Chapter 16

3.6K 123 3
                                    


Sebelumnya :

"Apa? Ada yang lain? Oke, apakah kau punya masalah dengan seseorang? Apa kau harus hidup di tengah-tengah semua ini sepanjang waktu?" kata Kim dengan nada kesal dan sedikit khawatir tentang keadaan Kamol juga.

"Entahlah. Tapi ini adalah...." Kamol hendak berkata.

"Ini adalah urusanmu. Itu yang mau kau katakan? Jika ini tentangmu sendiri, jadi apa aku untukmu???" Potong Kim

*****

"Apa kau mengkhawatirkanku, Kim?" tanya Kamol, hanya untuk memastikan. bahwa dia tidak mendengar dengan benar

"Siapa yang khawatir? aku tidak khawatir. Aku hanya kesal." Kim menggeram, menepis apa yang dia katakan secara tidak sadar sambil berpaling dari Kamol. Semnetara Kamol tersenyum puas di sudut mulutnya.

"Hah... kau marah dan kesal padaku. Jadi kau tidak menerima teleponku karena ini, kan?" Gumam Kamol. Kim merasa malas untuk mengeluarkan kata-kata untuk berdebat dengan Kamol.

"Aku senang kau merasa seperti ini," kata Kamol lagi, membuat Kim mengernyitkan alisnya bingung.

"Kenapa kau senang?" tanya Kim balik. Kamol menarik Kim ke pangkuannya dan memeluk pinggangnya erat-erat. Kim menggeliat sedikit, tapi tetap tidak bisa menggerakan badannya. Akhirnya dia hanya pasrah dan duduk diam dalam pangkuannya.

"Aku senang, karena itu membuatku tahu bahwa kau juga ingin menjadi bagian dari hidupku," kata Kamol dengan nada serius. Kim terdiam sebentar dengan jantung berdebar kencang. Wajahnya begitu panas sehingga dia harus memalingkan kepalanya.

"Siapa bilang?" kata Kim dengan suara rendah. Kamol tertawa terbahak-bahak dan pura-pura diam, tidak mengatakan apa-apa lagi, sampai alis Kim berkerut.

"Oh, kenapa kau diam, Kamol? Katakan sesuatu," Kim balas berteriak.

"Apa yang harus ku katakan? Kau berbicara seperti kau tidak benar-benar peduli padaku. Jadi aku aku tidak tahu harus berkata apa. Karena mungkin jika aku mengatakannya, kau mungkin tidak akan peduli." Ujar Kamol. Kim mengerucutkan bibirnya.

"Kamol! Jangan berpura-pura tidak tahu. Kenapa kau sangat suka menggodaku? Aku tidak ingin bicara, aku tidak ingin mengatakan apa-apa. Aku benar-benar tidak ingin tahu." Kim segera berteriak pada sosok kuat itu, sambil berontak untuk lepas dari pangkuan Kamol. Tapi Kamol memeluknya erat.

"Hei, jangan marah. Dengar, aku akan bertanya padamu. Apa kau benar-benar ingin tahu tentangku dan semua yang terjadi denganku, Kim?" Kamol bertanya lagi, Kim mendadak terdiam.

"Memangnya siapa aku? Dan untuk apa aku mengetahuinya?" Kim balik bertanya dengan nada serius juga. Keduanya duduk diam saling menatap untuk sementara waktu.

"Kau berada dalam posisi untuk mengetahui segalanya tentangku, Kim. Maaf kalau apa yang aku katakan sebelumnya membuatmu rendah diri. Tapi aku bisa meyakinkanmu bahwa aku sama sekali tidak pernah menganggapmu seperti itu. KAu hanya khawatir dan tidak ingin melibatkanmu dalam masalah." kata Kamol terus terang. Kim mendengarkan dengan tenang.

"Jadi, apa kau akan memberitahuku tentang itu?" Kim bertanya dengan rasa ingin tahu.

"Maukah kau membiarkanku tidur denganmu?" Kamol bertanya lagi. Kim mengerutkan kening.

"Apa aku pernah melarangmu?" kata Kim sambil tersenyum tipis.

"Kalau begitu kembalilah ke kamarmu dulu. Aku akan mengurus beberapa hal dulu." Kata Kamol, menyadari bahwa dia harus berurusan dengan pengawal Danai terlebih dahulu.

"Aku ikut!" Sela Kim. Kamol mengangkat alisnya sedikit.

"Kenapa kau ingin ikut? Sebaiknya kau menungguku. Ayolah, jangan merengek. Aku tidak ingin kau pergi karena kau baru saja mengalami beberapa hal buruk. Aku ingin kau tidur dan tunggu aku. Jadilah anak baik. Aku akan kembali untuk berbaring dan memelukmu, oke?" Bujuk Kamol, Kim sedikit ragu sebelum mengangguk setuju.

THE UNFORGOTTEN NIGHT - ENDWhere stories live. Discover now