Chapter 7

3.9K 158 6
                                    


Beberapa saat kemudian, mobil Kamol berhenti di depan sebuah rumah besar dan pengawalnya bergegas berjalan untuk membuka pintu mobil.

"Turunlah.." kata Kamol dengan suara rendah. Tapi Kim tetap diam.

"Kim, aku sudah menyuruhmu turun dari mobil." Kamol yang sudah turun dari mobil membungkuk dan berbicara dengan Kim yang masih duduk diam di posisi yang sama.

"Apa kau akan turun dengan baik atau aku harus menggendongmu di depan anak buahku?" Kamol bertanya lagi, menyebabkan Kim mendengus kecil sebelum setuju untuk keluar dari mobil.

Mata bulat itu menatap Kamol dengan kesal. Tapi Kamol tidak memperdulikannya dan tangan kekar itu langsung melingkari pinggang Kim, sebelum menarik dan memeluknya.

"Lepas!! Kenapa kau memelukku?!" Kim berusaha mendorong dada Kamol yang kuat menjauh dari dirinya, tapi Kamol memegangnya erat-erat. Sementara pria itu berbalik ke arah Khom dan para pengawalnya yang berdiri diam.

"Aku akan naik ke atas untuk istirahat dan akan turun saat makan malam. Saat itu, kumpulkan semua orang untuk berkumpul di ruang pertemuan." Perintah Kamol pada Khom yang menundukkan kepalanya karena dia tahu betul apa yang akan bos nya lakukan.

"Kau sebaiknya istirahat." Ujarnya pada Khom karena dia belum istirahat sema sepertinya.

Setelah Khom mengangguk atas perintah Kamol, dia memegang pinggang Kim dan menuntunnya untuk berjalan ke dalam rumah. Kim memberontak dan berusaha melepaskan tangannya tapi kekuatannya tidak sebanding dengan pria itu. Pada akhirnya dia pasrah dan mengikuti Kamol.

Ketika memasuki rumah, dia melihat ada seorang wanita muda yang mengintip dari dalam sebuah ruangan sebelum dengan cepat menghindar ketika dia melihat tatapan Kim. Dilihat dari pakaian yang dikenakannya, Kim berasumsi bahwa itu adalah pelayan Kamol.

"Tidak perlu terburu-buru. Sebentar lagi, aku akan mengajakmu berkeliling di rumah kita." Kamol menekankan kata kita, menyebabkan wajah Kim memerah sampai Kamol menaiki tangga ke lantai atas dan berhenti di depan sebuah kamar. Kim segera tahu bahwa itu pasti kamar tidur dan kakinya yang ramping segera berhenti melangkah.

"Ada apa?" tanya Kamol dengan nada berbisik. Saat ini, tubuh Kamol sangat lelah dan dia ingin beristirahat.

"Aku tidak mau masuk," kata Kim dengan nada serius.

"Kenapa?" Kamol balik bertanya.

"Jika kau ingin aku tinggal di sini, kau harus menyiapkan kamar untukku. Aku tidak mau tidur sekamar denganmu." Kim memberikan ultimatum, ketika menyadari bahwa dia tidak bisa melarikan diri dari Kamol. Karena itu, dia harus bernegosiasi untuk kelangsungan hidupnya.

Alis Kamol berkerut.

"Itu bukan masalah besar," kata Kamol kembali sambil menarik Kim masuk ke dalam kamar dengan paksa.

"Sakit, Kamol. Kenapa kau kasar padaku!!" teriak Kim.

"Bukankah kau menyukainya?" balas Kamol, yang membuat pipi Kim merona dengan guratan-guratan merah, karena dia tahu apa yang Kamol maksud.

"Sial, aku tidak menyukainya sama sekali," jawab Kim, tapi dia tidak berani melakukan kontak mata, sehingga membuat Kamol tersenyum tipis.

"Nanti kau akan terbiasa. Tapi sekarang, lebih baik kita istirahat. Begitu turun dari pesawat, aku langsung mencarimu dan aku bahkan tidak istirahat sama sekali. Jadi sebaiknya kau berbaring dan biarkan aku memelukmu." Ujar Kamol sambil membuka jas dan dasinya, lalu membuka kancing kemejanya untuk menghilangkan ketidaknyamanan.

Kim menghela nafas lega.

"Kamol, kurasa kita harus membicarakan ini," kata Kim, karena semua masih terlihat sangat membingungkan bagi Kim.

THE UNFORGOTTEN NIGHT - ENDWhere stories live. Discover now