🌠 • 05 • Kerusuhan di Kantin

129 95 84
                                    

“Awalnya tak acuh, lama-lama perhatian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Awalnya tak acuh, lama-lama perhatian. Ya, begitulah kamu. Kamu yang tak sepenuhnya lupa akan rasa yang pernah hilang.”

🌠

Gadis itu tertawa cukup lebar sembari memegangi perutnya yang mulai terasa sakit akibat terlalu banyak tertawa. Hingga suara tawanya terhenti melihat kedua temannya menghentikan tawa terganti dengan isyarat mata. Paham dia menoleh. Menukikkan alis mendapati dua kakak kelasnya.

"Lo yang namanya Isyana?"

"Panggil aja Sana. Kakak ada perlu apa?" balas Sana sopan.

Perempuan itu menyusuri tiap lekuk tubuh Sana. Berdecak kecil, tidak ada yang menarik. "Jauhin Gara," ujarnya to the point.

"Maksud Kakak apa? Aku nggak—"

"Nggak usah sok nggak ngerti. Gue tahu, kemarin lo ketemuan sama Gara, kan di perpus? Lo pikir gue nggak tahu?"

Sana membuang napas panjang. Lantas berdiri di hadapan dua kakak kelasnya. "Maaf soal itu, Kak. Tapi aku cuma—"

"Cuma apa? Cuma pengen kenal lebih dekat, gitu maksud lo?" tuding Rere berpangku tangan. Dia mendorong kecil pundak Sana. "Jangan caper ke cowok orang, deh. Anak baru aja udah sok-sokan deketin kakak kelas."

"Re, jangan di sini," ucap teman di sebelah Rere, bernama Yeri. "Kita balik aja, mereka bisa curiga."

Rere abai. Belum puas mengungkap isi kepalanya. "Dengar! Kalau lo nggak jauhi Gara, gue nggak akan tinggal diam. Lihat aja nanti, lo pasti menyesal. Dasar ganjen!"

"Oh ya? Tapi yang gue dengar lo tuh yang caper. Semua orang juga tahu, kali. Kalau lo yang ganjen bukan gue," tekan Sana tak gentar lagi.

"Sana, lo apa-apaan, sih?" bisik Marri di telinga Sana.

Rere mengukir senyum miring tertantang. Selama ini tidak ada yang berani melawannya, lantaran mereka tahu siapa dirinya. "Berani lo sama gue? Lo pasti belum tahu siapa gue, kan? Kalau nggak, mana mungkin lo—"

"Reiko Wijaya, anak pemilik Yayasan Wijaya, cewek ganjen yang caper pengen diperhatiin cowok yang nggak pernah bisa dia dapatin selama sekolah di sini dan parahnya dia suka ngelabrak cewek yang deketin—"

Plak!

Suara tamparan memutuskan perkataan Sana. Diiringi suara kasak-kusuk di sekitar yang bersiap menanti kelanjutan aksi keduanya serta kamera ponsel yang terarah siap mendokumentasikannya.

Sana terkekeh kecil. Perih di pipi tak dihiraukannya. "Oh, jadi gitu cara main lo. Oke, gue terima tantangan lo. Jangan menyesal karena sekali lo maju nggak ada jalan buat mundur."

Plak!

Kali ini Sana lah pelakunya. Mereka yang menyaksikan pun terkesiap kaget, tak habis pikir bagaimana bisa Sana balik membalas tamparan Rere, kakak kelas yang terkenal paling kejam jika di hadapkan dengan kata pelabrakan. Bahkan kedua temannya tak kalah terkejut.

Escape From You [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang