🌠 • 29 • Berbekas (2)

62 44 45
                                    

“Maaf, bila kehadiranku hanya menebar lara di hatimu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Maaf, bila kehadiranku hanya menebar lara di hatimu.”

🌠

Helaan napas berat terdengar. Matanya menatap malas seorang gadis yang memohon di hadapannya dengan muka memelas. "Lo kalau minta apa-apa bisa gak, nggak sangkut pautkan ke gue?"

"Nggak," jawab si gadis kilat. "Ayolah, Din sekali ini aja, ya?"

"Sekali ini aja, lo bilang? Ini udah kali kedua lo pinjam seragam gue, Lintang!"

"Gue janji, deh ini yang terakhir."

"Nggak!"

"Yaelah, Din. Lagian lo nggak akan kena amuk Marsya, kok. Dia nggak ada hubungannya sama ini," bujuk Sana.

Dinda diam berpikir. Memorinya terputar ke hari dimana Sana menemuinya, meminta bantuan untuk mencari tahu nama Marsya. Sialnya, dia dan Marsya berada di sekolah yang sama, yaitu SMA Sanjaya hanya saja mereka berbeda kelas dan tidak ada siapapun selain dia yang bisa Sana mintai pertolongan. Selain itu, dia pun sedikit penasaran dengan nama lengkap gadis pendiam dan jarang berekspresi seperti Marsya.

Jadilah, Dinda menyanggupinya namun siapa sangka Marsya mengetahui perbuatannya? Barulah Dinda sadar, ketika secara terang-terangan Marsya menatapnya intens, insting gadis itu kelewat tajam. Tak pernah Marsya tidak mengetahui hal apapun yang mengaitkan namanya di dalamnya. Dan selama beberapa hari Dinda ditemani tatapan mengintimidasi melegenda milik Marsya.

"Ya, Dinda? Lo kan, baik, cantik—"

"Cukup, Lintang!" sela Dinda. Tangannya terulur menyerahkan seragam putihnya yang tak terpakai. "Tapi janji, jangan sampai seragam gue kotor sama kayak seragam lo!" peringatnya tegas.

Sana mengumbar senyum lebar. "Siap!" serunya memberi hormat. "Thanks, Dinda!"

Dinda memperhatikan kepergian Sana yang hilang di balik pintu kamarnya. Entah apa yang Sana lakukan terhadap seragamnya hingga dia meminjam seragam milik Dinda. Katanya, seragamnya kotor terkena noda jus dan butuh waktu menghilangkannya. Entahlah, Dinda rasa Sana bukan tipe gadis ceroboh yang membiarkan dirinya terkena musibah akibat diri sendiri.

🌠

"Angkasa?"

Disebut namanya, Angkasa berbalik mengasongkan helm yang biasa Sana pakai.

Sana menerimanya lantas bertanya, "Kenapa jemputnya sekarang?"

"Ganti yang kemarin," balas Angkasa menaiki motornya.

"Gue jadi gak enak," sahut Sana mendadak merasa seperti orang yang memanfaatkan kelebihan orang lain untuk kepentingannya sendiri.

Angkasa tersenyum kecil. "Kayak yang ke siapa aja. Ayo."

"Gue serius, Ka. Harusnya kan—"

"Naik, San."

Terpaksa Sana menurut, duduk di belakang Angkasa. Entah hanya perasaannya saja atau memang lelaki itu tidak seperti sebelum-sebelumnya. Kepalanya sibuk berkutat memikirkan penyebab berubahnya sikap Angkasa. Apa urusan Angkasa semalam tak berjalan lancar?

Escape From You [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang