpah, membuat ia tidak pernah memejamkan matanya untuk tidur hingga pagi tiba. Rey menatap setiap sudut dan inci kamarnya. Teriakan sang kakak menginterupsi untuk dirinya segera turun.

Rey menghela nafas panjang, lalu menarik keluar kopernya. Di teras rumah, papi terlihat sibuk memasukkan satu persatu koper. Seluruh bagian bagasi telah penuh. Setelah selesai, papi kemudian mengunci pintu utama rumah.

"Gimana, udah gak ada yang ketinggalan?" Tanya papi kepada mereka semua.

"Kayaknya udah gak ada sih, pi. Kalau kamu, Rey?" Tanya kak Dinda.

Rey menggeleng pelan. Sudah terlalu malas untuk berinteraksi lagi bersama keluarganya, sehingga Rey lebih dulu masuk ke dalam mobil. Papi, mami, kak Dinda yang melihat tingkah Rey, berusaha memaklumi nya. Mereka akhirnya menyusul untuk masuk ke dalam mobil untuk berangkat menuju bandara.

****
Rey kembali menginjakkan kakinya di bandara setelah dua bulan yang lalu saat ingin berangkat menuju Yogyakarta, untuk mengikuti Olimpiade tingkat nasional. Rey tidak banyak bicara, ia hanya terus duduk sambil memainkan ponselnya.

"Rey, pesawat aku udah mau berangkat," ucap Dinda. Rey mengangkat kepalanya menatap kakaknya itu.

Rey kemudian bangkit dari duduknya. "Kakak gak ikut ke rumah, Oma?"

"Enggak. Masa cuti kakak udah habis. Jadi harus balik lagi ke Kalimantan," jelas Dinda.

Rey kemudian memeluk erat tubuh Dinda. "Maafin kakak ya, cuman bia antar kamu, mami sama papi sampai di sini. Kamu jaga diri baik-baik di sana. Dengerin kata mami sama papi."

Rey mengangguk. Pelukan tersebut akhirnya terlepas. Kemudian Dinda memeluk sekaligus papi dan mami. Tangis Dinda dan mami pecah. Kedua perempuan itu sama-sama punya hati yang lembut. Berat rasanya melepas anak perempuan satu-satunya itu di kota orang. Walaupun pada dasarnya Dinda sudah sering seperti ini. Tapi setiap ia mau kembali pulang, akan ada suasana haru dan tangis nya.

"Kalau ada cuti lagi, kakak bakalan langsung ke rumah Oma," ucap Dinda lalu melepaskan pelukannya.

Papi mengusap puncak anak gadisnya itu. "Yang bagus di sana kerjanya. Kalau capek, kakak boleh pulang, kok," ucapnya.

Suara yang menginformasikan untuk penumpang segera memasuki area pesawat yang akan di tumpangi Dinda, mengisi setiap penjuru bandara. Yang sekaligus menjadi tanda, bahwa pertemuan Dinda bersama dengan keluarga nya harus di akhiri.

Gadis itu kemudian berbalik dan melangkahkan kakinya bersama dengan penumpang lainnya.
______

30 menit setelah kepergian Dinda, pesawat yamg akan di tumpangi oleh Rey dan sekeluarga sebentar lagi akan berangkat. Dari arah kejauhan Rey menangkap segerombolan berlari menyusuri bandara dan menghampiri Rey. Ada Raja, Andra, Thoma dan Kai.

SUDUT PANDANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang