9-RUANG KECIL PENUH DOA

2 0 0
                                    

Hai, selamat malam<3

How's your day?
Ketemu lagi di bab selanjutnya, dari cerita ini. Terima kasih, sudah bersedia untuk membaca.

Selamat membaca💗

----

Beberapa bulan berlalu, Rey mulai bisa beradaptasi dengan lingkungan di sekitarnya. Seperti makan di kantin, yang bangunan nya terpisah seperti penjual minuman, makanan, gorengan. Lalu meja makan yang terbuat dari kayu, dan makanan khas daerah disini.

"Minggu depan udah ada perekrutan anggota baru eskul. Lo masih mau tetap basket, Mam?" Tanya Abi sambil meniup kuah bakso nya yang masih panas.

Imam mengangguk tidak menjawab. Ia lebih memilih menikmati kuah bakso yang lezat itu.

"Lo sendiri, gimana, Rey? Mau masuk eskul apa?" Tanya Abi melirik Rey.

"Ada eskul musik, gak?" Tanya Rey.

"Gak ada Rey. Di sekolah kita cuman ada eskul tari doang. Itupun udah gak terlalu aktif. Peralatan yang kurang dan ruangan juga gak terlalu memadai. Sekolah mana ada dana untuk beli alat-alat musik," jelas Imam.

"Lah, bukannya ini sekolah unggulan?"

"Hahaha, unggulan karena secara prestasi dan sarana lebih baik dibandingkan sekolah-sekolah yang ada di daerah sini. Bahkan ada sekolah yang tidak menerapkan namanya ekstrakurikuler. Akhirnya kalau ada pertandingan, biasa latihannya gabung dengan sekolah kita," jawab Abi menjelaskan.

"Emang, lo mau belajar alat musik apa?" Tanya Imam.

"Gitar," balas Rey.

"Yaelah, gitar doang," seru Abi. "Nih, sepupu lo juga jago. Mau lagu nya siapa? Dewa 19? Bohemian Rhapsody? Slipknot? Avenged Sevenfold? Guns N Roses? Coldplay? Scorpions? Steelheart? Metallica? Bon Jovi?"

"Serius lo, Mam? Belajar dimana? Atau lo pernah ikut les?" Tanya Rey.

"Gua belajar dari abang gua. Dia suka main gitar, dan genre musik yang dia suka sama kayak gua. Jadi sejak SD di ajarin lah, mulai dari kunci-kunci dasar dan sampai sekarang udah bisa," jelas Imam.

"Lagian, gak ada di desa terpencil kayak gini buka les gitar, Rey," sahut Abi tertawa.

"Terus, lo tau band-band legend itu, dari mana?" Tanya Rey lagi.

"Bapak gua suka. Waktu muda dia suka koleksi kaset dari band-band yang dia suka. Dan sering di putar sama dia kalau waktu sore."

Rey begitu takjub dengan cerita Imam. Di zaman sekarang hanya terdapat beberapa segelintir anak muda yang masih menyukai lagu-lagu dari band yang di sebutkan dari Abi tadi. Wajar saja, pasar dari lagu tersebut bukan lagi untuk anak muda zaman sekarang yang lebih cenderung ke lagu pop dan berisikan kata-kata galau dari sedihnya percintaan.

"Kalau gitu, ajarin gua, ya," pinta Rey lalu di balas anggukan oleh Imam.

Saat di Jakarta, biasanya Raja yang mengajarinya memainkan alat musik tersebut. Walaupun kadang-kadang pemuda itu muak dengan Rey yang begitu susah menggerakkan jarinya di atas fret gitar.

Ketiga pemuda tersebut kembali menikmati sisa makanan yang mereka pesan. Hingga terdengar suara salah satu guru yang menggunakan pengeras suara sekolah.

"DISAMPAIKAN KEPADA SELURUH SISWA KELAS XI UNTUK SEGERA KE PAPAN PENGUMUMAN SEKARANG. UNTUK MELIHAT URUTAN NAMA YANG AKAN DI SELEKSI MEWAKILI SEKOLAH KE LOMBA OLIMPIADE. TERIMA KASIH."

Rey dan Imam serempak terkejut saat melihat Abi layaknya orang kelaparan menghabiskan makanannya hingga tandas, begitupun dengan es teh nya. Tanpa berpamitan kepada kedua sahabatnya, Abi langsung berlari keluar dari area kantin untuk melihat pengumuman tersebut.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 28, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SUDUT PANDANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang