Part 61

48.8K 3K 65
                                    

Beberapa part lagi Atlas akan menuju ending

Gimana akhirnya nanti, semoga kalian bisa terima

Aku udah penuhin janji buat double up, meskipun double upnya malam 😁😁😁

Jangan lupa vote dan komen

Follow ig dan wp
@nsall_
@wattpad.nsall

Happy reading 💕

^^^

Pagi ini semua pasien rehabilitasi disibukan dengan adanya acara pentas seni, mereka semua saling membantu satu sama lain untuk mempersiapkan acara yang akan dilakukan setelah sholat dzuhur. Kini setelah selesai pemeriksaan kesehatan rutin, mereka para pria sedang memindahkan dipan yang terbuat dari kayu dengan ukuran sedang, beberapa pria menggotong dua dipan dari gudang menuju taman. Sedangkan yang lain memindahkan meja makan dan bangku ke taman untuk digunakan ketika makan malam bersama.

Sedangkan yang para wanita membantu menyiapkan makanan untuk disajikan saat makan siang dan makan malam nanti. Beberapa wanita bertugas di bagian motong-memotong baik sayuran, daging, bawang dan lainnya. Beberapa lainnya bertugas di bagian kompor, seperti menggoreng, menumis makanan. Sisanya mencuci piring, menyiapkan minuman, mencuci buah dan memotong buah. Semuanya saling bekerja sama, baik pria dan wanita saling bekerja sama. Tidak hanya pasien tetapi juga para suster, petugas reba, dokter, konselor hingga Pak Tino juga ikut membantu.

“Woy bantuin gua masang kain buat nutupin dipan” Teriak Bagas yang baru tiba dengan membawa kain hitam untuk menutupi dipan.

Beberapa pia menghampiri Bagas untuk membantu. “Tarik kesana” Tunjuk Bagas dengan lirikan matanya dan bibir yang juga ikut maju.

“Meja makan mah taro paling ujung aja, disini biar bangku-bangku buat nonton” Usul Bastian kepada beberapa temannya yang membantu dia untuk memindahkan meja dan bangku

“Tapi menurut gua bakal lebih enak nggak sih kalau ngampar aja nggak usah pake bangku?” Sahut Yudis kepada bastian

“Iya sih mending gitu” Timpal Garta
Bastian mengangguk “Oke, kalau gitu kita pindahin meja sama bangku kesana aja” Tunjuk Bastian kesamping batas tempat acara.

“Woy bantuin gua ada ulet bulu”Teriak Biru begitu heboh hingga berlarian kesan-kesini, wajahnya terlihat tertekan karena rasa takut pada ulet bulu yang menempel di pundaknya. Entahlah bagaimana ulat itu bisa menempel di pundak Biru.

Yono yang melihat kepanikan Biru langsung tertawa kencang “Mampu lu Biru butek” Ujar Yono yang lagi menyampu taman dari daun-daun pohon yang berjatuhan.

“Sialan lo dower!” Teriak Biru seraya mendekat ke arah Yono untuk memindahkan ulet bulu ke tubuh Yono dengan mendekati pria itu.

“Anjing lo Biru!” Yono berlari seraya membawa sapu lidi di tangannya dan mengibas-ngibaskan sapu ke arah Biru. Keduanya berlari kesana kemari.

Jika para pria terliha begitu heboh, maka tidak dengan para wanita yang berada di dapur. Mereka semua terlihat begitu tenang tanpa berteriak heboh seperti Biru. Mereka mengerjakan tugas mereka dengan sangat damai, hanya ada suara obrolan yang singkat-singkat dan suara tumis-menumis saja.

“Mba Nana, maaf dong pisau disamping mba” Ujar Siska pada Nabella yang sedang mengupas kentang. Nabella mengambil pisau tersebut dan memberikannya pada Siska.

ATLAS (End)Where stories live. Discover now