Chapter 19

3K 111 0
                                    


Ketika selesai berbicara dengan May, gadis itu berjalan keluar dari ruangannya. Kim membereskan mejanya sebelum berjalan kepada Kamol yang sedang tidur di sofa. Kim duduk di tepi sofa sambil menatap wajah tajam Kamol dengan sedikit senyuman, mengingat juniornya yang memuji ketampanan Kamol sebelumnya.

//Bagaimana mungkin dia mengatakan orang yang menjengkelkan ini tampan?// Kim bergumam pelan. Tapi wajahnya tersenyum, sebelum melihat lengan Kamol yang terluka.

//Terluka seperti ini, bagaimana mungkin kau tidak bisa menjaga dirimu sendiri?!// Kim tidak bisa menahan diri untuk tidak mengeluh lagi.

"Jangan terlalu dipikirkan, bukankah terluka seperti ini bagus? Setidaknya aku akan melihatmu mengkhawatirkan dan merawatku seperti ini." Suara berat Kamol terdengar, menyebabkan wajah Kim memerah ketika dia melihat mata tajam Kamol yang sedang memandangnya. Dia kaget dan tidak tahu kapan Kamol bangun.

Plak!!!

"Kalau sudah bangun, cepat berdiri, jadi kita bisa pulang." Kim memukul perut Kamol untuk menutupi rasa malunya dan segera berdiri memunggungi Kamol. Wajahnya sedikit panas. Wajahnya halus dan telinganya yang lembut dan pucat burubah warna dengan semburat merah. Kamol, yang sama sekali tidak terguncang oleh telapak tangan Kim, tertawa kecil melihat Kim yang malu, sebelum dia mengangkat tubuhnya untuk duduk.

"Kau tidak perlu malu sepeti itu, Kim." kata Kamol sambil menggeliat-geliat lehernya untuk menghilangkan rasa lelah. Kim berbalik, menatapnya tajam saat Kamol menggoda dirinya, sementara Kamol menyeringai dan berdiri.

"Apa pekerjaanmu sudah selesai?" Tanya Kamol.

"Sudah," jawab Kim. Kamol mengangguk.

"Jadi, ayo kita pergi makan malam, ya? Apa kau ingin makan di luar hari ini?" Kamol bertanya dengan simpatik. Kim berpikir sebelum menggelengkan kepalanya.

"Tidak, lebih baik pulang dan makan di rumah. Lihat keadaan kau sekarang! Apa kau ingin keluar dan menjadi target dari musuhmu?" Kim bertanya dengan nada sedikit tertekan.

"Huh, hidupku akan selalu menjadi target, Kim. Jika ada orang yang memang sudah menargetkanku, mereka akan bisa menyerangku kapanpun dan dimanapun. Mereka hanya sedang menunggu kesempatan atau tergantung pada seberapa banyak ruang yang ku buka untuk mereka, "kata Kamol dengan suara rendah. Kim menatap Kamol.

"Lalu, bagaimana dengan permintaanku?" Kim bertanya balik, tentang keinginannya agar Kamol berhenti dalam bisnis hitamnya. Wajah Kamol sedikit berubah.

"Bukankah sudah aku bilang sebelumnya? Aku perlu waktu untuk bisa meninggalkan semua ini Kim. TIdak mudah untuk melepasnya begitu saja. Saat ini, aku seperti sedang berada di punggung harimau. Jika aku menjatuhkan diri begitu saja, maka harimau itu akan mengigit dan mematahkan leherku sampai mati. AKu harus memastikan harimau yang ku tunggangi akan membiarkanku turun dengan mudah." Kamol mengisyaratkan bisnisnya sebagai harimau ganas. Kim mengerti apa yang disampaikannnya dengan baik.

"Tapi menurutku, itu tidak sulit. Lihat saja Clemo dan Whipe Cream yang buas bisa kau jinakkan dengan mudah. Jadi, kupikir harimau lainpun tidak akan sesulit itu." Kata Kim bercanda, membuat kamol tersenyum sebelum menarik pinggang Kim dan mendekatkan dirinya. Wajah Kim berkedip saat Kamol memeluk Kim sampai kaki bagian bawah mereka saling berdekatan, dan tangan kurus Kim terangkat lalu bersandar di dada Kamol yang kuat.

"Bagaimana dengan harimau kecil ini, hmmm? apakah kau jinak denganku sekarang?" Kamol bertanya dengan lembut. Kim mengatupkan bibirnya, wajahnya berseri-seri. Kim tidak tahu harus meletakkan tangannya dimana karena dia merasa malu, jadi dia memegang kerah bajunya. Menggosok bahu sosok yang kuat itu bolak-balik.

THE UNFORGOTTEN NIGHT - ENDWhere stories live. Discover now