Chapter 9

4.4K 154 4
                                    


Setelah selesai makan, Kim mengajak Baiboon untuk duduk di ruang teater, yang terpisah dari ruang tamu, untuk menonton bersama.Awalnya pemuda itu menolak karena tidak enak hati, namun Kim memaksanya, sementara Kamol melanjutkan pembicaraan mengenai masalah bisnisnya dengan Khom di ruang kerjanya.

"Apa yang kamu tonton?" Tanya Kamol.

"Lihat saja sendiri." Jawab Kim tanpa melihat. Kamol mengalihkan pandangannya pada Baiboon yang duduk dan tertidur di sebelah Kim.

"Khom, bawa Baiboon kembali ke kamar. Biarkan dia tidur dengan nyaman. Dia harus pergi ke sekolah besok."

Khom membangunkan Baiboon untuk kembali ke kamarnya dan meninggalkan Kamol dan Kim berdua diruangan itu.

Kamol menjatuhkan dirinya dan duduk disamping Kim sambil memeluk pinggangnya, namun tidak ada penolakan darinya. Kim hanya duduk diam dan membiarkan Kamol memeluknya.

"Kim, aku akan pergi sebentar untuk melihat beberapa pekerjaan. Kamu bisa tidur duluan." kata Kamol.

"..." Kim duduk diam dan tidak mengatakan apa-apa.

"Kamu dengar apa yang ku katakan?" tanya Kamol, suaranya serak, tapi tidak ada nada kemarahan sama sekali.

"Aku bisa mendengarmu. Aku tidak tuli, Khun Kamol," kata Kim. Matanya tertuju pada layar di depannya.

Kamol duduk diam menatap wajah Kim, tapi tidak mengatakan apapun sampai Kim merasa sedikit tidak nyaman karena dia diperhatikan seperti itu. Meskipun dia tidak menoleh untuk melihatnya, Kim bisa merasakan mata seperti apa yang sedang menatapnya. Itu lah kenapa dia tidak mau untuk berbalik. Karena jika dia melakukannya, maka dia tahu pasti akan kalah hanya dengan melihat mata itu.

"Hei, berhenti menatapku seolah kamu akan memangsaku, Khun Kamol!!" Akhirnya Kim tidak tahan. Dia berbalik dan mengangkat tangannya untuk memalingkan wajah Kamol ke arah lain dan tidak melihat ke arahnya.

"Heeeiiii," Kamol tertawa terbahak-bahak.

"Apa yang kamu tertawakan? Dasar Gila!!" Kim tidak bisa menahan diri untuk tidak mengeluarkan suaranya, karena wajah manis itu sedikit berkedut melihat tawa pria itu.

"Aku hanya ingin melihatmu. Tidak bolehkah aku melakukannya?" Kata Kamol dengan suara manis, membuat wajah Kim lebih memerah.

"Sudahlah, untuk apa kamu masih disini? Bukannya kamu bilang akan pergi untuk melihat beberapa pekerjaan? Sana pergi, bukannya malah menatapku seperti itu!!" Kesal Kim.

"Sebentar lagi, aku ingin bersama istriku dulu," kata Kamol, menggerakkan sebelah tangannya ke atas untuk melingkarkan lengannya di bahu Kim yang kurus dan bergerak lebih dekat, mengikis jarak diantara mereka.

"Ish..."

"Berhentilah keras kepala, Kim," kata Kamol, saat Kim menahannya dan mengerang di tenggorokannya, sebelum memukul dada Kamol yang kuat. sehingga jarak diantara keduanya melebar.

"Oke, kalau mau peluk, peluk yang benar. Raih tubuhku, angkat dan lingkarkan kedua tanganmu seperti ini, Khun Kamol!" Kim merengek kecil, seiring dengan tubuhnya yang mendekat, memegang sebelah tangan kamol yang lain dan menuntunnya untuk melingkari tubuhnya sehingga tubuh Kim benar-benar sepenuhnya berada dalam pelukan Kim.

Kamol tersenyum di sudut mulutnya dengan sikap sarkastik Kim. Sedangkan Kim, meskipun dia adalah orang yang menuntun Kamol untuk memeluknya, tapi dia tidak bisa menghentikan jantungnya yang berdetak sangat kencang.

Kamol yang merasakannya, memeluk Kim lebih erat sebelum meletakkan dagunya di bahu kurus Kim.

"Apa kamu sedang menggodaku, Kim?" Balas Kamol.

THE UNFORGOTTEN NIGHT - ENDحيث تعيش القصص. اكتشف الآن