Chapter 14

770 51 0
                                    

~ Happy reading ~

Matahari telah menggantikan bulan, mentari mulai mengintip di antara sela-sela gorden kamar yang sedikit terbuka. Gadis cantik yang tengah tertidur pulas itu mengerjapkan matanya merasa terganggu.

"Hoamm" gadis itu menguap seraya meregangkan otot-otot tubuhnya.

Tok tok

"Are you awake, sweetie?!" tanya Liana dari balik pintu kamar.

"Ya mom!!" teriak Asha dari dalam kamar.

"Kalau begitu segera mandi, lalu turun! Mommy sudah menyiapkan sarapan"

"Okay!" setelah menjawab, Asha duduk dari posisi rebahan nya lalu meregangkan otot-otot nya.

Asha segera bangkit untuk membuka gorden, membuat cahaya matahari langsung masuk menembus kaca besar di kamar itu. Asha terdiam sejenak ketika sekelebat kejadian semalem kembali mengitari ingatannya. Ia menutup wajahnya saat rasa panas menjelajar di area pipinya. Bisa-bisanya dia mencium pria itu, walaupun hanya sekedar kecupan di pipinya.

Tangan Asha bergerak membuka pintu balkon yang terbuat dari kaca itu. Baru saja ingin melangkahkan kaki nya keluar, ia tak sengaja menendang sebuah kotak berwarna hitam yang ada di depan pintu balkon. Asha menengok ke arah kanan kiri nya, mungkin saja kotak ini ada pemiliknya. Saat dia mengangkat kotak itu, tercium bau aneh menyengat hidungnya. Seketika Asha langsung menggosok hidungnya.

"Bau! Haruskah aku membukanya?" tanya nya ntah pada siapa.

"Tapi, tidak sopan jika aku membuka barang yang bukan milikku" ucapnya menghentikan dirinya sendiri.

"Tapi aku penasaran!! Bagaimana ini?!" Asha menggigit ujung jarinya bingung.

Saat hendak meraih penutup nya, Asha menggelengkan kepalanya "Tidak! Aku tidak akan membukanya!"

Baru saja ingin meletakkan kembali kotak itu ke tempat asalnya, tangannya bergerak cepat membuka penutup wadah berbentuk kotak itu. Tiba-tiba raut wajahnya menegang.

"Akkhhh!!"

Brak!

Sepasang paruh baya membuka pintu kamar putrinya, lalu masuk tergesa-gesa.

"Sweetheart! what's wrong?!" tanya pria paruh baya memegang kedua bahu putrinya. Matanya bergerak menelisik tubuh Asha, memastikan putrinya tidak terluka.

"T-tidak, dad. Tadi ada kecoa di balkon, jadi aku berteriak" Asha menggaruk tekuknya yang tak gatal seraya menyengir.

Kedua paruh baya itu menghela napas lega.

"Bagaimana mungkin ada kecoa di dalam mansion ini? Daddy akan menyuruh para maid untuk menyemprotkan obat anti serangga"

"Baiklah, dad"

"Apa benar hanya itu, sayang? Kamu tidak terluka kan?" Liana menatap cemas putrinya.

"Asha baik-baik saja, mom." ujar Asha menenangkan kedua orangtuanya.

"Baiklah kalau begitu segera turun untuk sarapan, okay?"

"Siap!"

Setelah kedua orangtuanya keluar dari kamar, Asha menghela napas lega. Untung saja kotak itu sudah ia buang sebelum orangtuanya datang. Sebenarnya bukan karena kecoa, Asha lebih memilih berbohong daripada membuat kedua orangtuanya khawatir. Dia berteriak saat melihat isi kotak itu terdapat bangkai tikus yang sudah tak berbentuk, dengan darah melumuri tubuh tikus yang sudah mati itu. Namun, ia menemukan secarik kertas di selipan kotak itu yang tertulis 'You will die'.

Possessive Male AntagonistWhere stories live. Discover now