Scars (1)

266 35 4
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

.
.
.

"Tinggalkan anak saya, anak saya pantas mendapatkan istri yang lebih baik dari kamu, dan tentunya yang setara dengan kami!"

"Sampai kapan pun saya tidak akan pernah sudi punya menantu seperti kamu! Perempuan miskin!"

"Pergi yang jauh dan jangan pernah tunjukan wajahmu didepan saya dan anak saya!"













































































"Bun, Bunda?" tepukan halus dibahu ia rasakan, membuatnya tersadar dari lamunannya.

"Eh iya? Kenapa, Bang?"

"Dari tadi Yoga panggilin, tapi Bunda malah ngelamun. Bunda capek ya? Kalau capek Bunda istirahat aja, biar Yoga yang selesain ini"

Ranaya tersenyum kearah anak laki-lakinya, "Bunda ngga capek kok, Bang. Cuma tadi Bunda emang keasikan ngelamun aja" tuturnya.

Yoga, sang anak menghela nafas; ia mengambil alih gunting tanaman dari tangan sang Bunda.

"Yoga ngga tau apa yang Bunda lamunin dan pikirin, tapi kalau ada yang ganggu pikiran Bunda, Bunda bisa bagi ke Yoga"

Mendengar itu sontak saja membuat Ranaya kembali tersenyum, kali ini dengan sebuah usapan lembut pada kepala anaknya. Tidak terasa anaknya sudah tumbuh semakin besar dan berpikiran dewasa.

"Kamu tuh jangan cepet dewasa dong, Bang. Bunda masih pengen manjain kamu" ujarnya pada sang anak.

Yoga yang saat ini sedang membersihkan dedaunan yang terdapat pada tangkai bunga pun tersenyum mendengar ucapan sang Bunda padanya.

"Mau sedewasa apapun Yoga, Yoga akan tetap manja sama Bunda dan Bunda juga tetap bisa manjain Yoga semau Bunda, ngga akan ada yang berubah, Bun"

"Terima kasih ya, Bang. Selama ini udah temenin Bunda yang banyak kurangnya ini" ujar Ranaya.

Yoga meletakkan tangkai bunga dan juga gunting yang digunakannya, ia menatap Bundanya itu dengan tatapan penuh kekaguman.

"Bunda itu adalah Bunda terbaik diseluruh dunia, terutama di dunianya Yoga. Bunda ngga pernah kurang, Bunda sempurna buat Yoga"

Ranaya benar-benar terharu, ia tidak menyangka Yoga akan tumbuh menjadi anak laki-laki yang begitu menyayangi dan mengasihi orang tuanya, sebagai Ibu tentu saja Ranaya bangga pada Yoga. Ia tahu Yoga tidak sepintar anak lainnya, Yoga juga tidak tumbuh dari keluarga kaya yang berlimpah harta; setidaknya anaknya itu pandai bersyukur dan begitu menyayanginya, dan itu sudah cukup memberikan kekuatan untuk Ranaya bertahan selama ini.

Mixed Story S2Where stories live. Discover now