Scars (2)

165 37 6
                                    

Ranaya memberikan sebuah surat kepada Yoga, membuat Yoga menatap bingung kearah sang Bunda.

"Itu surat izin buat Yaya, Bang. Adik kamu itu demam karena kehujanan semalam, tolong kasih ke wali kelasnya ya" tutur Ranaya seolah tahu apa yang dipikirkan oleh sang anak.

Yoga yang mendengar itu hanya mengangguk dan memasukan surat tersebut keadalam saku seragamnya.

"Kalau gitu Yoga berangkat dulu ya, Bun" ujarnya, setelah menyalimi tangan dan mengecup pipi sang Bunda, Yoga segera berangkat menuju sekolahnya.

Melihat kepergian anak laki-lakinya Ranaya menghembuskan nafasnya pelan, Yoga menjadi lebih pendiam hari ini, membuat Ranaya khawatir, belum lagi mata anaknya itu terlihat bengkak.

"Kamu kenapa, Bang? Apa kamu ngga suka dengan kehadiran Yaya?" monolog Ranaya, namun buru-buru ia menggeleng menghilangkan pemikiran tersebut.

Ranaya yakin bukan karena itu, Yoga justru sangat ingin bertemu dengan Yaya. Selama ini Ranaya hanya menyebutkan ciri-ciri dari Theo dan Yaya kepada Yoga, karena saat keluar dari rumah Theo beberapa tahun yang lalu, Ranaya sama sekali tidak membawa apapun, termasuk foto Theo dan Yaya bersamanya.

Lalu karena apa? Apa yang mengganggu sang anak? Tidak ingin terlarut dengan pemikirannya sendiri Ranaya lebih memilih untuk melangkah kearah dapur, berniat untuk membuatkan Yaya bubur sebelum anaknya itu terbangun.

.
.
.

Hari ini Theo tidak datang untuk bekerja, ia memilih untuk menyambangi sekolah sang anak. Berharap jika ia bisa menemui Yaya disekolahnya, namun setelah menunggu sekitar satu jam lamanya bahkan sampai bel masuk dan gerbang sekolah ditutup Theo tidak dapat menemukan kehadiran Yaya disekolah.

Theo turun dari mobilnya memilih untuk bertemu wali kelas Yaya secara langsung untuk mengabari perihal Yaya. Ia tidak ingin anaknya itu absen tanpa keterangan.

"Silahkan duduk Pak Theo" ujar guru yang merupakan wali kelas Yaya dengan ramah.

"Ada perlu apa Pak Theo?"

"Saya mau mengabari perihal Hanaya yang tidak bisa mengikuti pembelajaran hari ini, Bu"

Guru wanita tersebut terlihat bingung, "Oh untuk itu saya sudah tahu Pak, ada surat yang datang ke saya, disitu tertulis kalau Hanaya sedang sakit" jelasnya pada Theo.

"Surat?" tanya Theo memastikan.

Sang guru mengangguk, ia terlihat membuka laci kerjanya kemudian mengeluarkan sebuah surat dari dalam sana.

"Boleh saya lihat?" izin Theo.

"Silahkan, Pak"

Theo dengan cepat membuka surat tersebut dan membacanya dengan seksama. Tidak, bukan isi surat tersebut yang menjadi fokusnya saat ini, melainkan tulisan tangan tersebut. Mata Theo memanas saat mengetahui jika itu adalah tulisan tangan Ranaya, istrinya.

Theo tersenyum getir, "Ternyata istri saya sudah lebih dulu memberi tahu" tutur Theo sebari mengusap sudut matanya yang berair.

Theo mengembalikan surat tersebut, "Iya Pak Theo, oh iya Pak Theo, saya baru tahu kalau ternyata Hana memili Kakak laki-laki" tutur guru tersebut.

Mendengar itu Theo terdiam, lidahnya terasa kelu.

"Kakak?"

Sang guru tersenyum lembut, "Iya, tadi yang memberikan surat itu siswa laki-laki, dia bilang Kakaknya Hana. Seingat saya dia anak kelas 12 disini, cuma karena saya ngga mengajar di kelas 12 jadi saya kurang tahu namanya siapa" tuturnya.

Mixed Story S2On viuen les histories. Descobreix ara