Chapter 10

1K 62 3
                                    

~ Happy reading ~



Di bilik yang sama, terdapat sejoli yang masih tertidur pulas dengan berpelukan. Waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam, tetapi kedua insan itu masih betah di alam mimpi nya.

Hoamm

Asha terbangun karena merasa pegal pada pinggang nya yang terasa ditimpa sesuatu. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali lalu menatap ke arah langit-langit kamar. Seperti nya ada yang asing. Sejak kapan ia mengganti warna cat kamarnya. Ia menurunkan pandangannya pada sebuah tangan yang melilit di pinggang nya, lalu menatap ke arah pemilik tangan itu.

"Akkhhhh!!" jerit Asha dengan keras.

Dengan reflek, Asha menendang pria di sebelahnya hingga membuat pria itu terkejut lalu jatuh terguling dari ranjang. Dengan nyawa yang belum sepenuhnya terkumpul, pria itu bangkit tergesa-gesa mendekati Asha, mengabaikan kepalanya yang berdenyut nyeri akibat terbentur di lantai marmer kamar itu.

"What's wrong?!" Zerga memutar tubuh Asha menelisik setiap inci badan gadis itu memastikan bahwa gadis nya itu tidak kenapa-kenapa.

Asha diam memproses ini semua. Dia masih nge-lag. Rumah siapa ini? Terakhir yang dia ingat tengah makan siang bersama pria serigala itu. Bagaimana bisa sekarang ia berada disini. Ia segera menatap seluruh tubuhnya lalu menghembuskan napas lega, untung pakaian nya masih lengkap.

"Ada yang terluka?" Zerga menelisik tubuh Asha.

Asha menghempaskan tangan pria itu dari tubuhnya lalu berdigik ngeri, "Om pasti yang nyulik aku!" kini Asha paham bahwa rumah ini pasti milik pria itu.

Zerga menghela napas lega, ia mengerti sekarang, ia pikir gadis nya ini terluka.

"Aku hanya membawa mu menginap, sayang. Pasti lelah setelah perjalanan jauh, jadi aku harus membiarkan mu beristirahat," jelas Zerga, seraya merapikan surai rambut gadis nya itu yang terlihat berantakan karena bangun tidur.

"Tidak mau. Aku ingin pulang!"

"Ini sudah malam, besok aku akan mengantarmu pulang"

Asha melirik jam yang menempel pada dinding kamar itu. Kedua matanya membola ternyata ini sudah hampir pukul 10 malam.

"Kau yang membuat ku dalam masalah! Pasti setelah ini daddy tidak akan mengizinkan ku keluar mansion" rengek Asha

"Tenang, baby. Aku sudah meminta izin padanya sebelum membawa mu kemari"

Asha memicingkan matanya, memandang curiga pria di depannya. Memang benar Zerga sudah menghubungi Marcel terlebih dahulu sebelum membawa gadis nya itu ke mansion nya. Sebenarnya bisa saja ia membawa gadis nya itu tanpa meminta izin pada siapapun, namun Zerga tidak ingin gadis nya khawatir karena itu. Walaupun pada awalnya sedikit sulit meminta izin pada kedua orang itu, dengan berdebat cukup lama akhirnya pria paruh baya itu mengizinkan dengan syarat tidak tidur satu ranjang dengan putri nya. Dan tentu saja, Zerga tak mengindahkan persyaratan itu.

Setelah berdebat kecil dengan pria ini, Asha memilih untuk diam mengalah. Sudah dibilang, Asha paling malas jika diajak adu mulut. Seperti saat ini, melihat emosi Zerga yang mulai meletup-letup karena nya, membuat nyali nya menciut, ia langsung membaringkan badannya kembali ke ranjang lalu tengkurap menyembunyikan wajahnya di bantal.

Zerga menghela napas panjang, ia menutup matanya sejenak untuk meredamkan amarah nya. Kini, ia mengambil posisi memeluk tubuh gadis nya yang sedang telungkup itu dari samping. Asha sedikit tersentak, ia pikir pria itu akan memarahinya lalu menghukum nya. Tunggu, kenapa ia malah ingin dihukum? gila.

Kruukkk

'God! Memalukan sekali'

Benar bukan, makan siang tadi tidak akan bertahan lama. Asha semakin menenggelamkan wajahnya ke dalam selimut sambil merutuki perutnya dalam hati. Zerga terkekeh pelan 'imut sekali' pikirnya, kemudian ia beranjak pelan dari kasur. Asha yang tengah mengintip dari balik selimut itu segera bangkit mengikuti Zerga bak anak ayam yang sedang mengikuti induk nya.

Possessive Male AntagonistWhere stories live. Discover now