🌠 • 38 • Ruang Luka

25 14 14
                                    

“Selamat datang di ruang luka, Bintang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Selamat datang di ruang luka, Bintang.”

🌠

"Sudah saya bilang, saya tidak melakukan apa-apa," sanggahnya. Dia mengembus napas lelah. "Seperti yang disepakati, saya tidak lagi ikut campur urusan Anda. Hari itu, memang dia menemui saya, tapi saya tidak mengatakan apapun. Dan saya tahu Anda mengetahuinya," paparnya tajam.

"Saya sudah melakukan apa yang Anda perintahkan. Bahkan saya harus hidup sebagai orang lain setelah bebas."

Tangannya mengepal erat mendengar balasan orang di seberang sana. "Iya, Anda benar. Itulah kenapa, saya menyesal telah dibebaskan oleh orang seperti Anda." Kalau bisa, dia ingin memutar waktu untuk menolak penawaran orang itu agar tidak ada siapapun yang terluka akibat pemikiran pendeknya dahulu, benaknya.

Dia tertawa hambar. "Saya tidak akan rugi, justru saya bersyukur karena Anda-lah yang menerima akibat dari perbuatan Anda sendiri. Siapa yang menyangka jika Anda seseorang yang begitu egois? Saya hanya menjauhi teman sendiri, sementara Anda? Mungkin dia akan membenci Anda sepanjang hidupnya."

Dia mendesah kasar. Kepalanya tertunduk dalam. Kelopak matanya tertutup. Serba salah. Itulah yang menyerbunya detik ini. Ketika suara pintu terbuka lebar menampakkan seseorang yang lama tak dia temui, matanya membulat kaget.

Bugh!

Suara tinjuan di wajahnya terasa. Dia terkesiap atas tindakan temannya. "Gar, lo—"

"Berengsek!" desis si pelaku pemukulan. "Jadi, selama ini lo orangnya?" Sebelah bibir Gara naik memamerkan smirk. "Gimana? Seru lihat gue kebingungan kayak orang gila? Puas lo, lihat gue menderita?"

Lawannya bungkam. Satu yang terpikirkan olehnya kini, Gara mendengar percakapannya bersama orang itu.

Gara mendengus. Tangannya terangkat meraih kerah baju teman yang dikenalnya saat SMP. "Gue tanya, senang lo lihat gue kesiksa di saat lo tahu semuanya? Lo bersikap seolah-olah lo nggak tahu tapi nyatanya lo menikmatinya," tekan Gara melayangkan sorot mata dingin.

"Gara!" seru Riel seraya berlari, berdiri di antara mereka. "Gar, lo ngapain? Lepasin, Gar, dia teman lo juga. Jangan karena dia nggak ada kabar, lo begini," gurau Riel tak menyadari aura perseteruan di antara mereka bukanlah hal biasa. Meski kalimat, “dia nggak ada kabar,” memang benar adanya. Sebab belum lama ini, temannya itu jarang menghubungi pun sulit dijumpai.

"Dia, bukan teman gue lagi," cetus Gara.

Riel menengok Bintang. "Bener, kok, dia Bintang. Kita gak salah masuk rumah," kekeh Riel mencoba mencairkan suasana.

"Sorry," kata Bintang lemah. Tidak ada perlawanan dari Bintang ketika Gara memukulnya lagi.

"Gara!" pekik Riel. "Bisa, kan, kita bicarain baik-baik? Nggak pakai kekerasan?"

Escape From You [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang