24

1K 116 11
                                    

" Akey " suara lembut itu mengusik tidurnya.

Akey mengerjakan mata mengumpulkan kesadarannya. Kilau cahaya menyilaukan mata membuatnya menyipit untuk melihat sosok di sampingnya.

Detik berikutnya matanya melebar tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Seorang pria tua menatapnya penuh kasih, rasa takut menyelimuti perlahan-lahan mencoba mundur ingin menjauh namun tertahan seseorang di belakangnya.

" Key kamu kenapa " tanya orang di belakangnya khawatir.

Akey kembali kaget, nafasnya tidak beraturan. Ia semangkin tidak karuan saat orang itu memeluknya.

" Ja-ngan p-el-uk " ucapnya bergetar.

" Tenang sayang ada oma " peluknya semakin erat.

" Opa juga, kami akan melindungi mu " ucapnya dan ikut memberikan pelukan.

" Jangan " gumamnya masih mencoba melepaskan pelukan yang menyesakkannya.

" JANGAN PELUK " teriaknya dengan deru nafas yang tidak teratur.

Matanya memejam berharap semua ini berakhir. Ia berusaha menenangkan dirinya, menarik nafas dengan teratur namun itu tidak berguna. Sekarang dia semakin tercekik karena kesunyian tiba-tiba datang membuatnya sesak.

" Jangan " matanya perlahan-lahan terbuka menelisik sekitar.

Nafasnya tertahan, seketika ia lupa bagaimana cara bernafas. Sekarang ia melihat warna merah yang bertebaran di setiap tempat.

Tangannya di penuhi darah dan dua orang itu masih memeluknya lemah, tidak bergeming sedikitpun seakan tak lagi bernyawa.

" Om-a, O-pa "

Air matanya jatuh tanpa henti nafasnya sesak, oksigen seakan menghilang di sekitarnya membuatnya semakin tercekik.

" Tidak "gumamnya saat semuanya semakin sesak.

" Akey "

" Tidak "

" AKEY "

" JANGAN "

" AKEY BANGUN "

Akey membuka matanya, keringat membasahi tubuh dan wajahnya.

" BERNAFAS " instruksinya menyadarkan Akey.

Di raupnya oksigen sebanyak yang di bisa, nafasnya perlahan-lahan teratur namun tubuhnya masih bergetar.

Bunda yana menggigit bibirnya, tak sanggup melihat Akey yang seperti ini. Niat hati ingin membangunkannya malah melihatnya menggeliat di tidurnya.

Tidak mampu membayangkan mimpi seperti apa yang di lihatnya itu, bahkan tubuh anaknya itu masih belum berhenti bergetar. Mata yang menatap kosong itu membuat hatinya semangkin teriris.

Betapa kejamnya dunia memperlakukan anak ini bahkan di tidurnya saja ia tidak bisa menemukan ketenangan.

" Tenang sayang " hanya ini yang bisa bunda yana lakukan, memeluknya dengan lembut sembari menenangkannya.

Ternyata semuanya tidak semudah yang ia kira. Tubuh akey semangkin bergetar bahkan dia bisa merasakannya dan gumaman yang tak henti ia ucapkan.

" Jangan " ucapnya lirih.

Melihat Akey yang semakin tidak karuan membuatnya melepas pelukan itu cepat.

" Akey kau haris tenang "

Bunda yana menggenggam erat tangan Akey tidak tahu apa yang harus ia lakukan untuk menenangkannya.

" BUNDA AKEY BURUAN PAPA UDAH NGILER KELAPARAN " teriak Geyo keras.

Figuran Adu DombaWhere stories live. Discover now