🌠 • 03 • Sial atau Beruntung?

154 113 68
                                    

“Satu-satunya kesialan bagiku adalah tak mengenalimu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Satu-satunya kesialan bagiku adalah tak mengenalimu.”

🌠

"Cokelat."

"Stroberi."

Sana terdiam. Kenapa jawaban mereka harus berbeda? rutuknya dalam hati.

"Apa itu artinya Kakak nggak lolos?"

Sana bergumam bingung. Entahlah, mungkin iya mungkin juga tidak. Sana tak yakin jawaban mana yang benar.

"Sorry, Kakak harus balik duluan. Ada urusan," sahut Riel sambil bangkit berdiri, menyimpan kembali handphone di saku celana. Berpamitan, setelahnya berlalu keluar, meninggalkan Sana yang mematung sendirian di tempatnya duduk.

"Gimana hasilnya? Lolos?"

Ditanya begitu, Sana mengedikkan bahu. "Beda di jawaban terakhir," balas Sana lirih.

"Cuma satu? Kali aja dia lupa," cetus Ocha.

Marri manggut-manggut semangat. "Iya, itu mungkin aja, loh, San. Tahu sendiri lima tahun bukan waktu lama buat dia berubah," timpalnya.

Marri benar. Lima tahun tak saling bertemu bisa membuat salah satu dari mereka berubah, seperti seleranya, mungkin. Atau mungkin saja sikapnya juga ikut berubah, sama seperti yang dialami Sana. Dia yang sekarang berbeda dari dirinya di masa lalu. Sekarang Sana lebih suka menunjukkan diri di lingkungannya, misalnya menjadi sosok pembuat onar.

"Ke mana?"

Sana menoleh lemah ke arah Angkasa. "Cari kerja," jawabnya bergumam.

"Gue antar," tawar Angkasa berdiri di samping Sana siap bak pengawal kerajaan.

Sana mendengus. "Nggak usah, gue bisa sendiri. Gue duluan, bye," pamit Sana. Langkahnya terkesan lambat, tak bertenaga. Janji temunya bersama Riel tak sesuai ekspektasi. Sana kira, Riel akan lolos melihat Riel yang lancar di tahap pertama. Hingga pertanyaan terakhir di tahap kedua, Riel dinyatakan bukan orangnya. Bukan Bintang-nya yang hilang.

Sementara itu, keempat temannya menyaksikan Sana di fase tak bergairah bagai mayat hidup. "Bintang … oh … Bintang dimana engkau berada? Temanku sengsara karenamu. Biarlah dia melihat sinarmu oh … Bintang …."

"Gue sumpal mulut lo, Mar," ancam Ocha tajam. Enggan mendengar nyanyian sumbang Marri, teman se-SMPnya.

Marri mengerucutkan bibir tak suka. "Bintang … oh … Bintang dimana—" Bukannya protes, Marri mengekor di belakang Ocha seraya menyikan lirik buatannya itu. Mengikuti ke mana pun Ocha bergerak.

Tawa kecil Yasmin berderai. Menonton Marri dan Ocha berdekatan mengingatkannya pada serial kartun Tom and Jerry. Marri sama seperti tokoh Jerry yang sering mencari gara-gara pada Tom, si kucing, yang di analogikan oleh Ocha. Yasmin melirik Angkasa dalam diam. "Ka, lo kenapa?" tegurnya.

Escape From You [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang