6-SEKOLAH UNGGULAN DESA ULENG

2 0 0
                                    

Hai, selamat pagi<3

How's your day?

Ketemu lagi di bab selanjutnya, dari cerita ini. Terima kasih, sudah bersedia untuk membaca.

Selamat membaca💗

---

Seragam putih abu-abu sudah melekat di tubuh Rey dengan rapi. Di ikuti oleh dasi serta topi. Apalagi ini hari pertamanya masuk di sekolah baru. Di samping rumah oma terlihat papi sedang memanaskan mesin mobil milik opa yang jarang terpakai. Papi tidak sendirian melainkan mengobrol bersama dengan seorang pria dewasa mengenakan peci, kemeja batik serta celana bahan berwarna hitam.

Rey kemudian mendekat dan di sambut baik oleh laki-laki tersebut. "Ini anak saya pak. Oh iya, Rey, kenalin beliau ini pak RT di desa ini." Papi memperkenalkan laki-laki tersebut.

Wajah beliau sangatlah ramah. Rey segera menyalami tangannya dan memperkenalkan dirinya. Beliau banyak bertanya dan menceritakan sedikit tentang desa Uleng. Hingga beberapa menit kemudian beliau beranjak pergi untuk segera menghadiri rapat.

Begitupun papi dengan Rey yang segera masuk ke dalam mobil untuk berangkat. "Mungkin sekolah baru kamu, tidak se bagus dan se nyaman saat di Jakarta. Tapi papi berharap, semoga kamu bisa betah dan bisa beradaptasi di sana, Rey."

Rey hanya mengangguk lalu memakai hoodie berwarna hitam miliknya. Cuaca sedang mendung dan suhu dingin di desa semakin terasa. Seharusnya cuaca seperti ini dinikmati dengan tidur di atas kasur atau duduk di depan teras sambil menyesap kopi atau cokelat panas.

"Maaf ya, Rey," lanjut papi tanpa menoleh menatap putranya itu. Kedua tangannya tetap memegang kemudi mobil yang belum ia jalankan.

"Hah? Buat apa, pi?"

"Semuanya. Kamu gak bisa menikmati sekolah kamu seperti biasanya."Rey menghela nafas panjang, lalu menyandarkan tubuhnya.

"Rey hanya perlu terbiasa aja, pi."

Hanya itu yang bisa Rey katakan. Sejak pertama datang, ia belum bisa mengambil kesimpulan apapun. Semuanya berjalan biasa saja. Bangun pagi, bertemu dengan sanak saudara dari keluarga Opa dan Oma, berbincang bersama Imam dan sekarang berangkat sekolah.

Belum ada kata menyenangkan selama ada di sini.

****
Berbincang dengan kepala sekolah terlebih dahulu, Rey di jelaskan beberapa hal yang tersedia di sekolah ini entah itu fasilitas, peraturan, dan sistem yang di terapkan di sekolah ini. Sama saja dengan sekolah Rey yang lama. Peraturan dasar yang di terapkan oleh setiap sekolah.

Rey berjalan bersama dengan seorang guru perempuan dan sekaligus pembina organisasi Osis. Beliau sempat memperkenalkan dirinya. Mata Rey mengelilingi setiap penjuru bangunan sekolah yang bertingkat tersebut. Katanya, kelas Rey berada di bagian atas.

Tidak ada percakapan antara Rey dengan pembina Osis tersebut hingga tiba di kelas yang mereka tuju. Pembelajaran yang sempat berlangsung terpaksa terhenti kala Rey dan pembina Osis tersebut memasuki ruangan kelas.

Pembina serta guru yang sempat mengajar tersebut terlibat percakapan yang Rey tidak bisa dengar. Ia sangat gugup dan canggung, saat atensi seluruh murid yang ada di kelas tertuju padanya. Beberapa menit setelahnya, pembina Osis tersebut berpamitan lalu keluar.

"Baik anak-anak, kita kedatangan teman baru yang tentu saja bisa memperbanyak relasi, dan menumbuhkan rasa kekeluargaan kalian," Rey melirik name tag yang terpasang di depan dada guru perempuan tersebut. Miranda, namanya.

"Oh iya, kenalkan, nama saya ibu Mira. Kebetulan wali kelas untuk kelas ini, itu saya," ucap bu Mira dengan ramah. Rey tersenyum kikuk membalasnya.

"Sekarang, perkenalkan diri kamu, dari mana kamu berasal, dan apa alasan kamu bisa pindah ke sini."

SUDUT PANDANGWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu