Part 34

130K 11.1K 729
                                    

Happy reading ❤️‍🔥

^^^

“Kenapa bisa luka kaya gini?” Tanya Nabella sambil membersihkan luka pada dagu Atlas yang berdarah, tidak hanya dagu kedua siku Atlas juga terdapat luka.

Atlas meringis lalu nyengir “Aku tadi lihat mangga ada matang, terus aku coba panjat pohonya. Pas tinggal metik aku lihat ada ulat bulu, karena kaget aku jatoh” Nabella menggeleng mendengar cerita Atlas, lalu kembali fokus memasangkan plester gambar bunga.

Atlas mengecup singkat dahi Nabella “Maaf ya buat kamu repot” Nabella mengangguk “Jangan diulangi ya, kalo kamu mau mangga ambil pake galah. Jangan panjat pohonya nanti yang ada kamu malah jatuh kaya gini” Atlas mengangguk.

“Cepet sembuh ya” Nabella mengecup singkat dagu Atlas. Dia berani untuk mengecup karena memang keduanya berada di kamar Atlas, ya walaupun Nabella sempat melirik ke arah pintu yang terbuka, takutnya ada orang yang lewat. 

Kedua pipi Atlas bersemu merah “Bella…aku baper” Dia langsung memeluk Nabella menyembunyikan wajahnya yang memerah “Aku malu”
Baru saya Nabella ingin mengelus rambut Atlas, tetapi pria itu seketika langsung melepas pelukannya.

“Kenapa?” Dia bingung melihat Atlas mengangkat kedua tangannya yang menekuk “Yang ini belum dikecup”
Nabella terkekeh gemas, namun tak urung dia mengecup luka pada kedua siku Atlas. “Sekarang waktunya minum obat” Dia mengambil obat yang sudah disiapkan diatas kursi, karena Atlas tidak lagi sering merasakan sakit jadi dosis obat dan jumlah yang dikasih juga dikurang.

Atlas langsung meneguk semua obat lalu menyerahkan gelas pada Nabella “Terima kasih Bella”

“Sama-sama” Balasnya sambil meletakkan gelas di meja lalu duduk di bangku berhadapan dengan Atlas

“Bella”

“Iya”

“I love you”

“Love you too”

“Aku sayang kamu, pake banget”

“Aku juga”

“Ayo nikah”

“Heh!!”

^^^

Wajah Nabella terlihat tidak mengenakkan, setelah dimana seorang pria yang bertugas menerima tamu atau penjengguk dari pasien, datang dengan mengatakan bahwa ada seorang pria paruh baya yang katanya mengaku sebagai ayahnya.

Apa benar ayah datang kesini? Tapi bagaimana bisa? Nabella tidak memberitahukan soal kerja di Jakarta kecuali pada Olivia dan Vico. Jika Vico itu terasa tidak mungkin, apa Olivia?
Apa Olivia yang memberitahukan keberadaanya pada ayah?

“Kenapa? Kok tegang banget?” Nabella menoleh sesaat seraya tersenyum tipis pada Atlas “Nggak papa”

“Nanti aku boleh ketemu sama calon ayah mertua nggak?” Atlas mencoba mengalihkan pikiran dalam benak Nabella.

“Nggak bisa, lagian kamu kan ada pengecekan rutin. Jadi nggak bisa ikut aku” Tidak mungkin Nabella mengajak Atlas bertemu ayah. Bukan tidak ingin mengajak, hanya saja ada persoalan yang belum bisa Nabella ceritakan pada Atlas. Lagi pula kedatangan ayah pasti ada maksud tertentu.

Atlas mengerucutkan bibirnya, bahu yang tegap kini merosot lesu “Padahal aku mau kenalan sama calon ayah mertua, aku mau minta izin buat menjalin hubungan tahap awal sama kamu”

“Tanpa kamu minta izin, ayah pasti setuju. Karena aku akan menceritakan betapa hebatnya kamu dan betapa bangganya aku punya pacar kaya kamu”

“Aku baper lagi.....pokoknya nanti setelah selesai kamu harus tanggung jawab!" Nabella mengangguk, dia tahu pacarnya ini minta tanggung jawab kepadanya seperti apa.

ATLAS (End)Where stories live. Discover now