12

2.2K 235 5
                                    

Akey duduk dengan risih di kelas, tidak tahu kegiatan atau hal apa yang bisa di lakukan. Dia benci keramaian terus tatapan orang padanya. Di tambah entah mengapa semangkin banyak tatapan yang tertuju padanya.

Orang melihatnya kemudian berbisik, sebelumnya tidak ada yang peduli namun sekarang mereka terang-terangan.

Akey tentu saja tidak peduli, namun semangkin lama tatapan itu semangkin banyak membuatnya merasa tidak nyaman.

Iya menginginkan semua orang menghilang sesaat meninggalkannya sendiri. Sungguh kesunyian lebih mengasikkan daripada keramaian, di jamin ia tidak akan bosa.

Merasa tatapan mereka semakin bertambah membuat Akey menyerah, sekarang yang di pikirannya adalah taman sunyi nya.

Ia tidak peduli dengan syarat Geyo terlebih sekarang ia sangat ingin membunuh anak itu. Ia bangkit dari tempat duduknya untuk pergi ke taman sunyi nya persetan dengan jam pelajaran atau Geyo.

Belum sempat Akey keluar dari tempat duduknya atensi semua orang teralihkan ke arah lain termasuk dia sendiri.

" Buset pelan-pelan cok sakit "

" Manja lu masih untung kita papah "

" Yang iklas dikit kalek "

" Diem bacot "

Atensi semua orang beralih pada mereka atau mungkin tidak. Orang-orang melirik mereka kemudian berbisik dan balik melirik Akey.

Ia di buat bingung dengan kelakuan para human di sekitar yang semakin lama makin aneh.

" Eh kiri cok "

" Iya tau bacot "

" Gini nih kalau udah radak sengklek, makin gila "

" Kiri goblok "

Wean dan Herry dengan serempak melepas papahannya, membuat Teyo terjungkal ke depan.

" Woy sakit goblok "

" Makanya tau diri " Wean menepuk-nepuk tangannya memberikan debu yang ada.

" Ketimbang dikit itu "

" Gue yang paling berkorban, GUE SITU YANG HARUSNYA TAU DIRI " ucapnya tiba-tiba ngegas.

" Lah situ yang emang gak beruntung " ucap Wean pelan.

" Gue denger ya " Teyo dan Wean salin menatap tajam sedangkan Herry hanya bisa geleng-geleng kepala.

Akey menatap tiga orang itu malas berpikir apakah stok energi mereka tidak ada habisnya. Sedangkan dia yang hanya menonton telah kehabisan banyak energi.

Ia yang sebelumnya ingin keluar mengurungkan niatnya, menunggu sampai tiga anak berisik itu lewat. Sayangnya yang di tunggu tidak kunjung terjadi, mereka malah berdebat di dekatnya.

Ia mulai kesal melihat tingkah mereka yang tidak ada habisnya.

" Minggir "

Mereka tampak sedikit kaget baru sadar akan tempat mereka berpijak.

" Lah kok udah di sini "

" Perasaan tadi di depan deh "

Herry merasa dia satu-satunya yang waras.

" Udah lah, yo Key " ucap Teyo sok asik.

" Nih baju lo "

Akey mengernyitkan dahi, heran dengan bajunya yang ada pada Teyo.

" Konspirasi kah " ucap salah satu siswi.

" Kayaknya sekongkol deh " ucap yang lainnya.

" Tapi Akey dari tadi di kelas loh "

Figuran Adu DombaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang