8-KETUA BASKET

4 0 1
                                    

selamat pagi<3

Ketemu lagi di bab selanjutnya, dari cerita ini. Terima kasih, sudah bersedia untuk membaca.

Selamat membaca💗

----

Tiga remaja tengah bersantai di bangku yang di belakangnya terdapat sebuah pohon besar menaungi mereka dari terik sinar matahari. Para siswa berlalu lalang di sekitar lapangan, koridor hingga setiap sudut sekolah dengan tujuan masing-masing.

"Nih bocah satu, kenapa lagi, nih?" Tanya Thomas yang baru saja datang dari kantin sembari menunjuk ke arah Andra. Ia mendudukkan bokongnya di rumput bersama Andra.

"Biasa, Annisa, anak kelas XI IPS 1. Ditolak lagi," jawab Kai sudah malas melihat tingkah Andra yang sedang tengkurap di atas rumput.

Thomas terkekeh. "Lagian, selera lo tinggi banget. Sadar bro. Annisa itu primadona sekolah, sedangkan lo?"

"Iya, cuy. Gak ada kapoknya kata gua. Sadar diri juga perlu, Ndra, lo udah kalah dibeberapa hal. Followers Annisa di instagram udah ribuan, dia anak pertukaran pelajar tahun kemarin, circle dia anak-anak sosialita, barang-barangnya always branded, mantan-mantannya juga rata-rata anak pejabat."

"Lo jangan gitu, Thom, Kai. Dia tetap sahabat kita," sahut Raja yang tengah berbaring dan paha Kai menjadi bantalan kepala lelaki itu.

"Tapi, kalian berdua juga ada benarnya juga sih, hahahah," lanjut Andra.

Raja, Thomas dan Kai serentak menertawakan Andra. Memang pada dasarnya seperti itulah persahabatan. Ketika sedih ditertawakan. Tapi mereka tidak sepenuhnya serius dalam hal itu.
Tiba-tiba ketawa besar mereka terhenti kala salah satu guru muda datang dan ikut duduk bersama mereka.

Raja dan Kai segera turun dari bangku dan ikut duduk bersama guru tersebut di bawah. Pak Pandu namanya. Guru muda dan sangat dekat dengan siswa siswi di SMA Dasadharma, apalagi ketiga remaja tersebut.

"Pagi-pagi, udah kusut aja tuh muka. Calm, pak, calm," ucap Kai dengan santai.

"Diam kamu, Kai. Saya ini lagi pusing," semprot pak Pandu.

"Ada apa sih, pak? Datang-datang udah uring-uringan gitu," kali ini Thomas berbicara.

"Gara-gara kalian ini!" Ucap pak Pandu yang membuat ke empat murid di depannya langsung kaget. "Kenapa sih, kalian gak tahan Rey untuk gak pindah sekolah?"

"Lah, mau-mau dia lah, pak. Emang kenapa, sih? Jangan bikin tambah pusing deh, pak," ucap Raja yang sudah geregetan.

"Olimpiade nasional, sebentar lagi akan di adakan. Dan pihak sekolah belum bisa menemukan perwakilan sekolah yang cocok. Dan tadi, kepala sekolah sudah mendesak untuk cari pengganti Rey," ucap pak Pandu kelimpungan.

Ke empat remaja tersebut menghela nafas panjang. "Masa gak ada sih, pak. Di sekolah kita itu banyak murid-murid pintar. Putra XI IPA 3, anak olimpiade yang gugur di babak semifinal. Rani XI IPA 1, peringkat 2 paralel. Annisa, murid yang sempat menjalani pertukaran pelajar ke luar negri. Itu belum cukup, pak?" ucap Raja.

"Nah, benar tuh, pak. Jangan terlalu terpaku sama satu orang. Kasih juga yang lain kesempatan. Mereka gagal bukan berarti mereka gak bisa. Sekolah juga tidak boleh bergantung terus-terusan sama Rey soal olimpiade. Karena pada dasarnya, di sini bukan Rey doang yang pintar. Kasarnya sih begitu, pak," seloroh Kai.

"Lagian, status Rey sudah bukan murid SMA Dasadharma. Jadi harusnya, sekolah harus terima itu. Gak bisa untuk berharap sama Rey, yang notabane nya sudah menjadi murid di sekolah lain."

SUDUT PANDANGWhere stories live. Discover now