Determinan Uranium Alpha

13 4 0
                                    

Special song by Enhyphen-Paradoxx

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Special song by Enhyphen-Paradoxx

-o0o-

Aksara Fransisco Dhanurendra, Pria dengan sejuta pesona yang memikat. Peraih prestasi setiap Bulannya bagi Garuda Nusantara. Si anak emas kebanggaan GANUS.

"Seharusnya kamu bisa ngalahin Aksa!"

Hanya kalimat itu yang akan diutarakan oleh setiap orang tua kepada anaknya. Sedangkan Aksa, pria itu hanya terdiam tak peduli. Memang, Aksa mau harus bagaimana? Mengalah? Oh tidak, dalam kamusnya tidak ada kata mengalah baik dari dulu dan mungkin akan terus begitu hingga waktu tidak ditentukan.

Saat ini, pria berkacamata frame hitam itu tengah duduk disalah satu kursi perpustakaan. Pandangannya ke arah luar jendela yang menampilkan taman sekolah. Taman yang menjadi pembatas antara gedung kelas 10 dengan gedung kelas 11. Tepatnya gedung dibawah ruangan Infatuation class.

Pikirannya seperti tak terarah. Terlalu banyak yang masuk hingga sulit untuk diproses. Hari ini adalah hari pertamanya bersekolah kembali setelah libur panjang semester. Kembali dihadapi dengan kenyataan bahwa Ayok belajar! Mereka butuh bukti.

Hidupnya hanya sebatas belajar, belajar dan belajar. Banyak waktu yang dirinya korbankan untuk belajar. Banyak hal yang dirinya korbankan untuk sampai dititik dimana dirinya sebagai bahan perbandingan dari semua anak di GANUS.

Masa kecilnya, masa remajanya, waktu bermainnya bahkan sebagian hidupnya hanya seputar sekolah, rumah, taman juga perpustakaan sebagai tempat umum. Sisanya jarang sekali dirinya datangi. Se-individual itu dirinya.

Telinganya tersumbat airpod dengan buku didepannya. Tangannya bergerak memutar pulpen. Sebuah kebiasaan yang tak bisa terlepas jika sedang berpikir.

"Apa harus seperti ini?" Benaknya bertanya ragu. Mengingat tadi pagi sang ajudan yang selalu bersamanya mengatakan bahwa dirinya harus bersiap untuk semua kemungkinan terjadi.

Terlebih title sebagai calon pemilik posisi Royal Crown harus dirinya dapati demi sebuah tujuan.

"Tuan," seseorang menghampiri Aksa. Berdiam ditempat menunggu jawaban dari tuan mudanya.

"Ya?" Tanpa mengalihkan pandangannya sambil terus memutar pulpen Aksan menyahut.

"Tuan besar ingin menemui anda dihari pertama semester baru."

"Apa yang dia inginkan?"

"Silahkan tanya langsung pada tuan besar tuan muda. Mari ikuti saya."

Aksa berdiri dari duduknya. Sambil membawa buku juga pulpen ditangannya, dirinya keluar dari perpustakaan yang cukup sepi diikuti oleh sang ajudan.

"Tuan besar ditempat biasa tuan muda. Beliau sudah sampai dari 5 menit yang lalu."

Aksa mempercepat langkahnya, tak membiarkan orang yang dimaksud menunggu lebih lama. Terlalu berbahaya jika dibiarkan terlalu lama.

SurreptitiousWhere stories live. Discover now